Pages

Wednesday, April 17, 2013

Let's Get Lost




“ Separuh kesenangan dalam perjalanan adalah menikmati indahnyat tersesat. Dan salah satu manifestasi tersesat adalah ketika diri kita lebur dalam ketiadaan. Perjalanan hanya bisa kita nikmati dan barangkali lebih bermakna, jika kita mampu melenyapkan diri. Lebur. Hilang Tidak menjadi siapa-siapa… “ (Rad Bradbury dikutip dalam tulisannya mas Farid Gaban).


Seusai melafalkan shadaqallahul’azhim sebagai penanda akhir tadarus, biasanya ada satu jeda beberapa menit menjelang kumandang adzan Isya. Saat itulah, aku dan mas Ardan --kakakku-- semasa kecil dulu sering berbagi cerita. Entah cerita tentang di sekolah, tentang teman-teman, dan yang lebih seru tentang perjalanan. Sejak ayah menambah perbendaharaan sepeda (meskipun hanya sepeda bekas), maka resmilah masing-masing anaknya punya alat untuk melanglang buana. Saya masih ingat obrolan yang lucu-lucu itu.

“nta, adan nemu jalan baru”“hah?dimana?”“itu , ada gang kayak labirin.., di dekat jalan cempaka”

Kemudian mas Dan – panggilan untuk mas Ardan- , akan menceritakan petualangannya untuk kesekian kali. Perlu dijelaskan juga bahwa yang dimaksud dengan “jalan baru” itu adalah gang-gang seperti labirin yang kami temukan di salah satu sudut kota yang belum pernah kami lewati. Dan hampir tiap ada kesempatan bercengkerama itulah, kami akan bercerita “jalan baru” apa saja yang sudah kami temukan hari itu. Tidak hanya jalan baru, tapi juga pengalamanku terperosok di got besar, kemudian nangis dan digendong pulang oleh tetangga yang kebetulan lewat. Atau kejadian saya yang ditabrak sepeda motor di pertigaan, tapi sempet loncat jadi gak luka, eh malah dapet duit dari yang nabrak.hehe. Sekedar pengalaman kami menjelajahi balai kota lama, pelabuhan, atau jalan-jalan sempit yang kami anggap sebagai sebuah “penemuan” yang luar biasa. Sangat menyenangkan, bukan?!


***

Dan saya menemukan kalimat kutipan yang saya tempel diawal tulisan ini, saat itu seratus persen langsung saya iyakan. Saya selalu antusias membaca kisah-kisah petualangan yang membuat spot adrenalin. Serial lima sekawan, trio detektif, dan petualangannya si Sporty (aku lupa nama group detektifnya) adalah beberapa diantara sekian bacaan favoritku dan mas Dan semasa kami kecil dulu. Jika tidak sedang mood membaca, berjalanlah. Itu yang kulakukan sedari dulu.

Seperti slogan yang digunakan oleh TV channel NatGeo “Let’s Get Lost”, bagaimana serunya sebuah perjalanan tidak kita benar-benar rencanakan, alias nyasar. Saya membayangkan sebuah siluet keramaian dimana disana ada sosok kita terbaur ditengah-tengahnya menjadi orang asing, tanpa ada yang tau kita itu siapa.

Maka sangat senang sekali ketika tahu bahwa di tahun ini saya banyak memiliki kesempatan untuk ngebolang ke pelosok daerah. Tapi FYI, sebenarnya saya bukan orang yang suka jalan-jalan untuk refreshing. Setiap event wisata atau jalan-jalan saya selalu punya ribuan alasan untuk tidak ikut. Mungkin karena tidak biasa atau memang selalu tak punya kesempatan. Maka, saya tipe orang yang tidak terlalu suka acara-acara seperti outbond. Ditambah lagi, saya itu orang yang “sok serius”, meski saya sering bepergian pasti selalu ada urusan. Sebenarnya saya sering sekali melakukan perjalanan keluar kota bahkan luar pulau, tapi pasti ada urusan , entah itu rapat, konferensi, seminar, training, dan tetek bengek yang lain. Di event yang senang-senang, biasanya saya tidak ikutan. Misal waktu festival sastra di Jakarta, yang lain pada ikut sessi di dufan saya malah tinggal di kamar hotel trus menjelajah suasana malam di kota tua sendirian, atau ketika conference ada sessi jalan-jalan di Malaka dua hari, saya malah memilih melakukan perjalanan melintas Negara dengan naek bus sendirian, tersandra di imigrasi, tanpa handphone dan alat komunikasi yang lain. Ngeri?Ya..sedikit. Tapi, toh nyatanya saya menikmati itu semua. Saya menikmati situasi dimana kita harus menyesuaikan diri di tempat asing, bertemu orang asing, makanan asing. Dan saya menikmati keterasingan itu untuk bisa belajar banyak hal.


Saya belajar bahwa sebuah perjalanan itu bukanlah sebuah hal yang hanya untuk hura-hura. Justru perjalanan adalah rangkaian pelajaran yang berharga. Bukankah seorang yang sedang dalam perjalanan/ musafir memiliki keistimewaan doanya lebih mustajab. Tentu saja itu berlaku pada perjalanan yang positif.


Dulu mungkin saya sedikit memiliki ambisi dan mimpi untuk bisa banyak berkesempatan ke negeri orang. Sampai saat ini pun saya masih menyimpan mimpi itu, tapi lebih menyimpan semangat petualangannya. Jadi, tidak terpaku dimana lokasinya. Malah saya saat ini sedang enjoy untuk berkeliling Banyumas, masuk ke pelosok-pelosok desa, naik gunung menerobos hutan, berakrobat di jalanan terjal, itu sungguh kenikmatan yang luar biasa. Belum lagi ketika kita bertemu masyarakat dengan tradisinya masing-masing. Untuk bulan-bulan ini sebelum Ramadhan, saya mengagendakan beberapa tempat dengan prioritas di pulau Jawa dulu. Bukan apa-apa, saya memperhitungan kelelahan dan kefektifan ketika harus keluar pulau. Kalau jauh, maka waktu kita akan habis di perjalanan, sementara untuk eksplorasi tidak cukup dengan beberapa jam saja. Namun tetap saya juga mengagendakan ke beberapa tempat di luar pulau. Ingin rasanya menengok pulau-pulau terluar Indonesia, belajar kearifan dari masyarakat perbatasan. Satu hal yang ingin sekali saya lakukan tapi belum kesampaian adalah : pengen naik kapal laut ke Sulawesi atau Sumatra. Hahaha. Serius. Seumur hidup saya belum pernah naik kapal laut beneran. Dulu waktu kecil sering main ke pelabuhan, cuma menaiki kapal yang tidak berlayar. Aku pengen merasakan bagaimana ada di tengah lautan luas. Ingin merasakan semangat Ibnu Batutah menjelajahi kepulauan-kepulauan baru.. Tuhan, berikan aku kesempatan itu.. :) aamiin.

Memilih perjalanan beresiko, menjelajah wilayah-wilayah baru yang belum pernah dikunjungi, itu sangat menarik sekali bagiku. Semenjak SMP saya sudah sering bepergian luar kota sendirian. Tentu saja kena marah papaku. Tapi lama-kelamaan Papaku tau bahwa aku orang yang suka tantangan, akhirnya malah sering dilepas untuk pergi sendiri. Bahkan di beberapa kesempatan, kekhawatiran Papaku tidak lebih banyak dibandingkan ke kakak laki-lakiku. Udah banyak yang ngomong kok, kalau yang pantas jadi kakak itu sebenarnya aku bukan mas Ardan..hehe. Tapi itu becanda, bagaimanapun juga mas Ardan adalah lelaki kedua setelah ayah, dimana aku pasti akan luluh dalam peluk hangatnya. *hug*.


***

Perjalanan adalah sebuah aktivitas yang sangat menyenangkan. Apalagi ketika perjalanan itu bisa kita abadikan melalui tulisan ataupun gambar. Saya berusaha untuk selalu menuliskan catatan perjalanan setiap pulang bepergian. Kini, karena kebetulan saya sedang gandrung belajar fotografi, jadilah saya melengkapi tiap catatan dengan foto-foto. Bukan foto narsis tapi kebanyakan foto yang dijepret adalah bergenre human interest. Secara khusus saya memang sedang ingin banyak belajar human interest photography. Ketika sebuah jepretan mampu menuangkan banyak kisah. Kalau lewat tulisan kita berkisah melalui kata-kata, ini kita berkisah melalui gambar. Untuk itu, kepada beberapa maestro fotografi, saya berlutut memohon bimbingan beliau-beliau meski secara autodidak. Hehehe.


Semoga kesempatan usia ini selalu dicukupkan untuk banyak menjelajahi bumi nusantara. Supaya kelak di entah bagaimana keadaannya nanti, ku bisa berkata pada anakku :


“nak, kau tahu Indonesia? Itu tanah yang luar biasa indahnya. Sebuah negeri yang dilimpahi Cinta Kasih Sayang luar bisa dari Tuhan dengan pesona alam dan masyarakatnya. Kau hanya akan melihat cinta, cinta, dan cinta selama menjelajahi tanah itu. Melanglang buana lah, layari lautan luas dan himpun segala pelajaran kearifan dari semesta ini…, “

***


Di penghujung tulisan, sekedar pesan sponsor : untuk tiap tulisan dan gambar tentang perjalanan biasanya saya selalu post di blog www.shintaardjahrie.blogspot.com . Satu bulan terakhir ini memang sedang tak sempat merawat blog tersebut sehingga sepi postingan. Itu semua karena netbook tercinta saya sedang sakit parah sehingga tak dapat terakses tulisan-tulisan yang tersimpan disana. Netbook dari tahun 2009 itu adalah “pacar setia” saya untuk menuliskan kisah perjalanan dan menyimpan gambar-gambarnya. Doakan supaya lekas sembuh. Tahun ini berkeinginan untuk lebih banyak berjalan, untuk lebih banyak belajar, untuk lebih banyak menulis catatan perjalanan. Misi selama masih melajang, banyak menjelajah. Nanti setelah nggak single ya beda, menjelajahnya jadi berdua..hahaha.. #kodeBangetNih. :D

Untuk kaki yang akan lebih jauh melangkah, jemari yang lebih gesit menari, mata yang akan lebih lama menatap, hati dan lisan yang akan terus berdoa.., kuiringkan selalu harap atas peluk sayang Allah..semakin erat, semoga!


Maturnuwun.


Purwokerto, 5 april 2013 , Sabtu penuh gemuruh rindu.. ^_^
Title: Let's Get Lost; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: