Pages

Saturday, August 02, 2008

Tentang Persahabatan

Tadi siang tak sengaja kutemukan (lagi) blog yang dulu aku pernah copy salah satu tulisannya (kalo gak salah waktu aku cari referensi tentang Bank Indonesia untuk lomba essay). Iseng aku save semua page pertama blog itu. Malam ini aku buka dan aku baca.

Jenakku bertahan pada secarik tulisan tentang sahabat. Entah kenapa tiba-tiba pelupuk mataku menghangat. Ad sesuatu yang melayang dan mengiris. Entah...

Memang aku lebih suka komunikasi lewat tulisan. Kalo kata orang tulisan itu hanya sebuah kata-kata yang tak bernyawa. Tapi lain bagi aku. Antara tulisan yang ditulis dengan hati dengan yang hanya sebagai sebuah “karangan” akan beda rasanya. Sedalam apapun kata-katanya tapi kalau itu hanya sebuah fiksi belaka, maka rasanya akan lain jika dibandingkan rangkaian kata-kata sederhana tapi ditulis dengan hati. Mungkin sentimentil.
Whatever,yang ingin aku tuliskan disini sedikit mengenai persahabatan. Saat ini semua orang adalah sahabatku. Ada sahabat-sahabat di Mafaza, HMI, BEM, dll. Aku sangat berbahagia memiliki sahabat-sahabat di radio Mafaza yang begitu erat tali ukhuwahnya, dimana kita saling mengingatkan, saling canda-ria, bahkan gontok-gontokan juga sering. Buat kang jaja, tance, kang kartono, teh uli, teh ema, and all crew... i love u all. Aku masih ingat saat awal-awal bergabung di Mafaza FM. Canggung, sebel, senang, campur jadi satu. Hingga saatnya..tanpa terasa kini aku merasa seperti sudah satu keluarga dengan mereka.


Sahabat-sahabatku di BEM UNSOED. Walaupun di tengah perjalanan aku memilih mundur dari jabatan. Sungguh aku tak akan melupakan, kesatuan tekad, semangat, yang terangkum dalam sebuah visi-misi. Maaf yang begitu besar kuhaturkan pada mas Begs, jika aku ternyata belum mampu bersama-sama dengan semua teman melangkahkan kaki demi cita-cita kita. Yeah..itulah aku. Aku orang yang terlalu pongah untuk meminta maaf, untuk sedikit pamit undur diri, untuk sedikit berpesan-kesan, bukan karena aku tak sudi, namun aku hanya takut tak kuat menahan kepedihan dan kekecewaan atas terpenggalnya mimpiku dan BEM UNSOED itu.

Buat mas begs, mas Mona (apa kabar bung?), mas Rizal (sehat a’?), Teh Ade (banyak yang ingin kuungkapkan teh...), dll. Selamat berjuang kawan!!!

Sahabat-sahabatku di HMI MPO. Aku tak bisa lukiskan. Begitu indahnnya. Sebuah keluarga baru, pemantik semangat dan cita-cita perjuangan. Bukan sebuah sekedar romantisme kekeluargaan. Kebersamaan yang terajut indah didalam tukar ide dan pendapat, tekadang permusuhan, namun tak jarang pula dalam tawa dan senyum bersama. Bukan sebuah organisasi dengan segala kesempurnaan yang dapat membrikan sebuah jaminan (nggak ada hadits-nya kalo masuk HMI bisa masuk surga.he3). Jangan berharap sebuah kebahagiaan, senang-senang jika di HMI MPO. Kebahagiaan disini begitu luas tanpa batas hingga bukan jadi sebuah tawaran atau barang jualan. Mas Yuda...sosok kebapakan yang genit dan bijak....dengan segala kesabaran dan canda kehidupan, orang yang telah menjadi bagian keluargaku sendiri. Mas Anto....perut gendutmu mengibaratkan betapa banyaknya pemikiran yang kau hadapi. Aku yakin engkaulah orang yang begitu dewasa dan bijak, yang mampu menyembunyikan berbagai permasalahan dibalik canda-tawa. Mas Wahyu (aku bertekad untuk mengimport segala “kecerdasan”mu mas!!!he3), Mas Dimaz (ada senyum... J ), Mas Agung, Mas Anas, Mas Prokol, Mbak Natiq (miss u...), mbak hanum, rekan-rakan komperta yang begitu gigih, perkasa!!! Juga sahabat-sahabat di cabang lain. Mbak naning, murobhi yang sungguh mengerti aku, mas Yusuf (aku menang mas!tulisanku lebih dulu masuk suara merdeka. He3), mas Roni (Good Luck buat KPN!!!makasih ya orang bijak), dll.

Tak bisa terelakkan pula, teringat aku pada seorang sahabat. Maaf kalo aku agak sentimentil. Jujur, aku tak sanggup menahan air mata ini. Semoga kau selalu dalam lindunganNya sahabatku. Entah kau menganggapku sahabat atau tidak.

Aku mengakui semua yang telah terjadi adalah kesalahanku. Entah siapa dulu yang memulai, yang pasti godaan syaithan telah merusakan hati kita. Awalnya tak ada yang istimewa, sama layaknya dengan bertambahnya teman-temanku yang lain (Thanks God atas diberikannya teman-teman yang baik). Hubungan teman yang berlanjut dengan sahabat. Kau adalah sahabat yang sungguh mengerti. Di saat transisi usiaku dari remaja belasan tahun (kau menyebutnya seperi itu) menuju perempuan dewasa tangguh dan mandiri (kau juga yang berkata seperti itu), disaat aku menghadapi luas dan warna-warninya dunia, kau ada untuk saling mengingatkan. Awalnya semua indah dan kondisi terkendali.

Hingga...aku juga tak tahu siapa yang memulai. Dengan segala kerendahan hati, aku coba akui bahwa mungkin ini semua salahku. Persahabatan itu tergeser dengan mengotori hati masing-masing.

Aku menikmati itu. Mimpi itu aku rajut. Hingga aku mendapat batu-nya. Hingga aku mendapat akibat-nya. Thanks God, mungkin ini adalah jalan terbaik buatku.

Entah apa alasannya, yang pasti tali kasih itu terputus (entah kapan tersambungnya). Aku masih ingat betapa perih dan sakitnya hati ini. Mungkin inilah akibat dari pengkhianatan sebuah persahabatan.

Kini, apa yang terjadi??? Hingga detik ini aku masih menyesalkan segalanya itu terjadi. Aku menyesal kenapa harus mengotori hati dan persahabatan ini hanya dengan sebuah perasaan yang tak jelas arahnya.

Kini, antara aku dan dia bagai enemy yang enggan dan canggung untuk melakukan komunikasi (setidaknya itu yang aku rasakan). Sebenarnya, terkadang aku merindukan kebersamaan itu. Saling mengingatkan waktu sholat, saling berbagi kisah perjuangan (aku berharap, idealisme-mu masih tumbuh...sobat!!), saling bertukar ide, saling menguatkan, saling menyemangati, berbagi tangis dan tawa. Namun, aku sepenuhnya menyadari bahwa itu keliru. Bagaimanapun juga dia bukan muhrim, ada batas-batas yang harus aku jaga. Bahwa aku harus sadar, masih banyak tanggung jawab yang harus dijalani.

Apapun yang terjadi, aku selalu berdoa untuk langkah perjuangan hidupmu sahabat. Tulisan dalam blog ‘revolusi hati’ mengingatkanku bahwa kau adalah sahabat terhebat yang pernah aku miliki. Kalau sekarang aku memilih untuk menghentikan bentuk komunikasi, itu adalah sebuah upaya agar rasa itu tak kembali lagi. Aku yakin kau juga setuju dengan pilihan ini. Kalau memang harus begini adanya.

Selamat berjuang sahabatku!!!bangun peradaban itu, bangun mimpi itu!!!Yakin Usaha Sampai!

Sepanggal reff dari nasyid-nya Brothers dengan “Untukmu Teman”

Kini dengarkanlah
Dendangan lagu tanda ingatanku
Kepadamu teman
Agar ikatan ukhuwah kan bersimpul pad


Title: Tentang Persahabatan; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: