Pages

Friday, January 13, 2012

Warung Penyetan


 Ada beberapa makanan yang saya biasanya berusaha menghindari , yaitu : ayam, lele, dan makanan-makanan yang ada di warung penyet. Kecuali lele, untuk dua jenis makanan yang lain idak 100% saya benar-benar menghindar. Tadi malam, saya ingin merasakan sensasi makan tempe penyet. Entah sudah berapa lama saya tidak pernah dateng ke warung penyet. Kayaknya gara-gara pas malam minggu kemarin ardina ngajakin ke SBC trus makan cah kangkung dan tempe kremes. Trus pas tadi malam kebetulan lagi lewat jalan kampus, mampir ke warung tenda di pinggir lapangan Grendeng. Disana pilihannya tinggal : ayam, lele, atau tempe-tahu. Ya, jelas aku bakal milih yang terakhir. Saya mendingan lapar daripada ditraktir makan lele. Ayam?? Wews, saya punya trauma dengan makanan ini. Sejak saya tinggal di Purwokerto, saya menemukan hal baru dalam “dunia makanan”. Mungkin karena baru jadi anak kos. Disini saya baru melihat dan merasakan ayam yang dimasak tidak benar-benar matang. Di Purwokerto, khususnya di daerah karangwangkal-grendeng banyak sekali warung ayam goreng, bakar, pinggir jalan ataupun rumah makan yang memasak ayamnya tidak benar-benar matang. Saya pernah suatu hari benar-benar muntah karena melihat masih ada darah saat makan ayam goreng . Semenjak itulah saya menghindari makan ayam. Jadi, saya berusaha gak makan ayam kecuali yang dimasak sendiri atau di tempat-tempat yang saya yakin masaknya baik dan benar. Nggak harus fastfood ya, soalnya disini juga ada restorang fastfood yang masak ayamnya menurut saya nggak mateng . Kalau lele, itu emang nggak doyan, itu sugesti sih sebenarnya, karena inget bagaimana lele berkembang biak. Tentang warung penyetan, nah ini yang pengen saya obrolin pagi hari ini.


Saya tinggal di Purwokerto sejak September 2006. Saat itu daerah sekitar kampus, di kelurahan Grendeng-Karangwangkal belum terlalu ramai seperti  sekarang. Entah kenapa, hal yang terasa sekali bedanya adalah menjamurnya warung penyetan. Dulu, warung penyet yang cukup banyak penggemarnya adalah di Bang Udin, Jl.Jaelani-Karangwangkal. Sepanjang jalan karangwankal, bang Udin adalah satu-satunya....*cieee...hehe :D*. Dulu tahun pertama di Purwokerto saya tinggal di rumah kontrakan kecil di kelurahan Grendeng, jadi kalau teman serumah pengen penyet harus jalan dulu sampai karangwangkal.

Setahun berikutnya saya pindah kos di Jaelani-Karangwangkal. Warung penyetean yang setahun sebelumnya hanya ada satu, kemudian bertambah. Dari ujung pertigaan sampai kos-kosan saya ada lebih dari tiga warung. Setahun kemudian, masih bertambah lagi. Terakhir saya ngekos disitu, dua tahun yang lalu, sudah lebih dari sepuluh warung tenda atau rumahan yang menjajakan menu penyetan. Itu saya belum menghitung warung penyet yang ada di ruas jalan kearah barat, utara, dan selatan dari rumah kos saya.  Satu hal lagi, sependek pengamatan saya, setiap malam warung penyetan itu semuanya ramai. Bahkan satu yang dekat kosan saya waktu itu biasanya sebelum Isya sudah habis.  Bukan hanya yang ada di karangwangkal tapi juga yang di sepanjang Jl.Soeparno, Jl.Kampus, sampai Jl.Bunyamin. Semua selalu penuh!! Mantap ya. Mahasiswa-mahasiswi disini ternyata doyan banget sama penyetan.

Warung penyetan adalah tempat makan sederhana yang menyajikan menu khas dalam pengolahan makanan yaitu dipenyet dengan sambal. Saya juga awalnya tidak tahu, dipenyet itu diapain?? Ternyata hampir mirip seperti dipecak, tapi tidak sampai selumat pecak. Bahan makanan yang dipenyet bisa bermacam-macam, ada tempe, tahu, ayam, lele. Biasanya yang jadi ciri khas adalah sambalnya. Tiap tempat biasanya punya sambal dengan ciri khasnya masing-masing. 

Warung penyetan biasanya menjadi tempat favorit konsumen seperti mahasiswa karena harga makanan disana relatif murah. Walaupun kalau kita bandingkan dengan warung makan biasa yang menyediakan lauk serupa, sebenarnya dihitung-hitung jatuhnya juga mahal. Coba aja bandingkan, untuk makan di warung penyet dengan lauk satu potong tempe dan satu potong tahu itu harganya empat ribu rupiah. Hanya nasi+tempe-tahu penyet+lalapan. Di beberapa tempat juga sudah 5ribu rupiah. Ini pakai tarif purwokerto utara ya..hehe. Coba kalau kita makan nasi rames dengan lauk serupa plus ada sayurannya itu rata-rata harganya 3000-4000. Sama aja, tapi kalau kita ukur kandungan serta variasi lauk dan sayurnya ya mendingan nasi rames dong. Atau ayam penyet, sekarang harganya minimal tujuh ribu rupiah. Sayur yang tersedia di warung penyetan hanya sebatas lalapan. Bagi orang jawa, khususnya jawatengah yang namanya sayur biasanya identik dengan “kuah”. Sayur asem, sayur sop, atau sayur-sayur lainnya yang berkuah. Berbeda dengan orang sunda yang terbiasa mengonsumsi sayur dalam bentuk lalapan alias tidak diolah.

Kenapa saya tidak terlalu suka ke warung penyetan?? Alasan yang sebenarnya cukup klasik, yaitu kurang sehat. Tempe, tahu nya memang punya nilai gizi yang bagus. Tapi coba tengok minyak goreng yang digunakan.., beberapa tempat malah ada yang mencampurkan plastik dalam minyak goreng. What the!!!

Saya bukan anti pada warung-warung pinggir jalan. Sok iye banget kalau aku kayak gitu. Saya penggemar tempat makan yang prorakyat, seperti angkringan, warung burjo, dll. Apalagi dulu jaman-jaman masih jadi aktivis mahasiswa, wah.. sering banget yang namanya nongkrong di angkringan berjam-jam. Saya nggak pernah punya patokan kalau makan harus dimana, tapi memang ada beberapa menu yang saya hindari. Kalaupun ternyata saya nggak suka sama tempat makan itu, saya toh punya pilihan untuk sekedar minum. Saya emang rada susah makan, makanya kurus.hehe. Saya nggak bisa makan ditempat makan dengan menu yang sama selama tiga hari berturut-turut. Jadi saya nggak pernah jadi pelanggan tetap warung makan manapun. Saya nggak pernah betah untuk makan di satu tempat yang sama atau dengan menu yang sama. Ngak bisa makan nasi rames seelama tiga hari berturut-turut. Mau makan harus dipikir dulu, makan dimana, menu apa, enak nggak, ribet deh..makanya kadang hasil akhirnya : ‘udahlah nggak usah makan, nggak laper juga kok”. Ini kebiasaan jelek yang saya sadari kok.hehe. Tadi juga pas makan siang saya dan teman di kantor lazis ngobrol tentang tempat makan. Saya lebih suka makanan-makanan yang “non beras” kayak siomay, bakso, mie. Ribet yak??emang..:p. Kalau lauk, dari duluu banget emang suka sama telor, diolah apa aja deh, aku suka. Ketimbang ayam, daging, tempe, tahu.. kadang saya lebih milih telur. Kata sepupu saya : “wah, ati-ati lo ta, lo bisa bisulan gara-gara kebanyakan makan telor”..wews, enak aza.., aman-aman aja tuh!! Apalagi telor mata sapi.. setengah matang dengan kuning telor tepat ditengah.. kalau kata temanku, menyesap telor ceplok setengah matang di pagi hari itu kayak surga dunia banget deh..wkwkwkwk.

Kembali tentang warung penyetan.., saya pernah tuh kepikiran ngajak temen-temen yang saya anggap konsen di bidang gizi dan kesehatan masyarakat untuk melakukan sebuah gerakan. Waktu itu ketulan lagi gencar-gencarnya banyak perusahaan meluncurkan program CSRnya. Saya mikir kenapa kita nggak coba mengkoordinir para pedagang penyetan untuk menggunakan bahan baku dan minyak goreng yang sehat. Waktu itu juga lagi ramai-ramainya tahu yang mengandung formalin. Kalau memang tahu yang baik itu mahal, kemudian minyak juga mahal, kenapa nggak kita coba bantu dengan sebuah gerakan yang mengkoordinir para pedagang penyetan dan menghubungkan ke pedagang tahu. Kalau modelnya borongan kan bisa murah. Lagi pula, dengan promo “makanan sehat” saya mikirnya akan lebih menarik konsumen. Masalah minyak goreng, ya itu kita perlu mengkoordinir dan bisa juga bekerjasama dengan program CSRnya perusahaan minyak goreng. Tapi, waktu itu saya bingung.., jarang ada yang peduli hal-hal kayak gini. Ya sudah, seperti biasa..rencana tinggallah rencana. Kalau hingga saat ini saya belum terlalu suka makan di penyetan, bukan berarti saya nggak prorakyat, tapi ada argumen tersendiri disana. Anyway, kalau lama nggak makan penyetan trus suatu saat makan, rasanya jadi lebih nikmat lho, tadi malem contohnya..saya makan penyetan..berasa enak. Tapi saya juga udah ngecek tahu dan minyaknya kok. Ya, tahunya bagus kok. Tentang minyak, pasrah aja deh.hehe.

Sampai Disini dulu deh #SSMnya.
Tulisan ini bukan sepenuhnya #SSM, tapi tadi disambung juga setelah mandi. Soalnya nggak cukup waktunya. Tadi juga habis beresin resensi-resensi yang mau diupload, ternyata kebanyakan saya simpan di hardisk komputer di rumah.hehe.

Jumat Semangat, 13012012, 19safar1433.

#cappucino hari ini mantaaap.., disambung sarapan “ketan kepok” , tadi iseng beli di lapaknya BKAM.hehe. Ternyata kenyang banget. Jadi kayak mirip nasi onigiri.., kecil tapi padat jadinya kenyang. Kapan-kapan mo aku tulis ah tentang kepok ini.hehe.

#heh, tadi waktu mo ambil master software di kantor lazis, ada flashdisk dan disana ada folder yang isinya poto2ku. Heeemh..pelakunya udah ketebak sih. Poto2nya cuma dikit tapi random banget lagi, foto saat PAR kemarin, Idul qurban, dan juga foto waktu pake toga yang itu file udah lamaaaaaa banget, dua atau tiga tahun yang lalu. Kok bisa disimpen??  Curiga nih..pasti mo buat merencanakan sesuatu.. Awas, kalo tanpa izin aku dulu mas!! Saya tau apa yang ada di pikiran anda.. *bete*

#btw, aku baru nyadar kalau besok  itu tanggal 14. aku janji sama keponakan mau nonton teaternya besok malem. Juga mo ketemuan sama pak joni. Tapi kan besok aku siaran sampe sore. Nyampe Tegal jam berapa yak?? Trus tadi dapet sms, dimintai tolong jadi MC lagi di hari minggu pagi. Trus baru inget tanggal 15 itu bimbingan haji udah kuliah perdana. Dan tanggal 15 itu ultahnya Bilal. Alamakjang.. trus gimana dong?? Aq gak mungkin membelah diri. Mana surat iklan lazis buat besok pagi juga belum kelar. L
Title: Warung Penyetan; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: