Pages

Monday, January 30, 2012

Tasini Oh Tasini

Sesosok  wanita dengan balutan jilbab coklat mengambil posisi di depan dengan gerak-gerik yang cukup aneh. Ia masuk dalam formasi yang nampaknya sudah diatur sedemikian rupa.

Beberapa jenak berlalu, sang perempuan berjilbab coklat tersebut tampak sesekali tertawa melengking sambil menggendong sebuah kentongan bambu. Ia tertawa dan hanya tertawa saja, acuh dengan kondisi di sekitar.

Dari koor yang bergema, akhirnya kami menjadi tahu bahwa wanita itu adalah Tasini. Wanita yang memiliki perngorbanan luar biasa untuk melahirkan anak-anaknya. Disaat wanita lainnya harus merasakan indahnya masa-masa menjadi ibu hamil, Tasini adalah wanita yang harus menjadi gila hingga delapan bulan usia kehamilan. Entah berkorelasi atau tidak dengan gila-nya Tasini, anak-anak yang dilahirkan dari rahim perempuan itu kemudian menjadi orang-orang yang luar biasa.


Tasini, itulah sosok wanita yang coba diperankan oleh gadis berjilbab coklat di senja kemarin. Aksi peran yang sangat memukau menjadikan kami tak dapat menyembunyikan tepuk tangan di akhir pertunjukan. Ya, senja kemarin kami menengok aktivitas kelompok teater Gemblong yang berlokasi di salah satu desa di kabupaten Tegal. Mereka sedang berlatih mementaskan sebuah naskah drama yang disadur dari salah satu cerpen berjudul “Tasini” karya SN Ratmana. Cerpen “Tasini” ini adalah salah satu dari sepuluh cerpen pilihan yang terkumpul dalam buku terbaru SN Ratmana “Lolong, Lelaki Senja”. 

Kedatangan kami berempat (FLP’s Gank..yeeeah!!!:D) senja itu ternyata cukup membuat riuh. Beberapa penyambutan special pun disajikan. Walau agak aneh, tapi kami merasakan adanya sebuah ketulusan yang tak ternilai harganya. Ketulusan yang serupa dari semua pihak untuk bisa mensukseskan acara launching buku “Lolong, Lelaki Senja” pada tanggal 12 Februari 2012 nanti.

Bukan tanpa alasan kami mencoba merangkul komunitas kesenian yang berbasis di masyarakat. Sastra dimana menjadi salah satu bagian dari bentuk seni, dapat menjadi sebuah tampilan yang menarik juga ketika divisualisasikan salahsatunya ke dalam bentuk seni peran. Tak mustahil akan muncul pemaknaan-pemaknaan baru yang lebih beragam. Selain itu, eksistensi teater rakyat menggelitik kami untuk bisa memunculkan potensi serta semangat anak-anak muda di Tegal dalam muatan karyanya masing-masing. Teater Gemblong, salah satu komunitas kreatif, kumpulan muda-mudi yang ingin berkarya di bidang seni panggung. Kreatifitas mereka berawal dari keresahan, seperti kutipan pada salah satu bagian syair yang selalu mereka gemakan di awal dan akhir latihan: “kami jiwa-jiwa resah..bersatu dalam cinta.., cinta kepada Illahi..”.

Teater Gemblong ini terdiri dari anak-anak muda berbagai kalangan usia. Kami memang mencoba mengangkat momentum launching buku ini untuk menyampaikan makna adanya sinergisitas karya antar generasi. Lolong, Lelaki Lansia dengan satu novelet dan sepuluh cerpen terpilih yang terangkum didalamya memang merupakan karya salah satu maestro sastra kota Tegal yang berusia senja. Pak Suci mungkin memang sudah pantas pula kami sebut dengan eyang. Tapi, karya-karya dari senior yang cukup lanjut itu kami anggap bukanlah sebagai sebuah eksistensi belaka namun justru sebagai inspirasi. Karya pak Suci ingin kami interpretasikan dengan karya lain. Kreatifitas yang melahirkan kreatifitas lainnya. Ketika pak Suci menelurkan karya, itu adalah inspirasi bagi kami – anak muda—untuk menghasilkan karya lain, dan harapannya inpirasi-inspirasi itu akhirnya juga berjejaring dan menginspirasi karya-karya yang lainnya juga. Pay it forward!

Maka, sepanjang perjalanan pulang kemarin, semakin banyak yang “berkecamuk” di kepala kami. Diskusi yang riuh di sepanjang perjalanan pulang mengalahkan derasnya hujan sore itu. Walaupun obrolan tentang teater rakyat, potensi anak muda Tegal juga sempat ngelantur juga ke obrolan jomblo*eh,sensor*.  Tapi yang pasti, kami pulang dengan semangat untuk meneruskan jejaring inspirasi berkarya ini. Minimal, acara launching buku tanggal 12 Februari esok kami harapkan dapat berlangsung penuh kesan. Kami tetap optimis, walau sesungguhnya banyak sekali “dag dig dug” yang sedang menggangu jiwa-jiwa resah kami. ^-^.

The last but not the least, pementasan teater “Tasini” adalah satu dari sekian banyak rangkaian acara yang bisa disaksikan pada launching dan booksigning “Lolong, Lelaki Lansia” karya SN.Ratmana pada tanggal 12 Februari 2012 di pendopo Sebayu kota Tegal. Kami mengundang segala apresiasi dari rekan-rekan semua. Tentu saja lekuk dramatik kisah Tasini (yang diilhami dari kisah nyata) ini akan lebih masyuk ketika dibaca secara langsung dari bukunya. Sebelum launching Novelet dan Kumcer “Lolong, Lelaki Lansia” , kami membuka layanan pre-order hingga tanggal 10 Februari. Pemesanan pada pre-order akan mendapatkan diskon 30% dari harga normal dan juga tandatangan penulis. Persediaan untuk pre-order sangat terbatas. Info pemesanan, harga, dan ongkos kirim bisa langsung hubungi inbox FB FLP Tegal atau di nomor kontak : 0856 856 5875. 

Maturnuwun.


Tegal Keminclong, Senin, 30 Januari 2012, selesai ditulis bersamaan dengan berakhirnya rintik hujan di waktu fajar. *wa laili idza yasr, hal fii dzaalika qosammullidizii khijr* And the night when it departs/ truly in that there is an oath for those who possess understanding*  (89 : 4-5) 
Title: Tasini Oh Tasini; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: