Pages

Monday, October 19, 2009

Selembar Kain Sang Putri



Perhelatan putri Indonesia 2009 telah berlangsung semarak pekan lalu. Sebuah program tahunan yang bertujuan untuk mencari duta-duta bangsa yang diharapkan menunjukan sebuah kesempurnaan perempuan yang diibaratkan seperti seorang “Putri”. Dengan mewakili setiap daerah di Indonesia, para kontestan Putri Indonesia berlaga di “panggung kerajaan”.

Tahun ini, putri dari daerah paling barat Indonesia berhasil meraih predikat sebagai “Putri Indonesia 2009”. Ada yang membuatqu cukup terhenyak ketika mendengar statement dari sang Putri, bahwa dia menanggalkan jilbabnya untuk mengikuti kontes itu. Adalah seorang Qory- putri kelahiran Jakarta 18 tahun yang lalu dan besar di Nanggroe Aceh Darussalam, yang kini bertahtakan mahkota putri Indonesia itu. Mungkin merasa terbayar dengan kemenangannya sebagai putri Indonesia, sang putri dengan bangga menyatakan bahwa dia melepas jilbab karena rambutnya Indah dan sesuatu yang indah itu tak perlu ditutup-tutupi. Rupanya bagi sang putri kita ini, kerudung hanyalah selembar kain yang hanya akan menutupi keindahan yang dianugerahkan oleh Tuhan.

Hemh…, kalau kita berfikir, memang bagian mana sih dari tubuh kita yang tidak indah??? Dari ujung rambut hingga ujung kaki, semua diciptakanNya dengan sebaik-baiknya bentuk. Sampe lubang hidung yang mungkin Cuma berisi upil-upilkita yang bau (he3), itu juga punya nilai keindahan tersendiri. Kemudian bagaimana kita memaknai keindahan dan fungsi pakaian itu???

Keindahan adalah sebuah anugerah dan nikmat dari Tuhan. Namun apakah keindahan itu untuk dipamerkan dan diperlihatkan? Keindahan adalah sebuah hal yang kita diberi tanggungjawab untuk menjaganya. Tidak semua keindahan bersifat common dan bisa dinikmati oleh semua orang. Kemudian apa fungsi pakaian???

Fungsi dasar dari pakaian adalah kebutuhan kita,bahwa manusia memliki privasi (aurat) dan rasa malu yang harus dilindungi. Sama saja dengan fungsi bank yang melindungi harta kita dengan menyimpannya disana. Tubuh juga adalah harta kita yang harus dijaga dan dilindungi dengan sebaik-baiknya. Kita punya uang saja ditaro di dompet, masa kita punya aurat nggak disimpen di pakaian sieh?

Kalau menurut pendapat temanku, kontes Putri Indonesia dan Putri-putri lainnya memang sebatas kontes kecantikan, tidak lebih dari itu. Objek yang dinilai hanyalah kecantikan, bukan lagi kecerdasan, apalagi kepribadian.

Ya, sekali lagi ini hanyalah salah satu bentuk dari bisnis sex. Putri Indonesia adalah program yang melibatkan berbagai macam sponsor kecantikan dan kewanitaan yang nilai rupiahnya cukup menggiurkan.

Sebatas membawa nama”Indonesia” dalam embel-embelnya ,karena dia lahir di Indonesia, silahkan saja… Tapi jangan anggap bahwa kau mewakili perempuan-perempuan Indonesia, karena perempuan Indonesia tidak sedangkal itu memaknai keindahan dan pakaian.
Read more ...

Rumah Bordil Masuk TV!!!



“ ampun deh, gak siang gak malem…yang ditonton gituan mulu! Ganti ah!” walaupun dengan resiko mendapat keluhan dari adhe2 kos, tapi dengan tega kukuasai remote untuk mengendalikan acara televisi malam itu. Agak kesal senja itu melihat suasana di ruang tengah. Sebuah kotak ajaib yang menjadi pusat perhatian menayangkan sebuah tontonan.

“ Ya elah mbak, sirik banget, mentang2 belum dapet jodoh!!!”

Halah!!! Enak aja tuh bocah ngomong. Tapi aq tau walaupun mereka protes, mereka paham akan alasanku mengendalikan acara tv. Cukup memprihatinkan memang dengan satu acara ini, acara import yang dikemas dengan kemasan local (halah!!!)ini cukup menarik banyak animo penikmat tv di Indonesia. Tapi kalo dipikir-pikir, penonton itu lebih tepatnya dipaksa untuk suka. Gimana nggak??? Setiap hari mereka dicekoki dengan acara itu dua kali sehari. Tadinya aku pikir acara ini nggak laku, kok siangnya diputer ulang. Tapi setelah liat barisan pariwara-nya, masih lumayan banyak, berarti tinggi juga rating-nya.

Angka penjualan yang cukup tinggi bagi acara Take Me/Him Out. Dengan menghadirkan MC kawakan, Chocky Sitohang, acara ini cukup menyedot banyak rupiah. So, kini bertambah lagi daftar tontonan yang tidak sehat di depan mata anggota keluarga/ teman-teman kita.

Dengan memberikan dua session penayangan, acara ini hadir dua kali sehari, siang dan malam. Siang hari, sekitar pukul 13.00. Kita tau di jam-jam itu , banyak tayangan bagi anak-anak. Jam tayangnya bersamaan dengan beberapa program yang disajikan khusus untuk anak-anak yang mungkin baru pulang sekolah. Jam dimana anak-anak biasa menonton si bolang, acara2 petualangan anak-anak, atau kompetisi-kompetisi bagi anak-anak hingga sore hari. Maka, Take Me/Him Out ternyata juga hadir sebagai alternative acara bagi mereka.



Di malam hari, acara ini menempati prime time, disaat semua orang kini jenuh dengan sinetron yang tidak jelas, Take Me Out hadir untuk memberikan suguhan pada penonton. Bagaimana penonton tidak tercekoki kalau seperti ini?

Acara yang berdurasi sekitar 2 x 60 menit ini, sebenarnya tidak terlalu istimewa. Hampir sama dengan program-program kontak jodoh yang lain. Tapi memang acara seperti ini mampu mengundang rasa penasaran yang cukup besar bagi penonton (khususnya di Indonesia). Dengan menghadirkan pria/wanita single, kemudian mereka diberi sessi perkenalan dan bebas dipilih dan kemudian bebas memilih, pria/wanita mana yang akan diajaknya ke romantic room.

Dengan vulgar, acara ini mempertontonkan tayangan “rumah bordil” yang elegan! Ya, bagi saya mungkin Choky Sitohang tak ada bedanya dengan (maaf) “Germo”. Dua puluh pria/wanita single tak ubah seperti pelanggannya yang ingin mengetahui para “single” yang ditawarkan perharinya. Tak perlu uang banyak, tapi “profesi” atau prestise menjanjikan cukup menentukan apakah sang “single” akan dipilih atau tidak. Untuk semakin meyakinkan bahwa acara ini bermutu, setiap peserta yang berhasil mendapatkan pasangannya, akan mendapat tanggapan dari sang Ustadz Cinta. Baru kali ini saya melihat dengan jelas bahwa ada Ustadz di rumah Bordil.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat membuat orang juga semakin pintar mengemas kemaksiatan dengan cukup elegan. Hal-hal Syirik saja bisa dikemas dengan layanan sms premium. Begitu juga dengan tayangan-tayangan di televisi. Kini kita tak perlu susah melihat bagaimana sebenarnya kinerja germo menjajakan para korbannya pada para pelanggannya. Kalau dulu mungkin masih tersembunyi di balik rumah remang-remang, tapi didalamnya warnanya merah menyala. Disana perkenalan dan transaksi dilakukan dengan diam-diam. Para lelaki hidung belang, baik yang masih lajang ataupun sudah menikah, bisa mencari “kebutuhan”nya disini.

“Sedikit agak beradab”, kini rumah remang-remang itu bisa kita tonton di layar televise dengan kemasan yang gemerlap. Tak jauh beda, para wanita akan dikenalkan dengan pria single. Penentuan pasangan akan dilakukan dengan tiga putaran. Putaran pertama, dikenalkan nama-profesi- dan usianya. Dengan dalih “mendapat chemistry”, beberapa wanita akan tetap menyalakan lampunya, dan yang “nggak daoet chemistry” dipersilahkan mematikan lampunya. Putaran kedua biasanya akan diputarkan video profile, akan semakin jelas bagaimana pekerjaan dan aktvitasnya sehari-hari. Putaran ketiga akan performance. Putaran terakhir kini giliran sang pria yang akan memilih dari para peminatnya yang tersisa. Kalau tidak ada, berarti sang pria itu harus pasrah, bahwa dia bukang orang yang diinginkan oleh para wanita.

Bisnis Sex, dimanapun dan kapanpun selalu menjadi bisnis yang besar dan menjanjikan. Pengalaman baru-baru kemarin, naiknya “isu Miyabi” semakin memperlihatkan bahwa itu merupakan sebuah keuntungan besar2an bagi para penyedia bisnis sex.

Kita lihat bagaimana Valentine, bukan hanya menguntungkan para perusahaan coklat (kalau ini Cuma beberapa persen), tapi juga membuat semua media menyuguhkan acara-acara special valentine, bertemakan kasih sayang, minimarket sampe hypermarket berlomba-lomba memberikan sale besar-besaran. Film-film dan sinetron-sinetron tidak jauh beda akan menjadikan “sex” sebagai tema tayangannya.

Kembali pada Take Me Out, kalau ada yang beranggapan bahwa itu adalah salah satu “ikhtiar” mencari jodoh, ya itu memang pilihan bagi masing-masing orang, akan memilih jodoh dimana??? Ada yang suka cari jodoh di diskotik, atau rumah bordil??ya, itu pilihan kok! Lagipula, saya tidak melihat bahwa para peserta adalah orang-orang yang memang telah siap untuk menikah. Tidak ada jaminan juga bahwa pasangan itu akan diproses ke jenjang pernikahan. Justru seperti menunjukan bahwa hubungan pranikah itu adalah sah!

Apakah para tim kreatif media kita tidak bisa lagi membuat program yang sehat bagi masyarakat Indonesia???

Read more ...

Gals, jangan lupa mukena-mu!




Iqamah Dhuhur yang berkumandang beberapa menit lalu membuatku agak menyegerakan langkah menaiki tangga menuju tempat sholat perempuan. Ada helaan nafas ketika sampai di ujung tangga dan menyaksikan pemandangan disana. Namun,kutepis dan tak mau banyak berfikir, karena sholat akan dimulai.

Sudah kuduga, seusai sholat, seorang perempuan menghampiriku untuk meminjam mukena. Jujur, sebenarnya itu cukup mengganggu. Pernah nggak ya orang-orang itu berfikir bahwa mereka mengganggu hubungan oranglain dengan Tuhan, yang seharusnya sehabis sholat itu adalah jenak-jenak kita untuk bermunajat. Belum lagi kalau kita ingin menunaikan rawatib.

Satu hal yang mungkin jadi pertanyaan, kenapa sih nggak bawa mukena sendiri??? Toh itu adalah kebutuhan pribadi, dan kita tahu bahwa akan melewati waktu sholat, kenapa untuk hubungan antara kita dengan Tuhan kita tidak mempersiapkannya? Kenapa kemana2 kita bawa make-up,tapi hanya sekedar sepotong mukena, kita lalai membawanya?
Dulu waktu kecil, saya tinggal di sebelah mushola, saya pernah melihat bapak marah-marah pada beberapa jamaah wanita. Pasalnya disaat sholat sedang berlangsung, mereka malah ngobrol ketawa-tiwi sendiri, dengan alasan menunggu giliran mukena. Lalu,dengan nada agak keras, bapakku berkata: “ Kalau niat sholat, ya bawa mukena dari rumah donk!”


Waktu itu,aku sempat berfikir “ih pelit banget sih bapak, di mushola kan ada mukena, ya kita nggak usah repot-repot bawa mukena!”

Namun, ternyata itu pelajaran kecil bagiku yang mungkin awalnya aku hanya melakukannya sebatas sebuah kebiasaan. Lama-kelamaan aku berfikir, sholat adalah kebutuhan bukan kewajiban. Kita yang butuh akan sholat itu,maka kita sendiri yang tahu apa yang harus kita lakukan untuk kebutuhan kita.

Kalau kita butuh sholat, maka kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan itu. Mukena itu adalah pakaian yang sangat penting buat kita. Bahkan tingkat pentingnya lebih dari sekedar pakaian kita sehari-hari karena ini adalah pakaian kita untuk berkencan denganNya,Allah tidak menyuruh kita untuk menggunakan kemeja berkerah atau gaun mode terbaru, jilbab yang sedang trend. Tapi ketika menghadapNya, kita ada dalam kondisi bersih, santun dan sederhana. Pakaian sholat adalah pakaian khusus, kok dengan mudahnya kita kadang berfikir “ah gampang,bisa minjem orang lain”.

Waktu sholat adalah waktu privasi kita, harus terganggu oleh orang-orang yang untuk kebutuhannya sendiri dia enggan untuk membawanya. Di tempat-tempat ibadah memang disediakan peminjaman mukena, tapi itu kan ditujukan untuk musafir dan persediaannya terbatas. Kalau sebatas anak kos yang jarak antara kampus-kos/rumahnya tidak seberapa, dan sudah gede lagi! Sudah bisa tahu, apakah hari itu aktivitasnya akan melewati waktu sholat atau tidak, seharusnya bisa mempersiapkan donk!

Alasan repot kerap kali menjadi factor kita lupa membawa mukena. Padahal hanya satu stel pakaian,apalagi sekarang ada yang kemasan mini,praktis dibawa kemana-mana (lho,kok jadi promo ya???he3). Mungkin dari kita kadang berfikir, “wah kalo cowok enak ya, nggak usah repot-repot pake mukena”. Hemh… apa iya???

Gals, sholat itu nggak repot kok dan jangan dibuat repot. Inti pada sebuah pakaian sholat adalah suci dan menutupi aurat. Ketika sholat, pakaiannya sebenarnya sama saja dengan pakaian sehari-hari kita, kalau kita memaknai bahwa kebutuhan berpakaian adalah kebutuhan untuk menutupi aurat, bukan kebutuhan untuk bergaya. Kalau kita sudah terbiasa menutup aurat, maka ketika sholat juga tidak repot, asal kita juga harus tahu apakah pakaian kita masih bersih atau tidak. Laki-laki pun sebenarnya sama, bukan berarti karena pakaian mereka sudah menutup aurat, ketika mau sholat juga asal saja. Saya salut dengan beberapa ikhwan yang benar-benar menjaga toharoh, dengan mempersiapkan pakaian khusus untuk sholat untuk lebih berjagta-jaga ketika pakaiannya terkena najis.

Mukena itu kan salah satu “budaya” kita saja, karena di lingkungan masyarakat kita, kebanyakan perempuan belum mengenakan pakaian yang menutup aurat dengan benar.

Lepas dari itu semua, goresan ini hanya sebatas curahan hati untuk mencoba melakukan fungsi saudara sesame muslim,untuk saling mengingatkan. (nta)

Read more ...