Pages

Sunday, June 01, 2008

Elemen ke-10 Jurnalisme



Tentang Elemen ke 10 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel

Oleh Farid Gaban

Saya baru membaca sebagian dari edisi revisi dari buku The Elements of
Journalism (Bill Kovach dan Tom Rosenstiel). Jadi, belum bisa menulis
resensi yang lebih lengkap. Tapi berikut ini quick review.
[Terima kasih buat Uly Siregar, Paul dan Alana Skiera yang telah membawa
oleh-oleh buku ini dari Amerika].

Dalam buku baru ini, Kovach dan Rosenstiel memasukkan elemen ke-10:
"Citizens, too, have rights and responsibilities when it comes to the news."
Kovach dan Rosenstiel mengkaitkan elemen terbaru ini dengan
perkembangan teknologi informasi (internet khususnya) dalam beberapa tahun
terakhir: munculnya blog dan online journalism serta maraknya jurnalisme
warga (citizen journalism), community journalism dan media alternatif.

Ini elemen yang memang penting, sesuai dengan sub-judul buku asli
mereka: "What Newspeople Should Know and the Public Should Expect."
Teknologi informasi muatkhir memungkinkan orang, siapa saja,
memproduksi berita. Inilah era yang disebut oleh Alvin Toffler,
seorang futurolog pada 1980-an, sebagai era prosumsi (produksi dan
konsumsi). Publik atau masyarakat bisa menjadi produsen dan konsumen
sekaligus.

Munculnya blog, jurnalisme warga dan media alternatif sebenarnya
juga diilhami oleh kekecewaan publik terhadap media mainstream yang sekarang
ada, sebagian besar karena kesalahan para wartawan dan pemilik media
sendiri.

Tingkat kepercayaan publik terhadap media terus merosot. Di Amerika,
misalnya, sebuah survai 1999 menunjukkan bahwa hanya 21% masyarakat yang
menilai pers peduli pada rakyat, terjun bebas dari 41% pada 1987. Hanya 58%
yang mengakui pers sebagai lembaga watchdog, turun dari 67% pada 1985.
Kurang dari separo responden, 47%, yang percaya bahwa pers melindungi
demokrasi.

Kecenderungan yang sama, kita bisa menduga, juga terjadi di Indonesia.
Liberalisasi industri media setelah reformasi tidak serta merta meningkatkan
pamor pers. Pengalaman pribadi saya justru menunjukkan bahwa masyarakat
sekarang jauh lebih sinis terhadap media dan profesi kewartawanan, ketimbang
20 tahun lalu.

Liberalisasi itu sendiri menurut saya penting. Namun, nampaknya perlu
diimbangi oleh peningkatan mutu karya jurnalistik serta ketaatan wartawan
terhadap kaidah dan etika jurnalisme.

Kekritisan dan sinisme masyarakat terhadap media mainstream itu
penting dan bermanfaat. Masyarakat memang sebaiknya mamahami kaidah
jurnalistik dan dengan begitu bisa mengontrol pers, yang pada gilirannya
memacu wartawan dan pemilik media untuk kembali merenungkan eksistensinya
sendiri: untuk apa sebenarnya jurnalisme ada?

Kovach dan Rosenstiel kembali mengingatkan kita para wartawan untuk mengkaji
serta mengenali kembali prinsip-prinsip dasar jurnalisme agar kita tidak
makin tersesat jauh dari publik. Dan khususnya dalam elemen ke-10, buku baru
ini mengingatkan publik untuk ikut serta memperkaya jurnalisme dan
mengontrol pers.

Jurnalisme terlalu penting untuk hanya dipercayakan kepada para
wartawan, atau mereka yang mengaku wartawan.*** (Farid Gaban]


comment from nta:
Yup, jurnalis bukan sekedar sebuah profesi dimana kita hanya memindahkan apa yang di bibir orang ke dalam tulisan, namun jurnalis perlu juga memiliki kemampuan pengolahan berita yang akan dia buat. Jurnalisme terlalu sayang jika sekedar untuk profesi belaka. Daya kritis masyarakat juga diperlukan dalam hal ini. Tidak sekedar menikmati apa yang disuguhkan, sementara dilain pihak wartawan juga mencoba "membentuk" kesukaan masyarakat dengan mengikuti trend pasar. Media merupakan wadah edukasi masyarakat yang sangat urgent.
Hidup jurnalistik Indonesia (terus berkarya, progresif dan Yakin Usaha Sampai....^_^ =>lho???)


Title: Elemen ke-10 Jurnalisme; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: