Pages

Saturday, December 27, 2008

Cinta sang Hawa


Inikah cinta sang hawa
menghitung detak waktu berjalan
dalam kepastian yang tak kunjung tampak

Mengurai rindu dalam hati
merapatkan rusuk yang terus terdesak gejolak
hanya mampu senyum dan menangis
di hati

hingga saatnya nanti
harus bahagia...begitu buncah, sujud panjang yang kan dinadzar
harus kecewa...maka ikhlas jadi penawar.


Karangwangkal, 29 Djulhijah 1429 H. (semangat berhijrah..!!!next must be better than past!!)

Read more ...

AGAMA DAN RUANG PEREMPUAN


AGAMA DAN RUANG PEREMPUAN
Oleh : Shinta Ardhiyani U
(naskah ini ditunjukan untuk lomba Essay STAIN Purwokerto thn 2008 dengan tema " Agama dan Kekuasaan)

Seorang reformis dari tanah arab, Qasim Amin (1865-1908), pada abad XIX, dalam bukunya menyatakan sebuah keyakinan bahwa suatu bangsa tidak mungkin bisa berkembang tanpa bantuan dari separuh populasinya, yaitu perempuan.

Lepas dari jenis kelamin, perubahan dalam suatu kelompok masyarakat baik di lingkup kecil, maupun lingkup berbangsa dan negara, peran serta seluruh komponen masyarakat tak bisa dinafikkan. Komposisi pria dan perempuan yang menurut statistik lebih besar pada jumlah perempuan, secara logis membenarkan pernyataan Qasim Amin seperti tersebut diatas.

Fenomena yang ada, perempuan dirasa tidak mendapatkan posisi untuk melakukan optimalisasi peranan-peranannya dalam kancah bermasyarakat. Perempuan masuk ruang publik merupakan suatu hal yang masih jarang. Bahkan , masih menurut Qasim Amin ” Istri dianggap dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai kenikmatan, kaum laki-laki dapat bermain dengannya selama dia inginkan, lalu dapat membuangnya ke jalan kalau dia sudah memutuskan begitu”. Reformis yang orang Mesir keturunan Turki ini sampai menganjurkan agar perempuan melepaskan jilbab, menyerukan pemberian pendidikan yang sama kepada laki-laki dan perempuan, dan meninggalkan poligami yang, menurutnya dapat ditolerir kalau sang istri mandul. Bukan hanya Qasim Amin, ada nama-nama reformis lain seperti Tahar Haddad (1899-1935) yang menyerukan hal yang serupa.
Pembicaraan mengenai hak-hak perempuan seakan-akan selalu bertentangan dengan religiusitas. Norma-norma agama dianggap selalu kontra produktif. Dari mulai perintah berjilbab hingga hukum waris selalu dilihat dari segi yang menyudutkan kaum hawa. Agama seolah-olah mendapatkan tuduhan sebagai biang patriarki yang mendudukan perempuan dalam posisi subordinat. Kemudian muncullah istilah ketidakadilan gender (dalam agama). Qasim Amin yang pengetahuan agamanya tidak diragukan lagi, masalah perempuan adalah juga bagian yang tak terpisah dari doktrin agama, sementara , para feminis kontemporer melihat problem perempuan lebih dari perspektif sosial budaya: perempuan sebagai objek diskriminasi gender yang dibentuk oleh masyarakat dan tradisi. Walaupun Kaum feminis kontemporer, meskipun mereka kerap mencari-cari justifikasi teologis dalam menyokong beberapa pernyataan interpretisnya terhadap masalah perempuan dan peran sosialnya, secara umum mereka “bukanlah ahli” soal agama, katakanlah seperti Qasim Amin yang pengetahuan agamanya tidak disangsikan lagi.

Tidak sepenuhnya salah jika kita memang melihat fenomena yang ada dari satu sudut saja, seperti para kaum feminis tersebut. Sebenarnya, agak enggan saya menggunakan kata feminis atau feminisme. Banyak salah kaprah dalam penggunaan kata itu. Misal, orang-orang timur yang menganggap kaum perempuan barat menjadi bebas karena feminisme. Padahal banyak hak yang masih diperjuangkan oleh kaum perempuan di barat pada abad XX ini. Contohnya seperti di Perancis, yang kaum perempuan baru diberi hak memilih pada bulan Oktober 1945 oleh presiden Jenderal de Gaulle.

Hal yang diperlukan dalam konteks permasalahan ini adalah bagaimana kita dapat mendudukan dengan benar akar permasalahan yang ada. Antara agama dan ketidakadilan gender yang kemudian menjadikan perempuan menjadi ”impoten” dalam melakukan fungsi-fungsinya dalam masyarakat.

Mitos Adam dan Hawa mungkin menjadi salah satu hal yang paling mudah untuk menjadi pijakan pihak-pihak yang mendudukan peran perempuan berseberangan dengan agama. Bahwa cerita yang kita pahami adalah Hawa sebagai penggoda, perempuan merupakan racun dunia – kalo katanya grup musik yang lagi laris The Changcuters. Pewarisan cerita tanpa pewarisan makna.

Pandangan teologis Abrahamic religions memiliki kisah tentang Hawa (perempuan) yang "dituduh" sebagai sumber "dosa asal" karena terbujuk iblis dengan memetik dan makan buah terlarang, danmemberikannya kepada Adam. Sementara kalangan menganggap kisah ini sebagai peminggiran perempuan. Bahkan, sementara pihak menafsirkan bahwa tradisi Kristiani telah mengembangkan kebencian dan kecurigaan pada wanita dalam "doktrin dosa asal"-nya. (Ayu Utami, 2002:12).

Padahal ketika kita mau berfikir mitos tersebut bukan semata-mata dari sudut pandang posisi si Hawa. Menafsirkan sebuah mitos yang juga merupakan sebuah bahasa sastrawi, dimana Agama mengungkapkan maknanya dengan bahasa yang indah. Dimaknai secara sederhana saja, bahwa jika tidak ada skenario Hawa membujuk Adam untuk memakan buah khuldi, maka tak akan pernah ada kehidupan di muka bumi ini. Dengan kata lain, tujuan dari kisah itu, bukan dengan maksud menminggirkan posisi perempuan, melainkan hanya sebagai salah satu alur yang dipilih untuk dijadikan starting point kehidupan di muka bumi. Karena tanpa adanya Hawa yang membujuk Adam, maka mustahil keduanya diturunkan kebumi, dan kita tak pernah mungkin ada saat ini.

Perdebatan seputar ketidakadilan gender dan agama memang selalu menjadi diskursus yang tak kunjung habis bahkan semakin dibicarakan semakin menarik karena dapat memunculkan inovasi perspektif dan wacana-wacana yang baru. Disini ada korelasi yang timbul antara agama dengan munculnya kekuasaan patriarki yang berkembang.

Perempuan dan laki-laki pada dasarnya hanya kategori spesies manusia yang keduanya dianugerahi derajat yang sama, dengan iman taqwa yang membedakan diantaranya. Penafsiran agama yang secara historis mungkin lebih banyak dilakukan oleh kaum laki-laki menimbulkan partisipasi perempuan dalam masyarakat cenderung diabaikan. Pada konteks ini, permasalahan yang timbul hanyalah tidak munculnya lateralisasi dalam penafsiran teks-teks agama. Namun jika kita mau menyimak, walaupun dalam wacana, agama sering dianggap melakukan ketidakadilan gender pada perempuan, pada kenyataannya perempuan mendapatkan tempat istimewa. . Paling tidak, dalam perspektif agama Katolik dan Islam, peran itu diakui secara istimewa dalam diri Maria (Maryam) Maria diterima sebagai yang perempuan yang mengandung, melahirkan, mendidik, dan mendewasakan Yesus dengan segala kedewasaan personal, kecerdasan spiritual, dan kemantapan profetik. Bahkan, peranan Maria diakui sedemikian penting dan istimewa dalam karya dan sejarah keselamatan Allah (QS Maryam 19: 18-21). Dalam posisi itu, martabat perempuan telah diangkat tinggi, bukan saja sebagai "citra Allah", tetapi sebagai Bunda Penebus.

Selain Maria, dalam Alkitab ada nama-nama perempuan yang berperan penting dalam sejarah keselamatan, seperti Deborah, Yudith, dan Esther. Dalam perspektif agama, mereka adalah models of very brave and strong women. Bahkan, dalam konteks sosial-politik pada zamannya, they played roles in saving the nation. (Dominic Izhaq, 2001:82)

Dalam sejarah perempuan dan agama, kita mengenal Bunda Theresa dari Calcuta. Dia merupakan simbol perempuan yang menjalin harmoni dengan agama dalam melawan kekerasan, kemiskinan, dan ketidakadilan. Sebelum Bunda Theresa, di kalangan agama Katolik terdapat para santa yang merelakan hidup dan kekudusan mereka untuk membela iman (dan agama) berhadapan dengan kekerasan budaya, sosial, ekonomi, dan politik. Dan, agama (Katolik) menerima korban kekerasan itu bukan sebagai pesakitan yang harus dijauhi, melainkan sebagai mutiara, para santa. Dalam tradisi itulah perempuan mendapat posisi sederajat, tanpa subordinasi, kekerasan, marjinalisasi, maupun ketidakadilan dalam agama.

Wacana yang ada, agama selalu didudukkan pada posisi pro partriarkhi. Penciptaan makna agama yang lebih mengukuhkan kekuasaan patriarkhi, sesungguhnya dalam prosesnya terselubung "ideologisme" antara tafsir agama dan konteks kekuasaan kaum laki-laki pada saat itu. Michel Foucault, seorang filsuf posmodernis, menengarai adanya hubungan antara "pengetahuan" dan "kekuasaan" (knowledge and power), yaitu bahwa kekuasaan menentukan pengetahuan, dalam arti: menetapkan tipe-tipe diskursus yang benar dalam arti yang "works"; menetapkan mekanisme yang memungkinkan untuk membedakan proposisi yang benar dan yang salah; menetapkan teknik dan prosedur dalam mencapai kebenaran di atas; menetapkan status dari mereka yang ditugasi untuk mengatakan hal-hal yang dianggap benar. (Foucault: 1980, 131).

Penafsiran agama yang kemudian memperkukuh patriarkhi, sebenarnya merupakan wujud bermainnya ideologi dalam pemaknaan agama. Secara sederhana patriarkhi memang akan sulit dihapus karena itu muncul semenjak masa awal peradaban manusia saat masih berburu dan meramu. Bisa dibayangkan pada kondisi primitif seperti itu, dimana mereka memenuhi kehidupannya mengandalkan kekuatan fisik, sementara perempuan mengalami fase-fase dimana dia harus beristirahat fisiknya (hamil). Maka pada saat itu, jelas laki-laki memiliki porsi yang lebih luas dalam perananna memenuhi kebutuhan hidup. Seiring waktu pemikiran dan zaman berkembang, saat menyadari bahwa kekuatan manusia bukan hanya pada fisik, peran-peran perempuan mulai tampak. Namun untuk menghapus sisa-sisa patriarkhi yang sudah membumi dari dimulainya peradaban, merupakan suatu hal yang sulit. Kemudian justru munculnya agama sebagai pencerahan menjadikan pemikiran terbuka dan mengurangi adanya patriarki yang menjadikan koloanialisasi pada perempuan. Agama justru membunuh keprimitifan patriarki, bukan sebuah pengukuhan seperti yang selama ini diwacanakan.

Maka pendudukan akar masalah yakni bagaimana kemudian kita dapat melakukan pemaknaan agama dengan semestinya dan bukan sebagai ajang bagi ideologi tertentu. Dalam pemaknaan-pemaknaan agama tidak dapat dipisahkan atau bahkan dikontraposisikan dengan kebebasan perempuan. Agama hadir di muka bumi untuk membebaskan perempuan. Ketika muncul pemaknaan bahwa agama vis a vis kebebasan perempuan (dalam artian berkarya), maka perlu dievaluasi pemaknaan agama yang dilakukan. Tidak dengan tendensius, namun dengan mencoba memulai dengan ketulusan untuk membebaskan perempuan dari belenggu budaya yang ada. Hal ini dapat sebagai otokritik pula pada gerakan perempuan, bahwa sebuah gerakan perlu melakukan sinergisitas dengan pemahaman hal-hal lain seperti agama. Aspek-aspek yang ada diluar gerakan sesungguhnya adalah sebuah komponen pendukung, bukan selalu diposisikan untuk vis a vis. Sinergisitas yang muncul antara gerakan agama dan gerakan perempuan akan membawa kepada sebuah perubahan sosial yang berkeadilan. Semoga!

Markas kebebasan, Sumampir-Purwokerto. 22 Desember 2008. 10:50 pm. Di penghujung deadline.

Sumber-sumber :
Muhammad, Husein K.H. 2001. Fiqh Perempuan : Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender. Jogjakarta : PT.LKiS Pelangi Aksara Jogjakarta.
Muslim pada Agama dan Subordinasi Perempuan, www.lampungpost.com, diakses tanggal 10 Desember 2008.
Assyaukanie, Luthfi. Gerakan Feminisme Arab (Arab Feminist Movement). Source: Jurnal Paramadina, Vol. I No 1, Juli-Desember 1998.


BIODATA PENULIS
Dilahirkan dengan nama lengkap Shinta Ardhiyani Ummi, Tegal 25 Mei 1987. Saat ini sedang menempuh pendidikan S1 Sastra Inggris tahun ketiga di Universitas Jenderal Soedirman-Purwokerto. Menjalani pendidikan dari TK hingga SMA di kota Tegal. Pengalaman kepenulisan diawali menjadi wartawan junior di harian Radar Tegal dan Pekalongan, tercatat sebagai anggota Forum Lingkar Pena (FLP) di Jakarta, Tegal dan Purwokerto, kini diberikan amanah sebagai sekretaris umum Komunitas Sastra Indonesia (KSI) cabang Purwokerto. Saat ini juga sedang menjalani masa-masa indah berkarya di Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI MPO dan menjadi kontributor portal gerakan kaum muda Indonesia www.hminews.com . Artikel-artikel lepas penulis beberapa kali dimuat di harian umum Suara MErdeka, dan lebih banyak melakukan aktivitas menulis melalui blog pribadi www.ntacaholic.co.cc . Prestasi kepenulisan dimulai semenjak penulis duduk di bangku SMA, dengan menjuarai beberapa event-event lomba karya tulis dan essay. Berdomisili di Purwokerto, menempati rumah kos di Jl.A.Jaelani 14 Karangwangkal Purwokerto. Penulis dapat dihubungi di nomor 0812 10 70 1423 / 0281 – 628588 , email / URL : shinta_smansa@yahoo.com / www.ntacaholic.co.cc . Memiliki motto Be Your Self, penulis saat ini sedang merilis buku antologi puisi dan cerpen.

Read more ...

Rest in Peace... Galih Karisma


Kawan, saudara, abang, sahabat kami tercinta GALIH KARISMA, telah menghadap Allah, tanggal 26 Desember. Satu lagi kawan kami, ni untuk yang ketigakalinya di kampus sastra, menjadi korban kecelekaan kendaraan bermotor. Galih mengalami nasib naasnya saat menikmanti suasana alun-alun Banyumas, tiba-tiba ditabrak oleh mobil Espass, dan malangnya tubuhnya yang terjatuh harus terlindas lagi. KOrban tabrak lari.

Semoga menjadi pelajaran berharga bagi yang ditinggalkan. Semoga Galih mendapatkan tempat yang pantas disisiNYa. Iringan doa kami selalu menemani hari-hari abadimu, kawan!!!

Sungguh, aku pribadi sangat berduka atas meninggalnya Galih. Kenangan saat beliau menjadi ketum panitia OSPEK, segala prokontra yang kita jalani. Semua...kini terbingkai manis, kawan!! tenanglah engkau disana!!Kami menyayangimu, namun TUhan nampaknya lebih menyayangimu, hingga engkau dipanggil mendahului kita.

keterngan foto : Galih kedua dari kiri. Foto manis terakhir pada saat acara futsal di kampus.

Read more ...
Tuesday, December 23, 2008

Mulutku Terbungkam oleh Tembok Kelas




Naluriku meronta
Inginku kuangkat jari dan berbicara
Menanggapi teori marxisme critisizme yang dicelotehkan oleh ibu dosen itu
Bahwa aku ingin ungkapkan
Sebuah komparasi akan pembentukan image dunia pada sebuah sastra dan masyarakat

Ingin aku berungkap
Saat sang dosen yang terhormat itu bertutur
Tentang makna pembelajaran kebudayaan

Atau saat pak dosen yang selalu kami elu-elukan itu
Memberikan sebuah statement akan sebuah perkuliahan
Bahwa kuliah itu nggak bisa sambil mencari kerja

Oh...ada apa ini???
Aku tak mampu berkata, aku terbungkam

Hanya dapat kulihat sekeliling, dimana teman-teman terangguk-angguk akan apa yang mereka dengarkan
Bahwa itulah sebuah perkuliahan yang akan membawa meraka pada status prestise tinggi di masyarakat
Tanpa mencoba memikirkan apakah itu yang masayarakat butuhkan???



Temanku bertanya, ” Kenapa kamu tidak menjawab tadi?”
Saat ia dengar gumamku yang berisi jawaban akan pertanyaan yang dilontarkan oleh ibu dosen yang terhormat itu

Kenapa?
”Kamu ingin pintar sendiri??!!”

Bukan, kawan.. tapi aku tak merasa nyaman
Mungkin karena cat tembok kelas kita tak diganti-ganti walaupun uang sumbangan bertumpuk di kas para birokrat kampus

Aku seolah terbungkam,
Tak ada kebebasan yang aku rasakan di setiap ruang – ruang kelas
Ruang-ruang yang katanya berisi kaum intelektual
Aku hanya terbungkam

Hanya berteriak..dalam hati,
Bukan ini kawan, bukan ini pembelajaran yang harus kita dapatkan!!!

22.50, Sumampir – Purwokerto.
Read more ...
Wednesday, December 17, 2008

dusun KEBANGGAN yang jadi KEBANGGAAN


Lolongan anjing desa di penghujung senja mengantarkan langkah kaki kami menyusuri jalan bebatu. Sekitar setengah kilo perjalanan dari wisma ke mushola Al-HUda di grumbul dukuhgebok, desa Kebanggan, kecamatan Sumbang, kabupaten Banyumas. Sepanjang jalan, kami harus benar-benar melihat jalan karena tak ditemani oleh sorot listrik lampu jalanan. Hanya satu bola lampu yang terpasang di depan salah satu rumah penduduk. Beruntung rembulan masih sudi menyisakan beberapa serpih sinarnya malam itu.

Selepas maghrib, bak anak kecil yang sedang bermain, kami membentuk lingkaran bersama beberapa jamaah mushola. Mungkin terlalu bagus diberi nama mushola. Hanya sebuah bangunan yang belum sempurna, sekitar 3 x 4 meter, hanya bisa menampung kurang lebih 40 orang. Tanpa cat, tanpa pernak-pernik dinding, bahkan tempa wudhu juga harus menumpang di rumah Pak Narwan, sang marbot mushola Al-Huda. Kyai kecil, mungkin itu sebutan yang tepat untuk beliau. Bukan lulusan sarjana agama, apalagi kuliah hingga Kairo. Hanya sesosok pensiunan penjaga sekolah dasar, yang kini menghabiskan waktunya dengan betrenak kambing. HIdupnya nampak begitu sempurna didampingi Ibu Karila, sosok wanita sederhana yang cerdas...dengan kepolosan khas wanita desa. Namun di tangan kedua pasutri itulah, warna Islam coba ditiupkan ditengah gersangnya grumbuk Dukuh gebok, desa Kebanggan, Sumbang- Banyumas.


Sekumpulan pemuda itu adalah para peserta Green Shortcourse for Youth Muslim 2008 (GREESCYM '08) yang diselenggarakan oleh HMI MPO Komisariat Pertanian UNSOED. Program acara yang juga merupakan training LK I, yang diselenggarakan dari tanggal 4 - 8 Desember 2008. Sembilan peserta yang bertahan. Mungkin kalau ada satu lagi, lengkaplah sudah seperti ode Lasar Pelangi. Disana juga mereka menjadi laskar, lebih tepatnya belajar menjadi laskar. Menyibakkan sejenak rutinitas kelas dan laboraturium untuk belajar bersama alam dan masyarakat. Bukan hanya mengkaji Khittah Perjuangan dalam muatan materi Keyakinan Muslim, Wawasan Ilmu,Wawasan Sosial, dll. Namun lebih dari itu untuk dapat lebih belajar melihat kondisi masyarakat.

Acara yang diakhiri dengan pemotongan dan distribusi hewan qurban dirasa oleh semua peserta sebagai sebuah rangkaian kegiatan yang berkesan. Bukan hanya peserta melainkan juga jajaran kader HMI MPO cabang purwokerto. Respon yang sangat baik dari warga sekitar semakin membuat semangat rekan-rekan HMI MPO Komisariat Pertanian UNSOED untuk melakukan program-program pemberdayaan masyarakat di wilayah kabupaten Banyumas.

Sedikit catatang mengenai kegiatan GREESCYM '08 ini, agenda perkaderan sekaligus pemberdayaan masyarakat HMI MPO Komperta UNSOED sebagai salah satu uapaya mempertahankan regenerasi kader serta pengoptimalan potensi kader dalam wilayah pemberdayaan masyarakat. Acara ini memiliki kuota 15 peserta dengan sistem seleksi dan ditujukan kepada semua mahasiswa yang berminat dengan beberapa syarat dan ketentuan yang ada. Peminat acara ini membludak hingga hampir melebihi quota.Tercatat di daftar calon peserta hingga lebih drai 20 calon peserta. Namun gugur dan menyisakan sembilan peserta yang bertahan mengikuti acara ini. Untuk calon peserta diusahakan tetap mendapatkan perhatian dengan kegiatan-kegiatan praLK yang akan coba disusun oleh tim pengader HMI MPO Purwokerto. Yakin Usaha Sampai!!!
Read more ...

Siapa Lo, Siapa Gue, Jakarta Tetep Milik Kite Semua


(Jakarta) Senandung si Jali-jali khas Betawi membahana dalam semarak malam di museum seni rupa kawasan Kota Tua, Jakarta. Namanya juga para seniman lagi ngumpul, nggak ada yang namanya "jaim-jaiman" deh, mereka asyik bergoyang dalam larutan marching band, selepas open ceremony Jakarta International Literary Festifal (JILFEST) '08. Kebersamaan yang indah dan renyah. Sekitar ratusan sastrawan dari berbagai penjuru Indonesia dan luar Indonesia malam itu saling asyik masuk temu kangen satu sama lain.

Dibuka oleh Bang Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta, malam itu ruang museum seni rupa dan keramik Jakarta telah digubah dengan anggun untuk perhelatan open cermony dan ramah tamah peserta JILFEST. Diawali dengan tari selamat datang khas betawi, acara ini dipandu asyik oleh duo MC dari dinas kebudayaan DKI Jakarta. Setelah prakata dari dinas kebudayaan dan permuseuman, serta ketua pelaksana Ahmadun Yosi Herfanda, acara ini dibuka dengan simbolisasi penulisan puisi oleh Fauzi bowo dengan Taufik Ismail. Diawali oleh gubernur DKI yang menuliskan satu baris puisi, kemudian diteruskan oleh Taufik Ismail hingga menjadi sebuah puisi yang indah dengan judul "Mari Kita Jaga Jakarta".

JILFEST yang merupakan pertama kalinya diadakan di Jakarta ini, berlangsung dari tanggal 11- 14 Desember 2008. Acara ini selain sebagai wahana menjalin kerjasama antar penulis internasional, memperkenalkan sastra Indonesia di mata dunia, juga memiliki visi untuk mengangkat citra Jakarta sebagai kota wisata budaya di masyarakat Internasional. Jakarta dinilai sebagai pintu masuk bagi masyarakat dunia untuk mengenal berbagai kebudayaan etnik yang tersebar di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, penting artinya mendatangkan masyarakat dunia ke Indonesia melalui Jakarta dan menjadikan sastra sebagai media yang efektif dalam publikasi.


Selama kurang lebih empat hari, para peserta JILFEST mengikuti beberapa bentuk kegiatan yaitu : pertemuan sastrawan Internasional, seminar sastra Internasional, lomba penulisan cerpen berlatar Jakarta, pertunjukkan seni, penerbitan buku, serta wisata budaya. Peserta JILFEST terdiri dari para sasatrawan-sastrawa nasional maupun daerah serta sastrawan Internasional. Para peserta sela acara diinapkan di Hotel Batavia, kawasan Kota Jakarta. Hadir dalam acara Prof.Dr. Koh Young Hun (Korea), Prof. Dr.Mikihiro Moriyama (Jepang), Prof. Dr. Henry Chambert-Loir (Prancis), Dr. Stevan Danarek (Swedia), Jamal Tukimin, MA (Singapura), Dr. Katrin Bandel (Jerman), Prof. Dr. Abdul HAdi WM, Prof, Dr. Suminto A. Sayuti, Helvi Tiana Rosa, Putu Wijaya, dan puluhan sastrawan nasional dan derah se-Indonesia. Dalam seminar sastra Internasional di hari kedua (12/12), terbagi dalam tiga sesi dan tiga pembahasan yakni : Sastra Indonesia di Mata dunia ; Prospek Penerbitan Sastra Indonesia di Mancanegara; dan Politik Nobel Sastra. Seminar ini diproyeksikan untuk membuka wacana-wacana baru tentang perkembangan sastra dunia terkini, sekaligu untuk melihat wajah sastra Indonesia di kancah dunia. Pertemuan sastrawan dunia juga menghasilkan beberapa rumusan mengenai event-event sastra baik tingkat nasional dan Internasional yang berorientasi pada perluasan khasanah sastra Indonesia.

Pentas sastra juga tak kalah menarik. Saatnya para maestro berunjuk kebolehan. Kemampuan sudah tak diragukan lagi, semangat kebersamaan yang dijunjung pada pentas satra yang diselenggarakan tiga kali yaitu pada malam pembukaan, malam kedua (12/12) dan malam terakhir (13/12) di museum seni rupa, halaman dalam museum sejarah dan di pasar seni Ancol. Acara ini juga bukan sekdar untuk elitis kaum sastra saja, tapi juga mengundang partisipasi masyarakat luas dalam lomba cerpen berlatar Jakarta yang bersifat Internasional, tapi tetap menggunakan bahasa Indonesia.

Acara yang meruakan gawe dari dinas kebudayaan dan permuseuman DKI Jakarta yang bekerjasama dengan KSI (komunitas sastra Indonesia) dan KCI (Komunitas Cerpen Indonesia) secara keseluruhan berjalan lancar dan meriah. Walaupun ada beberapa hal yang belum bisa terlaksana seperti bazar dan pameran sastra yang dibatalkan, wisata budaya ke Situ Babakan juga dibatalkan, serta beberapa pembicara Internasional tidak dapat hadir. Tercatat beberapa pembicara yang berhalangan hadir seperti Pemenang Nobel Satra Orhan Pamuk (Turki); Prof.Dr.Herry Aveling (Australia) yang tidak dapat hadir karena pada waktu yanng bersamaan harus mengajar di Vietnam, sementara Prof. Dr. Ernts Ulrich Kratz 9Inggris), pada saat yang sama harus berada di New York.

Penutupan JILFEST berlangsung cukup meriah di pasar seni ancol dengan opening act pentas sastra dari beberapa sasatrawan dan peserta JILFEST serta pertunjukan kesenian betawi. Di acara penutupan disampaikan juga rekomendasi-rekomendasi serta harapan pada event-event sastra dunia khususnya di Indonesia.

Sebagai wahana silaturahmi dan kerjasama antar sastrawan nasional dan Internasional, acara ini dirasa cukup penting sehingga semua berkomitmen untuk menjadikan acara ini menjadi acara rutin setiap dua tahun sekali dan dengan lokasi yang tetap pula, di Kota Tua Jakarta, kawasan yang memiliki nilai sejarah dan estetika yang mendalam bagi sejarah Jakarta pada khususnya dan Indonesia secara umum. Sampai jumpa di JILFFEST 2010. (nta)
Read more ...

Surat Untuk Calon Suamiku

Pagi sayang, apa kabar kau disana? semoga Tuhan selalu melindungimu dalam bait-bait kasih sayangNya.
Semoga Tuhan selalu menetapkan hati kita untukNya, sehingga hati kita selalu terpelihara walaupun masing-masing tahu ada sesuatu yang tengah terjadi di hati masing-masing.

Sayang, disaat waktunya nanti
saat kau akan mengajukan permintaan suci didepan kedua orang tuaku,
aku ingin masing-masing dari kita telah mempersiapkan persepsi suci akan gerbang mahligai kebahagiaan itu
bukan sekedar sebuah tujuan namun justru disitulah awal pijakan kita untuk sama-sama mengepakkan kedua sayap

Sayang, disaat waktunya nanti, bukan mahar emas permata yang kuharapkan
namun sebuah janji suci dengan sepenuh ketulusan hati
janji yang tersaksikan oleh setiap molekul diatas bumi ini


Sayang, segala pemafhuman serta keikhlasan darimu adalah fundamen-fundamen kokoh yang tak terpatahkan yang kuharap itu akan selalu ada
Saat kau mampu ikhlas menerima bahwa kepemilikanku hanyalah Allah semata
Bahwa aku akan membagi kasih sayang ini pada sesama
Bahwa aku masih punya banyak cita-cita tentang dunia ini
Merubah dunia adalah menjadi titik point semangat dalam untaian nafasku selama masih berhembus

Sayang, bagiku nanti kau bukanlah segalanya
namun segalanya tanpa kau tak bermakna dalam hidupku
Izinkanlah nanti aku menjadikan ibadah sosialku berjalan sinergis dengan pengabdianku pada seorang suami
Izinkanlah aku untuk tidak menjadi sebuah burung dalam sangkar
karena aku burung yang bebas lepas...terbang untuk mengarungi dunia ini

Sayang, mungkin nanti ikhlas memang jadi syarat utama
Saat aku bukan menjadi sosok bidadari sempurna dihadapanmu
Gaunku adalah kain sederhana yang menutup kehormatan diri
Parfumku adalah keringat murni setelah lelah berjuang di jalanan
Lipstikku adalah kata-kata orasi dan motivasi hidup yang diiringi dzikir
Bedakku harus luntur terkena sinar matahari dan debu jalanan
dimana aku akan berjuang
dan terus berjuang
untuk sebuah keadilan.


Aku adalah pelayan masyarakat, bukan sekedar pelayan dirimu.
Tapi aku berjanji akan menyerahkan sepenuh hati kasih sayang dalam lindungan Tuhan hanya untuk dirimu, sayang.

Pagi-pagi di sekre cabang, Purwokerto, 17 Desember 2008
Untuk calon suamiku..entah dimana dia berada. Kepakkan sayapmu hingga saatnya nanti sayap kita akan mengepak bersama.

Read more ...
Wednesday, December 10, 2008

Just A Beautiful Home ^_^


Sometimes, we fall tired and depression in our life. One full day, 24hours,maybe we use almost a full of day to do many activities. So, we need a comfort zone, to relax. Our house is one of alternative place to relaxing. My house is my palace . To make our house be comfortable, we can create our home with nice home furniture and decor. There are a lot of choice furnishing and decor. One of it, you can look at wikishop. Just to one click at this site, you can be looking more kind of home furniture and decor. In this page, u dont just get more alternative to decor our home, but we also have a guides all about properties to decor our home. We can read tips or guide what, how, and why we choose a products. I think, it is important when we buy something. We must be careful to buy something in order not regret in the last.

Make your house be comfort zone to relax our mind. Im so interested when saw more uniq furnitures in this site, such as : Therapeutic Pillows, lamps, bed, candle sets, etc. You can choose which your like without walk to go to the shop. Just sitting in front of your PC, choose your favourite, read the guide and buy it. All of properties which offer in this web is best properties.

Go to the website and take a look at the home furnishing and decor guide in offer. You can choose a comfortable bed linen, the matresses, etc. You also can create your home with some decor like as candle set, home accesories, or u can look anymore tips with buy Home Decorating Style guide. About price, i think by shooping in this site, we can have a relative price of furniture or home decor. There is choice price which depend our budget. So, enjoy your shooping and make ur beautiful home with wikishop!! chek this out!!!

Read more ...