Seharian kemaren aku banyak makan, *gemuk,
gemuk, gemuk, yeiy!!* . Mumpung di Tegal, saya kemarin menyempatkan untuk
wisata kuliner alias wiskul. Ada beberapa jenis makanan dan tempat makan yang
saya kunjungi. Saya akan berbagi info beberapa review tempat makan di kota
Tegal. Untuk di kabupaten Tegal, saya tidak begitu paham, hanya tahu beberapa
saja tapi nggak tau kondisi
terakhirnya, mungkin nanti nunggu ada yang mau nraktir.., *nglirik teman-teman
di kabupaten* :D . Nah, ini jenis dan tempat makan yang saya kunjungi kemarin :
- 06.00 . Kupat bongkok Panggung. Makanan ini kemarin saya santap untuk sarapan pagi. Setelah ziarah ke makam ayah, saya dan adik jalan-jalan ke alun-alun dan pasar pagi dan saya mampir ke kompleks masjid panggung. Disana memang ada beberapa penjual kupat bongkok, tepatnya di sepanjang Jl.KH.Mukhlas. Harganya relatif murah, dari 2-3ribu rupiah. Makanan ini memang mengambil nama Bongkok, yaitu nama sebuah desa di kabupaten Tegal. Mengenai apa itu kupat bongkok, bisa disearch saja informasinya melalui mbah google. Banyak kok. Saya cuma mau kasih beberapa referensi tempat membeli kupat bongkok. Selain di Jl.KH.Mukhlas, saya biasa membeli juga di Jl.Serayu atau wilayah Kalimati. Oya, tidak semua orang doyan kupat bongkok, mungkin karena melihat bumbunya. Tapi, saya suka tuh :p.
- 09.00 . Mendoan dan Lengko Srigunting. Agak siang sedikit, sekitar pukul 9.00, saya pergi jalan bareng seorang sahabat. Saya merasa perlu meluangkan waktu untuk sahabat yang satu ini. Ia sahabatku dari SMP, kami berkenalan di PII. Dari satu group PIIwati yang dulu sering bareng, saya memang lebih sering berdua dengannya mungkin karena hanya tinggal dua orang yang senasib sepenanggungan sebagai happysingle !!yeiy!! *apa sih??*. (eh, tiga ding, *ina durung detung*..:p ). Nah karena kebetulan dia juga dulu kuliah di Purwokerto, jadi ketika saya tawarkan beberapa pilihan tempat makan, dia langsung tertarik untuk menyantap mendoan hangat. Mendoan Srigunting cukup populer bagi yang sering nongkrong, apalagi ABG...:p . Lokasinya di Jalan Srigunting, kalau dari arah timur (Jl.AR Hakim) masuk ke pertigaan Srigunting, lurusssss saja, hingga beberapa blok sebelum pertigaan Jalan Merpati. Lokasinya di tepi selatan. Tempatnya sangat sederhana. Ada satu gerobak yang bertandakan “mendoan Banyumas”. Satu porsi tempe mendoan harganya 3ribu rupiah, berisi dua potong. Jadi satu potong mendoan harganya 1500. Yeah, bagi saya yang berdomisili di Purwokerto mungkin harga segitu rada mahal, karena tiap hari bisa sering ketemu mendoan dengan harga dibawah itu.hehe. Tapi ya agak wajar lah , kalau kita menghitung juga ongkos transportasinya. Lagipula, tidak semua orang mungkin paham teknik menggoreng mendoan. Heemhh..kapan-kapan saja saya ceritakan tentang mendoan ini, beserta referensi membeli mendoan yang masih mentah dan lain-lain. Tulisan tentang mendoan nunggu sponsor dulu ah.. *lirik bos sawangan* hahahaha. Oya, selain mendoan, di warung ini juga menyediakan berbagai macam jenis es juice. Ini juga yang membuat tempat ini sering menjadi tongkrongan ABG. Pilihan menu minuman yang sering menjadi favorit adalah es teler. Saya memang beberapa kali sering kesini, dulu sering ditraktir teman *kangen mbak Naniiing..* Sekarang yang sering nraktir sedang jadi bumil, udah bukan happysingle lagi jadi jarang nongkrong. Jadi sekarang pay it forward , gantian saya nraktir orang lain.hehe. (eh, ntar kalo aku udah married dan jadi bumil kayak mbak naning berarti juga bakal jarang jalan-jalan dan makan-makan sama temen-temen dong ya?? Makanya puas-puasin deh, mumpung single.hehe) . Oya, kemarin sepertinya kami sedang bernasib kurang baik karena mendoannya belum datang dari Purwokerto. Jadilah kami hanya memilih beberapa menu umum. Kami hanya pesan lengko, es teller, es juice, dan beberapa kudapan seperti kentang goreng. Untuk jenis makanan lain selain mendoan, disini kurang recomended . Lengkonya juga biasa saja, tapi memang penyajiannya menarik. *krupuk mie nya bertaburan, seru banget*.hehe. Untuk satu porsi lengko dihargai 4ribu rupiah. Untuk es teller dan esjuice semua dibandrol dari 4-6ribu. Selain lengko, juga ada makanan dan kudapan lain seperti kentang goreng, roti bakar, dll. Saya agak menyesal karena sebenarnya pengen melahap lengko yang disandingkan dengan mendoan. Tapi ya sudahlah. Untungnya saya kesana bareng sahabat, jadi nongkrong sampai 3jam juga nggak terasa, apalagi kebetulan salah satu teman yang lain -- yang juga satu group piiwati, tapi sudah di luarkota dan tidak happysingle – nelpon kami. Sesuatu banget lah, bisa berbagi banyak cerita.
- 12.30. Bakso EMO. Kumandang adzan Dhuhur mengingatkan akan janji
makan siang bersama adik-adik. Jadi kusudahi pertemuan dengan sahabat, dan
bergegas pulang. Saya memang yang berinisiatif untuk mengajak kedua adik
saya makan diluar. Sebenarnya kemarin momentum peringatan hari lahir si
bungsu yang ke-16, jadi sekalian saja. Sebenarnya sih bisa dirumah, tapi kalau di rumah nanti kita sibuk di teknisnya saja,
nyiapin inilah itulah. Lagian anak ABG kayak adik-adik saya pastinya
senang jika diajak makan. Karena tidak mau ribet ya sudah kita makan di
tempat yang tidak jauh dari rumah. Pilihan jatuh ke Bakso EMO, di Jalan
Kartini. Tempatnya lumayan cozy.
Luas juga ternyata. Difasilitasi hotspot juga, makanya saya ajak kesini
soalnya sekalian mau kirim email penting.hehe. Hal yang menarik dari tempat
bakso ini mungkin kreatifitasnya. Disini selain bakso biasa juga
menghadirkan Bakso Fiber (bakso sayuran) dan Bakso Hot (pedas). Untuk
bakso fiber dan bakso hot bentuknya pipih, jadi mirip-mirip ham tapi ukuran besar. Hehe. Untuk
minuman, standart-standart saja, tapi namanya memang dibuat menarik. Kaya
minuman jahe disebutnya minuman sehat raga. Heemh...ada-ada saja. Untuk
harga, sebenarnya standart sih, tapi untuk kualitas yang juga standart,
harga yang dipatok menurut saya cukup sedikit mahal. Satu porsi bakso
biasa dibandrol 8.500 rupiah, jenis bakso yang lain lebih mahal seribu
rupiah. Untuk yang spesial ditambahi bakso tahu. Mie baksonya tidak
terlalu enak. Jadi rekomendasi saya kalau kesini, mending pesan tanpa
campuran mie bihun. Tempat bakso ini berusaha tampil elegan dan modern,
tapi menurut saya wilayah jalan kartini tidak pas untuk seperti itu.
Disini kompleks anak sekolah, jadi kalau mau buat tempat makan dan
nongkrong kalau bisa yang sesuai juga, jadi bisa ramai. Jualan makanan
juga nggak bisa asal jual, harus
liat cita rasa. Kalau makanan kayak bakso dan mie ayam kita bisa mengukur
kualitas rasa dari kuahnya, bukan berasa MSG saja. Saya jadi ingat bakso
kepala sapi, di purwokerto, tempat saya beberapa kali makan disana.
Sepertinya franchise, di Tegal udah ada apa belum ya? Kalau belum,
prospektif juga tuh. *ah, teori
doang shin, action dong!!hehe* .
Tapi kemarin memang saya tidak terlalu fokus pada jenis makanan. Dua jam
di siang bolong kemarin lebih banyak diisi “orasi” saya kepada adik-adik.
Macem-macem petuah yang saya berikan dan sharing pendapat antara kita
bertiga. Lumayan bisa tau apa yang ada di dalam pikiran adik-adik saya.
Tuh kan, terbukti nyuruh orang cerita lebih mudah dengan nraktir makan.hehe.
- 14.00 . Es Campur dan Jajanan Pasar. Kalau ini saya ada janji dengan salah
seorang teman yang lain. Ia main ke rumah dengan membawa “buah
tangan”hehe. Tadinya ia memang punya janji untuk nraktir bakso. Tapi
berhubung saya sudah kenyang bakso, saya bilang “udah nggak usah”. Eh ternyata malah menggantinya dengan es campur dua
porsi besar. Lumayan panas-panas ada yang bawain es ke rumah. Kebetulan
juga dirumah saya sedang banyak jajanan pasar yang dibuat sendiri , ada
onde-onde, dadar gulung, arem-arem, dan kue pastel. Kapan-kapan saja saya
terangkan tentang masing-masing cara pembuatan jajanan pasar ini. Tentang
harga es campur, saya nggak
tahu. Tapi yang pasti es campur yang dibawa teman saya ini porsinya cukup
besar. Isinya macam-macam, ada kacang hijau segala macam. Masa saya harus
tanya harga ke teman saya itu sih?? Tapi sebenarnya kalau kapan-kapan ada
yang mau ke rumah lagi, saya lebih suka kalau dibawain es duren aja
ya..hehe. Eh dibawain martabak saya juga suka apalagi kalau martabak khas
lebaksiu..;-) *ngarep*.Ok, dan dua jam berikutnya diisi dengan konsultasi
“cinta dan kehidupan”.hahaha. Dia teman SMA saya, kami biasa diskusi
hal-hal remeh seputar kehidupan sehari-hari. Calon mantu ibu lurah ini
sedang patah hati karena ternyata pak lurah nggak punya anak
perempuan.hahaha. Maka kemarin saya putarkan backsound “Kisah sedih di Hari Minggu”, satu hits single dari
Marshanda.hehehe. Nggak ding. Tapi ya saya cukup
senang bisa menjadi tempat berbagi dan dipercaya. Keep strugle, bro!!Jangan
berhenti sebelum ditolak 21kali! :p. Inget petuah dari saya : “jadilah pecinta
yang berani, mencintai dalam ‘walaupun’ bukan ‘karena’”. Saling mendoakan yang terbaik saja.
- 16.30. Glotak Iga Sapi di Roemah Tempo Doeloe. Sebenarnya saya
sudah punya janji jam 4 sore dengan salah seorang teman. Kata adik saya :
“ribet sih mbak nta, kalau
pulang malah sibuk sana-sini”hehe. Karena konsultasi siang itu ternyata
cukup makan waktu dan saya sudah punya janji penting jam 4 sore, maka
dengan tanpa perikemanusiaan saya mengusir teman saya untuk pulang.hehehe.
Setelah sholat ashar, saya bergegas pergi. Kali ini tujuannya adalah
Roemah Tempo Doeloe yang berlokasi di Jl.AR.Hakim. Saya memang yang
menentukan tempat ketemuan, dan
saya sudah kepincut untuk mendatangi rumah ini. Saya sebenarnya tertarik
dan kangen ketika melihat nama bajigur terpampang di bagian depan rumah
yang mengambil setting klasik ini. Tapi ternyata bajigurnya tidak ada di
daftar menu. Wah, pembohongan publik nih. Tapi kekecewaan saya terhapus
karena melihat satu nama makanan yang terpampang disana, yaitu “glotak iga
sapi”... Tanpa ragu saya memesannya. Di RTD ini menyajikan beberapa menu
makanan yang klasik. Tapi etnik lokalnya sebenarnya agak rancu. Saya
hingga saat ini belum tau pasti konsep apa yang sebenarnya ingin
disajikan?? Makanan klasik kah? Makanan khas daerah kah? Atau apa? Tapi
saya melihatnya setting klasik hanya terlihat pada penyajian saja, dimana
menu-menu makanan dipampang di bagian depan yang ditaruh di dalam
tungku-tungku tanah liat. Tapi jenis makananya juga tidak terlalu khas.
Minumannya juga minuman-minuman standart. Jangan harap bisa menemukan
bajigur, es sagwan atau minuman unik yang lain disini. Ya biasa
saja..paling-paling es juice. Heeemhh.. Untuk harga, ya standart “rumah
makan”. Untuk ukuran anak kos dan freelancer
bergaji kecil seperti saya, tentu saja termasuk mahal. Satu porsi
glotak iga sapi dibandrol dengan harga 7ribu rupiah. Sebenarnya tidak
mahal karena pake iga sapi. Tapi, kalau mau jujur, tentang rasa saya lebih
memilih glotak biasa yang dijajakan di kampung-kampung. Glotak disini
tidak terasa bumbu khasnya. Pedasnya juga biasa saja. Mungkin karena
kebetulan juga glotak yang saya pesan merupakan porsi terakhir dari yang
tersedia hari itu, dan sudah cukup sore saya datang kesitu, jadi rasanya
mulai aneh. Kehadiran pilus tegal dan krupuk antor kecil cukup
menggantikan sedikit kekecewaan saya. Untuk jenis makanan lain saya tidak
cukup hapal harganya, tapi ya rata-rata dari 5- 25ribu. Begitu juga dengan
minuman. Untuk satu gelas es nata de coco yang saya pesan kemarin dihargai
dengan 5ribu rupiah. Yang lainnya standart, dari 5-15ribu rupiah.
Tempatnya cukup nyaman, walaupun jarak antara sittinggroup satu dengan yang lainnya terlalu dekat. Di tempat
ini juga menyediakan meeting room.
Ini juga info menarik. Setting ruangannya lumayan nyaman untuk acara-acara
rapat internal atau training kecil. Kapasitas untuk 20-50orang. Jika
peserta lebih dari 20orang, maka dibebaskan dari biaya charge selama pesan
makanannya juga disitu. Sedangkan charge untuk menyewa meeting room disana
adalah 100ribu rupiah sekali pakai (bukan hitungan perjam). Fasilitas :
AC, in focus, dll. Bisa dicoba lain kali. Yup, dan pertemuan sore itu
dengan teman perempuan saya merupakan pertemuan yang cukup penting.
Lumayan makan waktu, saya baru selesai benar-benar urusannya hingga ba’da
maghrib.
Sebenarnya kemarin
malam saya juga sudah berencana ketemu dan makan malam dengan salah satu
pebisnis baju muslim di Tegal. Tapi batal karena kemarin malam saya lupa isi
pulsa, dan juga saya harus mengambil novel yang akan diresensi ditambah pula
hujan yang turun tepat ketika saya ingin pulang. Jadilah, saya baru beranjak
pergi dari rumah teman sekitar pukul 19.30. Sudah terlalu malam untuk memadu
janji, apalagi saya akan berangkat pagi hari ke Purwokerto. Ya sudahlah, lain
kali. Namun saya cukup puas dengan beberapa pertemuan dan wisata kuliner hari
ini. Semoga benar-benar bisa pulang ke Tegal.
Tentang wisata kuliner di Tegal sebenarnya banyak tempat yang bisa dikunjungi. Selain tempat-tempat nongkrong asyik seperti “lesehan kapyuk”, kupat glabed randugunting, sate blengong, es sagwan.., saya juga punya referensi beberapa tempat nongkrongnya anak muda sekaligus tempat makan. Saya agak prihatin dengan banyaknya resto-resto fastfood yang sudah mulai banyak di kota ini. Bukan masalah makanannya, tapi gaya hidup dan sosialita masyarakatnya yang semakin tergerus modernitas. Semoga angkringan, sanggar nasgor, lamongan, valentine, ropita, lesehan pongset tetap ramai walaupun McD sudah hadir di Tegal ya. Hehe. Salam kuliner!
Tentang wisata kuliner di Tegal sebenarnya banyak tempat yang bisa dikunjungi. Selain tempat-tempat nongkrong asyik seperti “lesehan kapyuk”, kupat glabed randugunting, sate blengong, es sagwan.., saya juga punya referensi beberapa tempat nongkrongnya anak muda sekaligus tempat makan. Saya agak prihatin dengan banyaknya resto-resto fastfood yang sudah mulai banyak di kota ini. Bukan masalah makanannya, tapi gaya hidup dan sosialita masyarakatnya yang semakin tergerus modernitas. Semoga angkringan, sanggar nasgor, lamongan, valentine, ropita, lesehan pongset tetap ramai walaupun McD sudah hadir di Tegal ya. Hehe. Salam kuliner!
Senin, 16 Januari
2012, masih di Tegal, diiringi nasyidnya Sigma dan akustikannya Radiohead dan
Coldplay (seleraku random banget yak??hehe). Tanpa cappuchino dan koran pagi.
Nanti beli ah sebelum berangkat.
#Tadinya mau
berangkat ke Purwokerto ba’da Shubuh, tapi gagal. Bukan apa-apa, saya sudah
bangun saat fajar tapi ternyata Tegal bisa dingin juga ya. Tadi bangun tidur
alergiku kumat, jadi meler dan bersin-bersin.
Lepas dari itu, saya sebenarnya sedang ingin berlama-lama di Tegal, tapi
demi mengingat teguran salah satu pemasang iklan yang bilang : “minggu depan ya
mbak”.., hiyaaaa..jadi bergegas berangkat. Mandi...mandi...mandi!!!! Bus
Kurnia...aku datang. *berharap dapet bus Goodwill* :p
#btw, ternyata banyak
permintaan ngemsi di bulan februari.
3 comments:
banyak wisata kulinernya mbak, jadi pengen tuh yang namanya mendoan tegal, kalau baksonya mah udah..salam kenal.
mendoan the best..
salam dari kami...
www.tempemendoanmentah.blogspot.com
cobain ujak teplak dan juga es lontrong slawi....salam kenal
Post a Comment