Saya tinggal di Purwokerto sejak September
2006. Saat itu daerah sekitar kampus, di kelurahan Grendeng-Karangwangkal belum
terlalu ramai seperti sekarang. Entah
kenapa, hal yang terasa sekali bedanya adalah menjamurnya warung penyetan.
Dulu, warung penyet yang cukup banyak penggemarnya adalah di Bang Udin,
Jl.Jaelani-Karangwangkal. Sepanjang jalan karangwankal, bang Udin adalah
satu-satunya....*cieee...hehe :D*. Dulu tahun pertama di Purwokerto saya
tinggal di rumah kontrakan kecil di kelurahan Grendeng, jadi kalau teman
serumah pengen penyet harus jalan dulu sampai karangwangkal.
Setahun berikutnya saya pindah kos di
Jaelani-Karangwangkal. Warung penyetean yang setahun sebelumnya hanya ada satu,
kemudian bertambah. Dari ujung pertigaan sampai kos-kosan saya ada lebih dari
tiga warung. Setahun kemudian, masih bertambah lagi. Terakhir saya ngekos
disitu, dua tahun yang lalu, sudah lebih dari sepuluh warung tenda atau rumahan
yang menjajakan menu penyetan. Itu saya belum menghitung warung penyet yang ada
di ruas jalan kearah barat, utara, dan selatan dari rumah kos saya. Satu hal lagi, sependek pengamatan saya,
setiap malam warung penyetan itu semuanya ramai. Bahkan satu yang dekat kosan
saya waktu itu biasanya sebelum Isya sudah habis. Bukan hanya yang ada di karangwangkal tapi
juga yang di sepanjang Jl.Soeparno, Jl.Kampus, sampai Jl.Bunyamin. Semua selalu
penuh!! Mantap ya. Mahasiswa-mahasiswi disini ternyata doyan banget sama
penyetan.
Warung penyetan adalah tempat makan sederhana
yang menyajikan menu khas dalam pengolahan makanan yaitu dipenyet dengan
sambal. Saya juga awalnya tidak tahu, dipenyet itu diapain?? Ternyata hampir
mirip seperti dipecak, tapi tidak sampai selumat pecak. Bahan makanan yang
dipenyet bisa bermacam-macam, ada tempe, tahu, ayam, lele. Biasanya yang jadi
ciri khas adalah sambalnya. Tiap tempat biasanya punya sambal dengan ciri
khasnya masing-masing.
Warung penyetan biasanya menjadi tempat
favorit konsumen seperti mahasiswa karena harga makanan disana relatif murah.
Walaupun kalau kita bandingkan dengan warung makan biasa yang menyediakan lauk
serupa, sebenarnya dihitung-hitung jatuhnya juga mahal. Coba aja bandingkan,
untuk makan di warung penyet dengan lauk satu potong tempe dan satu potong tahu
itu harganya empat ribu rupiah. Hanya nasi+tempe-tahu penyet+lalapan. Di
beberapa tempat juga sudah 5ribu rupiah. Ini pakai tarif purwokerto utara
ya..hehe. Coba kalau kita makan nasi rames dengan lauk serupa plus ada
sayurannya itu rata-rata harganya 3000-4000. Sama aja, tapi kalau kita ukur
kandungan serta variasi lauk dan sayurnya ya mendingan nasi rames dong. Atau ayam penyet, sekarang
harganya minimal tujuh ribu rupiah. Sayur yang tersedia di warung penyetan
hanya sebatas lalapan. Bagi orang jawa, khususnya jawatengah yang namanya sayur
biasanya identik dengan “kuah”. Sayur asem, sayur sop, atau sayur-sayur lainnya
yang berkuah. Berbeda dengan orang sunda yang terbiasa mengonsumsi sayur dalam
bentuk lalapan alias tidak diolah.
Kenapa saya tidak terlalu suka ke warung
penyetan?? Alasan yang sebenarnya cukup klasik, yaitu kurang sehat. Tempe, tahu
nya memang punya nilai gizi yang bagus. Tapi coba tengok minyak goreng yang
digunakan.., beberapa tempat malah ada yang mencampurkan plastik dalam minyak
goreng. What the!!!
Saya bukan anti pada warung-warung pinggir
jalan. Sok iye banget kalau aku kayak gitu. Saya penggemar tempat makan yang
prorakyat, seperti angkringan, warung burjo, dll. Apalagi dulu jaman-jaman
masih jadi aktivis mahasiswa, wah.. sering banget yang namanya nongkrong di
angkringan berjam-jam. Saya nggak pernah punya patokan kalau makan harus
dimana, tapi memang ada beberapa menu yang saya hindari. Kalaupun ternyata saya
nggak suka sama tempat makan itu, saya toh punya pilihan untuk sekedar minum.
Saya emang rada susah makan, makanya kurus.hehe. Saya nggak bisa makan ditempat
makan dengan menu yang sama selama tiga hari berturut-turut. Jadi saya nggak
pernah jadi pelanggan tetap warung makan manapun. Saya nggak pernah betah untuk
makan di satu tempat yang sama atau dengan menu yang sama. Ngak bisa makan nasi
rames seelama tiga hari berturut-turut. Mau makan harus dipikir dulu, makan
dimana, menu apa, enak nggak, ribet deh..makanya kadang hasil akhirnya :
‘udahlah nggak usah makan, nggak laper juga kok”. Ini kebiasaan jelek yang saya
sadari kok.hehe. Tadi juga pas makan siang saya dan teman di kantor lazis
ngobrol tentang tempat makan. Saya lebih suka makanan-makanan yang “non beras”
kayak siomay, bakso, mie. Ribet yak??emang..:p. Kalau lauk, dari duluu banget
emang suka sama telor, diolah apa aja deh, aku suka. Ketimbang ayam, daging,
tempe, tahu.. kadang saya lebih milih telur. Kata sepupu saya : “wah, ati-ati
lo ta, lo bisa bisulan gara-gara kebanyakan makan telor”..wews, enak aza..,
aman-aman aja tuh!! Apalagi telor mata sapi.. setengah matang dengan kuning
telor tepat ditengah.. kalau kata temanku, menyesap telor ceplok setengah
matang di pagi hari itu kayak surga dunia banget deh..wkwkwkwk.
Kembali tentang warung penyetan.., saya pernah
tuh kepikiran ngajak temen-temen yang saya anggap konsen di bidang gizi dan
kesehatan masyarakat untuk melakukan sebuah gerakan. Waktu itu ketulan lagi
gencar-gencarnya banyak perusahaan meluncurkan program CSRnya. Saya mikir
kenapa kita nggak coba mengkoordinir para pedagang penyetan untuk menggunakan
bahan baku dan minyak goreng yang sehat. Waktu itu juga lagi ramai-ramainya
tahu yang mengandung formalin. Kalau memang tahu yang baik itu mahal, kemudian
minyak juga mahal, kenapa nggak kita coba bantu dengan sebuah gerakan yang
mengkoordinir para pedagang penyetan dan menghubungkan ke pedagang tahu. Kalau
modelnya borongan kan bisa murah. Lagi pula, dengan promo “makanan sehat” saya
mikirnya akan lebih menarik konsumen. Masalah minyak goreng, ya itu kita perlu
mengkoordinir dan bisa juga bekerjasama dengan program CSRnya perusahaan minyak
goreng. Tapi, waktu itu saya bingung.., jarang ada yang peduli hal-hal kayak
gini. Ya sudah, seperti biasa..rencana tinggallah rencana. Kalau hingga saat
ini saya belum terlalu suka makan di penyetan, bukan berarti saya nggak
prorakyat, tapi ada argumen tersendiri disana. Anyway, kalau lama nggak makan
penyetan trus suatu saat makan, rasanya jadi lebih nikmat lho, tadi malem
contohnya..saya makan penyetan..berasa enak. Tapi saya juga udah ngecek tahu
dan minyaknya kok. Ya, tahunya bagus kok. Tentang minyak, pasrah aja deh.hehe.
Sampai Disini dulu deh #SSMnya.
Tulisan ini bukan sepenuhnya #SSM, tapi tadi
disambung juga setelah mandi. Soalnya nggak cukup waktunya. Tadi juga habis
beresin resensi-resensi yang mau diupload, ternyata kebanyakan saya simpan di
hardisk komputer di rumah.hehe.
Jumat Semangat, 13012012, 19safar1433.
#cappucino hari ini mantaaap.., disambung
sarapan “ketan kepok” , tadi iseng beli di lapaknya BKAM.hehe. Ternyata kenyang
banget. Jadi kayak mirip nasi onigiri.., kecil tapi padat jadinya kenyang.
Kapan-kapan mo aku tulis ah tentang kepok ini.hehe.
#heh, tadi waktu mo ambil master software di
kantor lazis, ada flashdisk dan disana ada folder yang isinya poto2ku.
Heeemh..pelakunya udah ketebak sih. Poto2nya cuma dikit tapi random banget
lagi, foto saat PAR kemarin, Idul qurban, dan juga foto waktu pake toga yang
itu file udah lamaaaaaa banget, dua atau tiga tahun yang lalu. Kok bisa
disimpen?? Curiga nih..pasti mo buat
merencanakan sesuatu.. Awas, kalo tanpa izin aku dulu mas!! Saya tau apa yang
ada di pikiran anda.. *bete*
#btw, aku baru nyadar kalau besok itu tanggal 14. aku janji sama keponakan mau
nonton teaternya besok malem. Juga mo ketemuan sama pak joni. Tapi kan besok
aku siaran sampe sore. Nyampe Tegal jam berapa yak?? Trus tadi dapet sms,
dimintai tolong jadi MC lagi di hari minggu pagi. Trus baru inget tanggal 15
itu bimbingan haji udah kuliah perdana. Dan tanggal 15 itu ultahnya Bilal.
Alamakjang.. trus gimana dong?? Aq gak mungkin membelah diri. Mana surat iklan
lazis buat besok pagi juga belum kelar. L
No comments:
Post a Comment