Pages

Monday, September 18, 2006

Wanita Shalihah

Wanita Shalihah
Sumber: MQ Media On Line - Kolom AaGym - Taushiah

Oleh Abdullah Gymnastiar

Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada
aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan
saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri.
MULIALAH wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi
keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat,
Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah
digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, "Dunia ini adalah
perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah". (HR.
Muslim).
Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran
wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga
pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya
adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah.
Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.
Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada
dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-
jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan
sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian
intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa
kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).
Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah.
Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang
dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah
yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.
Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu,
ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari
orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan
akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain.
Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat
adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu,
segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak
akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan
Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang
rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas
akhlaknya.
Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah
dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris
yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar
tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi
anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa
jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.
Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak
akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan
adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder
dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa
pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan,
kalaupun ia "polos" tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya
akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.
Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan
sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka.
Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti
Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti
beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.
Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin,
pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan
Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi
membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan
Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah
walau Khadijah sendiri sudah meninggal.
Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang
pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran
seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit
membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa
didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran.
Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-
lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang
tersembunyi.
Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah
atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-
aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja
bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak
akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka
berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah
dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah
kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, "Jika kita ingin mengenal
pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya. "
Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara.
Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses
ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di
belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang
akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap
saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang
serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang
bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata
dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing
yang nilainya tidak seberapa.
Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang
yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus
terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-
istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan
keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan
melekat pada diri kaum wanita kita. Wallahua'lam

note :masih jauh diri ini...dari kata indah itu...masih nista diri ini ketika dihadapkan pada diksi Solehah....namun proses itu terus dan terus berjalan...karena hidup adalah sebuah proses...adalah sebuah pembelajaran...untuk menjadi yang lebih baik....
makacih bwt yang udah nge-send email ini ke nta....
Read more ...
Wednesday, September 13, 2006

LPI 2006

REVITALISASI STAN SEBAGAI RAHIM KADER PETUGAS PAJAK YANG BERINTEGRITAS

Indonesia sebagai negara berkembang, tentunya masih membutuhkan banyak hal dalam proses pembangunan nasional. Modal adalah sebuah hal yang pasti urgent , baik secara materiil ataupun immateriil. Untuk memenuhi modal materiil atau finansial, berbagai jenis upaya telah dilakukan oleh pemerintah . Pajak merupakan salah satunya. Definisi dari pajak itu sendiri yakni iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor patikulir ke sektor pemerintah) berdsarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum / public, dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Dengan kuantitas penduduk yang padat, serta bergamnya jenis pajak yang diberlakukan, pantaslah jika di Indonesia pajak menjadi sumber pendanaan pembangunan yang cukup vital. Pajak memiliki fungsi budgeter dimana pajak juga merupakan sumber penerimaan domestik yang terbesar dalam APBN. Penerimaan dari pajak untuk pembangunan dalam APBN sebesar 180% atau 270 triliun.
Dalam realitanya, negara gemah ripah loh jinawi ini masih saja terkatung-katung dan pusing tujuh keliling dalam penstabilan perekonomiannya. Bangsa ini masih jatuh bangun untuk mengais belas kasihan dari para negara kreditur demi pendanaan pembangunan yang harus terus berkelanjutan. Dimana sistem pajak yang selama ini diberlakukan?.

Dalam prakteknya, pemungutan pajak tidaklah berjalan sesuai harapan. Banyak sekali kecurangan-kecurangan yang terjadi. Hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak pun beranekaragam, baik perlawanan pasif ataupun perlawanan aktif yang berupa penghindaran pajak, penyelundupan / manipulasi pajak, melalaikan pajak, dll. Inti dari hambatan yang terjadi adalah masih buruknya kesadaran dan kepedulian akan pentingnya pajak.

Jika membicarakan kurangnya kesadaran dan kepedulian pajak, fokus akan terarah pada masyarakat sebagai wajib pajak. Padahal akar permasalahan tidaklah sekedar pada wajib pajaknya. Petugas pajak memiliki andil yang cukup penting dalam hal ini. Merekalah yang berhubungan langsung di lapangan dengan para wajib pajak. Dengan kata lain mereka pulalah yang bertanggung jawab akan kondisi pajak yang sakit. Walaupun sistem sudah terkonsep dengan perfect, namun dalam prakteknya terjadi kooperatif antara wajib pajak dan petugas pajak yang dengan cerdasnya mencari celah-celah untuk kepentingan pribadi.

Pemerintah bukan hanya tinggal diam melihat fenomena tersebut. Beberapa tindakan regresif telah diberlakukan. Direktur Jendral Pajak Hadi Poernomo mengakui setiap tahun tidak kurang dri 25 sampai 30 orang petugas pajak dipecat dari jabatannya. Tiap tahun 230 sam pai 250 petugas pajak dikenakan sanksi dengan tingkat sanksi yang bervariasi.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Kiasan yang kiranya cukup dapat diaplikasikan dalam mencari solusi problema bangsa ini. Tindakan regresif akan lebih teroptimalkan dengan juga memberlakukan tindakan-tindakan adventif.

Adanya keinginan untuk menciptakan pribadi-pribadi departemen keuangan yang tangguh, serta melihat SDM Indonesia yang masih perlu digembleng, maka pada tahun 1964 Departemen Keuangan berinisiatif untuk menyelenggarakan lembaga pendidikan di lingkungannya yaitu Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Bahkan sebelumnya, di tahun 1952 , Depkeu telah mendirikan terlebih dahulu Ajun Akuntan Negara dan Ajun Akuntan Pajak. Lalu mendirikan Akademi Pajak dan Paben (1956), dan seterusnya hingga kini semua masyarakat mengenal STAN sebagai sebuah lembaga pendidikan kedinasan di lingkungan Departeme Keuangan.

STAN dapat pula kita katakan sebagai cikal bakal atau sebagai rahim yang akan melahirkan para kader-kader Depkeu, dimana juga termasuk di dalamnya bidang perpajakan. STAN memiliki pola pendidikan yang berdedikasi tinggi. Mulai dari penerimaan mahasiswa baru, STAN memberlakukan seleksi yang ketat dimana hanya siswa-siswa yang memenuhi syarat tertentu yang dapat mengikuti Ujian Saringan Masuk (USM). Singkatnya, dari awal STAN sudah memiliki bibit-bibit yang unggul. STAN pun menjadi lembaga pendidikan tinggi yang memiliki prestise serta passing grade tinggi. Dalam proses pendidikannya pun, STAN memiliki keistimewaan jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan tinggi yang lain. Pemberlakuan disiplin yang ketat sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat. Mahasiswa STAN dituntut untuk menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kompetensi tinggi,loyalitas serta etika yang nantinya diharapkan menjadi pegawai-pegawai depkeu (dalam hal ini juga petugas pajak) yang berintegritas. Tiap semesternya ada batasan minimal Indeks Prestasi yang harus diraih yaitu 2,4 dan Indeks Prestasi Kumulatif 2,75. Jika prestasi tidak mencapai batas minimum atau ada satu nilai E ataupun dua nilai D, maka tak diragukan lagi, akan terkena Drop Out (DO).

Kembali membicarakan petugas pajak, seharusnya kita akan memiliki kondisi pajak yang sehat jika para petugas pajak telah mendapat gemblengan selama studi di STAN. Namun, ternyata tidak semua petugas pajak diambil dari para lulusan STAN. Dengan hitungan kasar, tiap tahunnya tidak lebih dari 20% petugas pajak adalah lulusan STAN. Quota petugas pajak ternyata juga diberikan kepada para lulusan lain di luar STAN. Bukan meremehkan lulusan universitas-universitas di Indonesia. Namun, kita tegaskan lagi bahwa kita membutuhkan petugas-petugas pajak yang berintegritas. Memang tak dapat dijamin 100 % lulusan STAN adalah manusia yang perfect untuk menjalankan tugas karena memang mereka juga bukan malaikat, meraka adalah manusia biasa. Tapi, setidaknya mereka telah mendapat gemblengan khusus untuk dipersiapkan menjadi tenaga depkeu yang berintegritas. Jika dibandingkan dengan lulusan lain yang notabene masih buta akan kondisi intern depkeu dan belum pernah melakukan praktik, maka lulusa STAN dengan kekuatan empirisnya bisa mendapat nilai lebih unggul.

Revitalisasi STAN menjadi salah satu solusi untuk menciptakan kondisi pajak yang sehat. Dalam hal ini berarti Depkeu juga harus lebih mengalokasikan anggaran lebih pada bagian pendidikan. Nominalnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan kerugian negara akibat ulah-ulah biadab para petugas pajak yang tidak memiliki etika kepegawaian.

Tiap tahunnya, belasan ribu siswa lulusan sekolah menengah bersaing untuk dapat lolos USM STAN. Nilai belasan ribu ini pun sebenarnya juga sudah merupakan bibit-bibit unggul yang telah tersaring dengan pemberlakuan syarat-syarat tertentu semisal batasan nilai rata-rata ujian akhir. Bandingkan dengan universitas lain pada umumnya yang hanya melakukan penyaringan dengan test masuk.

Dari belasan ribu pendaftar, tidak ada 50% yang dapat masuk. Quota yang disediakan oleh STAN tiap tahunnya kurang lebih hanya 2500 – 3000 mahasiswa saja. Itu merupakan mahasiswa dari semua jurusan. Jika hanya dari jurusan pajak berarti nominalnya lebih kecil. Padahal tiap tahun ada petugas pajak yang dipecat atau mendapat sanksi dan tentunya tiap tahun juga ada yang dipensiunkan. Jika Depkeu menambah alokasi perhatian pada pendidikan dengan menambah quota penerimaan siswa didik dan juga memberlakukan bahwa hanya lulusan STAN sajalah yang dapat menjadi petugas pajak, maka besar harapan kita untuk dapat memiliki para petugas pajak yang berintegritas tinggi yang nantinya akan membawa kondisi pajak menjadi lebih sehat dan tentunya perekonomian yang stabil.

Tentunya selain dengan peningkatan kuantitas tenaga terdidik, peningkatan kualitas juga perlu dilakukan. Mata kuliah etika kepegawaian yang memang wajib diterima oleh para mahasiswa STAN akan lebih baik lagi jika ditambah porsi serta pendalamannya. Tentunya juga dengan peningkatan kualitas tenaga pengajar.

Penambahan materi dalam kurikulum pendidikan di STAN yang berkesinambungan dalam menciptakan kader yang berintegritas juga merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan. Emotional Spritual Question (ESQ) dapat dipilih sebagai materi yang wajib ditanamkan pada para mahasiswa STAN.

ESQ bukanlah sekedar pelatihan – pelatihan yang bersifat ”menjamur” atau ”latah”. Banyak perusahaan mengirimkan pegawainya untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan seperti yang banyak ditawarkan saat ini. Namun, dampak nyata sebuah pelatihan apapun jenisnya adalah mereka hanya mendapatkan ’angin energi baru’, dan itu hanya berlangsung sesaat, karena sesudah itu para peserta pelatihan akan kembali kepada kebiasaan lama. Dampak yang paling umum adalah rasa percaya diri. Setidaknya untuk beberapa waktu saja. (Richard Boyatzis, Research in Organization Change and Development IX, 1993)

Setiap individu memerlukan suatu pelatihan dan pemahaman tentang kecerdasan emosi (EQ), dengan tujuan menciptakan manusia yang memiliki karakter tangguh melalui training. Setiap individu perlu mengetahui dan memahami bahwa kecerdasan spiritual justru mampu meningkatkan kemampuan EQ disamping SQ sehingga pelatihan berjalan sepanjang hidup. Mensinergikan rasionalitas duniawi (EQ) dengan semangat spiritual (SQ), sehingga terjadi suatu perpaduan yang dahsyat (ESQ) untuk membangun karakter manusia yang paripurna. Selain itu, terjadinya pemisahan antara semangat bekerja / belajar dengan semangat spiritual ke-Tuhan-an, akhirnya akan terjadi sekularisme pada dua kutub yaitu kutub duniawi versus spiritual. Timbul kesan bahwa salah satu sisi justru bisa melemahkan sisi lainnya yang berbuntut pada krisis value (makna). Sehingga timbul rasa kebosanan dan kegelisahan dalam menjalankan tugas atau lebih fatal lagi bahwa akan terjadi kelalaian karena teriming-imingi hal materi sehingga meninggalkan loyalitas dalam bekerja. Bekerja seolah hanya mencari uang, tanpa memahami makna besar dan mulia di balik tugas. Konsep ESQ ini sangat tepat sekali jika diperuntukkan pada calon-calon petugas pajak. Jika kita berbicara mengenai integritas, secara tidak langsung kita juga akan menuju pembicaraan akan ”moral”. Memang bukan jaminan bahwa dengan ESQ, manusia akan bermoral luhur. Namanya juga manusia, tidak ada yang dapat sempurna. Jika kita mau sempurna maka cari saja petugas pajak dari golongan malaikat. Tapi setidaknya dengan penanaman Spiritual dan Emotional Question, kita sudah melakukan upaya untuk meminimalisir terjadinya kebejatan moral serta etika para calon petugas pajak. Bukankah kriteria seperti itu yang kita cari untuk menuju kondisi pajak yang sehat?

ESQ ini bukan kemudian menjurus pada salah satu agama. Lepas dari masalah pluralisme, semua agama mengajarkan kebaikan dan keseimbangan antara potensi intelektual dan potensi spiritual. Jadi solusi penyisipan materi ini cukup universal bagi semua orang.

Revitalisasi inilah yang diharapkan dapat mencetak kader-kader petugas pajak yang berintegritas. Ketika kita mencari solusi dengan modernisasi bukan berarti kita melulu berkutat pada sebuah hal yang inovatif ataupun sesuatu yang belum ada. Modernisasi juga berarti bahwa kita memodernkan atau memperbaharui apa yang sudah kita miliki baik itu secara ekstern maupun intern.

Revitalisasi memang bukanlah sebuah solusi yang menyelesaikan seluruh permasalahan. Perbaikan dibidang teknis atau lainnya pun sangat diperlukan. Namun, kembali pada sebuah kata bijak bahwa ”jika kita ingin mencabut ilalang, cabutlah dari akarnya” yang artinya bahwa jika kita ingin menyelesaikan sebuah problema, carilah dulu key of problem yang sedang dihadapi. Carilah sesuatu yang menjadi sebuah cikal bakal.

Revitalisasi STAN merupakan solusi adventif yang dapat kita berlakukan untuk melahirkan para petugas pajak yang berintegritas sehingga kita dapat menikmati kondisi pajak yang sehat dan perekonomian yang stabil. Semoga ini menjadi titik cerah bagi dunia perekonomian negara zamrud khatulistiwa ini. Amien .
Read more ...
Thursday, September 07, 2006

Nifsu Sya'ban

l
Sesiapa yang berpuasa satu hari dalam bulan sya'ban maka Allah haramkan tubuhnya dari api nereka dan dia akan menjadi teman kepada Nabi Yusof di dalam Surga.Riwayat Osman Bin Abi Al As Sabda Nabi Muhammad: Pada Malam nifsu sya'ban setelah berlaku 1/3 malamnya Allah turun ke langit dunia lalu berfirman; Adakah orang-orang yang meminta maka Aku perkenankan permintannya, adakah orang yang meninta ampun maka aku ampunkannya, adakah orangt yang Hari nisfu sya'ban adalah hari di mana buku catatan amalan kita selama setahun diangkat ke langit dan digantikan dengan buku catatan yang baru.Catatan pertama yang akan dicatatkan dibuku yang baru akan bermuala sebaik saja masu waktu Maghrib, 15 Sya'ban pada 14 Sya'ban sebaik saja masuk maghrib.
(dikutip dari http://nccblog.blogdrive.com/).
Yeah...ntar malem nifsu Sya'ban...(thanks ya..buat orang jelek yang mo ngingetin :P )
Lepas dari masalah kontroversi seputar masalah nifsu Sya'ban.......yang pasti ini merupakan kesempatan kita untuk memperbanyak ibadah. Fastabiqul Khairat................berlomba-lomba-lah dalam kebaikan...........selama ini menurut keyakinan kita baik....why not????
Read more ...