Pages

Saturday, April 14, 2012

Rumahku Kantorku : Syurgaku, Insya Allah.




#catatanRingan


Semua orang mungkin setuju bahwa rumah memang tempat paling menenangkan. Rumahku syurgaku, begitu ungkapannya. Apalagi bagi perempuan, rumah adalah tempat yang terbaik. Dengan argumen apapun juga, saya mengiyakan kutipan hadits bahwa rumah adalah sebaik-baiknya tempat bagi wanita. Tentu saja bukan berarti untuk melarang wanita secara penuh perempuan untuk keluar rumah. Penjelasan tentang itu pernah saya tanyakan langsung ke ustadz, kapan-kapan saja kita bahas.hehe.  Saya hanya sedang berpikir, bahwa tentunya sangat menyenangkan ketika kita punya pekerjaan yang bisa dilakukan dengan tetap di rumah. Tentunya banyak sekali jenis profesi yang bisa dilakukan dengan tetap dirumah. Salah satunya adalah menjadi penulis! Yup, menulis!

Teringat pada kata-kata seorang teman, dia novelis, yang pernah bilang bahwa "ketika wanita memilih untuk tetap bekerja dan tetap menjadi ibu rumah tangga, maka profesi penulis adalah pilihan pekerjaan yang luar biasa bagi mereka..." (kalau ada sedikit salah-salah kutip, maapin deh ya mas.hehe).

Read more ...
Friday, April 13, 2012

Duka Dhuha

Note : Ini tulisan keren yang tak sengaja saya temukan kemarin di sini . Percaya tidak percaya tulisan ini membuat saya MJJ alias Mak Jleb-Jleb mengingat jadwal dhuha selama ini yang masih bolong-bolong. Kemudian setelah baca ini langsung pengen sholat dhuha, eh ternyata malamnya saya dapat job menulis (lagi), alhamdulillah. Tidak disangka-sangka. Terimakasih buat Maula atas izin share-nya, tulisan ini juga bisa dibaca di blognya Maula.  Berikut catatan lengkapnya, cekidot.. :D 

DUKA DHUHA

Saat saya sedang menulis ini, hujan sedang asik memainkan iramanya di luar. Merdu sekali, hati jadi adem. Hari ini pun, banyak hal yang saya temui dan membuat hati ini adem juga. Ketemu apa sih?

Semenjak pagi, sekitar jam 10.30 WIB, saya diamanahi oleh BEM Politeknik Negeri Jakarta untuk menjadi moderator di acara PNJ Fair hari pertama. Acara yang bertajuk: Jiwa Pemuda Entrepreneur. Menghadirkan Deputi dari Kementrian Koperasi dan UKM, Mas Mono (Owner Ayam Bakar Mas Mono), dan Ustadz Nasrullah (Owner Orchid Realty -Property-). Acaranya memang seru dan banyak sekali inspirasi. Namun, saya tidak akan membahas apa isi materi yang disampaikan pembicara tadi. Namun, pelajaran yang saya petik hari ini ada di sebelum acara dimulai.

Jam 08.45, saya sudah ditelpon oleh panitia yang bernama Sisi. Ia menyuruh saya untuk hadir jam 9 tepat, tapi apa mau dikata, saya baru berangkat aja jam 9 lewat hehe.. Tapi alhamdulillah, sampai di sana acara belum dimulai (ya biasalah ngaret-ngaret dikit :p). Saya menunggu di luar aula sambil BBMan sama temen.

Saya sebenernya ingin ketemu Mas Mono. Saya sudah membaca biografi Mas Mono, tentang perjuangannya hingga bisa dikatakan berhasil saat ini, memliki banyak outlet bahkan sampai membuka cabang di Malaysia. Perjuangannya dari menjadi OB, mendorong gerobak, atau membakar arang sangat menginpirasi saya, "Gila ya, tahan banting banget hidupnya...". Saya merenung, mungkin kalau saya jadi dia gak bakal kuat..
Read more ...

Menyapa Tegal, Jepang-nya Indonesia



Dengung bahwa Tegal adalah Jepang-nya Indonesia mungkin bukan sebuah hal yang asing di telinga kita. Beberapa ungkapan kecintaan yang kadang berbaur primordialisme sempit tak ragu pula menyebut Tegal sebagai kota metropolitan. Tegal semakin ramai, memang. Apalagi semenjak kemunculan pusat-pusat perbelanjaan modern, Tegal memang terasa semakin padat dan hedon.

Namun kalau diamati dengan seksama, rasanya terlalu berlebihan ketika kita mau menyebut Tegal sebagai Jepang-nya Indonesia. Apalagi kalau menilik budaya literasi. Terlalu jauh panggang dari api ketika kita hendak membandingkan. Di sepuluh tahun yang lalu saja, berdasarkan data dari Association For the Educational Achievement (IAEA), Jepang sudah termasuk negara dengan tingkat membaca tertinggi di dunia. Indonesia saat itu masuk pada peringkat dua dari bawah.

Bagaimana dengan Tegal? Di kondisi terkini saja, beberapa indikasi menggambarkan betapa masih perlunya budaya literasi ditingkatkan di kota bahari ini. Peningkatan budaya baca-tulis ini sebenarnya sangat penting sebagai pendongkrak prestasi-prestasi Tegal yang telah ada. Tegal boleh merasa bangga menjadi kota industri, kota transit, kota bisnis dan lain-lain. Namun dalam menjawab tantangan global, transfer IPTEK dapat berhasil jika masyarakat menguasai kemampuan membaca dan menulis. Diperlukan kemampuan yang profesional untuk mengasah daya kritis serta mengadopsi nilai-nilai positif dari bangsa maju. Sejarah mencatat bahwa menggiatkan budaya literasi dapat mendorong inovasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masa socrates , misalnya, para siswa di Yunani diperkenalkan dengan budaya membaca, bukan budaya mendengar. Begitu juga di zaman peradaban Islam, budaya literasi semakin berkembang ketika Khalifah al-Ma'mun membangun akademi terbesar di dunia bernama Bayt al-Hikmah, yaitu pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai pusat studi, perpustakaan yang lengkap dengan kegiatan keilmuan lainnya. Begitu juga dengan Jepang, budaya literasi telah terbukti mempengaruhi produktivitas serta kreativitas masyarakatnya.
Read more ...

Kabar - Kabur

Tiap ada pelatihan atau penyampaian materi jurnalistik, pasti nama Bill Kovach sudah teramat akrab di telinga. Salah satu buku yang sering dijadikan “kitab suci” bagi para jurnalis adalah : “The Elements of Journalism : What Newspeole Should Know and the Public Should Expect  (Bill kovach and Tom Rosenstiel). Saya belum “khatam” mengkajinya, tapi dari beberapa diskusi dan pembacaan singkat, pemahaman saya yang dangkal megambil salah satu point bahwa ilmu jurnalistik itu dibutuhkan oleh semua orang, bukan hanya oleh para pekerja kuli tinta.

Tapi di tulisan ini saya bukan ingin mengurai panjang lebarnya teori dasar jurnalistik. Melainkan ingin mencoba merangkaikan pikiran-pikiran dangkal saya mengenai salah satu unsur dalam jurnalistik, yaitu informasi.

Suatu hari saya pernah ber-sms dengan seorang senior untuk bersama-sama menggagas sebuah kelas jurnalistik untuk remaja remaja di wilayah Banyumas. Ruang itu bukan fokus kepada keahlian teknis dalam jurnalistik, melankan saya ingin mengarahkan kepada melek media atau lebih tepatnya melek informasi. Ketika sedari dini kita mengetahui seperti apa sih sebenarnya “berita” itu. Bagaimana sebuah informasi itu dapat disebut sebagai “berita”, bagaimana sebuah kabar itu didapat, bagaimana proses konfirmasi sebuah informasi. Dengan mengetahui seperti itu, kita akan paham, berita-berita mana yang “sehat” untuk kita telan, apalagi ditengah maraknya media informasi baik cetak ataupun elektronik. Pilihan untuk mendapatkan berita sekarang sangat mudah, tinggal klik handphone dalam beberapa detik kita sudah bisa menyantap puluhan headline. Berita itu kini layaknya makanan yang diobral sepanjang jalan, tinggal kita pilih mana yang sehat dan mana yang tidak. Pelatihan jurnalistik sedari dini akan bisa membantu generasi muda untuk mengkonsumsi berita yang sehat. Minimal, ketika mendapatkan berita tidak bersikap reaktif. Lebih luas lagi adalah bagaimana budaya mengkroscek sebuah berita. Dengan berkembangnya teknologi informasi saat ini, kita mudah terjejali berita dari berbagai penjuru arah mata angin. Namun sayangnya selain kita tak terbiasa mengenali mana berita yang sehat atau sakit, kita juga tidak didukung oeh budaya kroscek yang bagus, atau dalam istilah agama, kita tak dibudayakan untuk bertabayyun. Kita lebih memilih menyebarkan berita yang menurut kita menarik dan bereaksi. Dalam Islam sebenarnya ini sudah diterangkan mengenai bahaya fitnah. Salah satu bentuk yang terjadi adalah mengenai informasi. Kalau di PJMI (Perhimpunan Jurnalis Muslim Indonesia) disebutkan bahwa salah satu misi jurnalis muslim adalah membawa kabar yang tidak mengandung ghibah. Begitu besar tanggung jawab seorang jurnalis, bukan? Bukan sebatas membuat berita dan menyetornya sebelum deadline, isn it?  (Itulah kenapa saya belum mau melepas status freelance journalist dan tidak mau terikat dalam sebuah profesi ini...hahaha... ß baca : apologi ).
Read more ...