Pages

Thursday, February 05, 2009

Sumpah I Love you, I need u,I miss u…*)



(Refleksi milad HMI)

Tanpa tedeng aling-aling, gaya yang asyik abis!!! Itu komentar yang keluar untuk sebait lagu yang dibawakan oleh Mahadewi- group music yang masih dibawah Laskar Cinta Management. To the point, menghentak, menggelora. Tidak seperti lagu cinta lain yang terbalut oleh kata-kata picisan. Lagu ini memperlihatkan sebuah sifat yang sangat ekspresif, tegas, dan terus terang.

Seperti itulah gerakan anak muda. Menggelora, Semangat, dan langsung ke sasaran! Seperti itulah mungkin yang dirasakan kanda Lafran Pane persis 62 tahun yang lalu. Saat melihat kondisi umat Islam di bangsa Indonesia yang waktu itu lepas dua tahun dari proklamasi kemerdekaan. Kondisi dimana masyarakat Indonesia masih menderita walaupun sudah memproklamirkan kemerdekaan serta kondisi ruhiyah dimana keIslaman masih rendah. Maka dengan dua tujuan yaitu Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam, terbentuklah HMI.

Lafran Pane dapat kita nilai sebagai seorang pemuda yang ekspresif. Di usia yang muda, dengan kondisi emosi yang masih menggebu-gebu, Lafran Pane memiliki keberanian untuk mengekspresikan kegelisahan hati nuraninya.

Sore itu, hari rabu pon, 14 Rabiul Awal 1366 H /5 Februari 1947 pukul 16.00, Lafran dengan kesigapannya yang dimotivasi oleh segala kegundahannya yang telah lama terpendam, ia berinisiatif membentuk organisasi mahasiswa Islam. Ke-Ekspresif-annya ini yang kemudian menjadi penggores sejarah manis dalam pergerakan mahasiswa di Indonesia.


Lafran adalah seorang pemuda cerdas, walaupun mungkin tidak setenar para tokoh lain di masa itu. Yudi Latief dalam bukunya “Intelegensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20,hal 502 menyebutkan : Lafran Pane sebagai generasi ketiga inteligensia muslim Indonesia setelah generasi pertama (Tjokroaminoto, Agus Salim,dll), generasi kedua (M. Natsir, M. Roem dan Kasman Singodimedjo pada 1950-an), generasi keempat (Nurcholish Majid, Imadudin Abdurrahim dan Djohan Efendi pada 1970-an). Sang pemuda cerdas nan ekspresif itu dilahirkan di kampung Pagurabaan, Kecamatan Sipirok, yang terletak di kaki gunung Sibual-Bual, 38 kilometer kearah utara dari Padang Sidempuan, Ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan.

Menggambarkan seorang sosok Lafran Pane kecil, remaja, dan menjelang dewasa dlah sosok pemuda kritis yang tak mengenal lelah untuk melakukan pencarian jati dirinya. Lafran dikenal sebagai sosok yang nakal, pemberontak, dan “bukan anak sekolah yang rajin”. Bukan sebagai anjuran kalo nanti kader-kader HMI itu bukan anak sekolah yang rajin, tetapi kenakalanny disini adalah dalam konteks sebuah pergolakan yang memberontak dan disini menunjukkan independensi Lafran yang teruji. Dengan pergolakan semangat pencariannya, dia bertualang di sepanjang jalanan kota Medan, terutama di kawasan Jalan Kesawan; pada kehidupan dengan tidur tidak menentu; pada kaki-kaki lima dan emper pertokoan; juga pada kehidupan yang Ia jalani dengan menjual karcis bioskop, menjual es lilin, dll. Dari perjalanan hidup Lafran dapat diketahui bahwa struktur fundamental independensi diri Lafran terletak pada kesediaan dan keteguhan Dia untuk terus secara kritis mencari kebenaran sejati dengan tanpa lelah, dimana saja, kepada siapa saja, dan kapan saja.

Mental berani dan apa adanya, inilah yang ingin dicoba diungkapkan. Seandainya saja waktu itu Lafran Pane tidak memiliki sebuah keberanian, masih harus memperhitungkan berbagai resiko. Apa jadinya kalau dia masih belum mantap, banyak ragu-ragu, tak akan ada HMI, mungkin Cuma mimpi!!!

Seperti kondisi kader sekarang, untuk jadi pengurus saja masih terurai alas an macam-macam “kuliah saya gimana?skripsi saya belum kelar, saya sudah lulus, saya mo married….bla..bla..bla…”… HMI dibangun dari sebuah rasa percaya diri, dibangun dari sebuah keberanian untuk menghadapi segala resiko yang akan dihadapi. HMI dibentuk dari sebuah ketegasan bahwa sebagai seorang muslim kita mengingnkan, mencintai, membutuhkan, dan merindukan manisnya cinta sejati sang Rabbi yang diturunkan dalam sebuah system kebenaran yaitu Islam. HMI dibangun bukan dari ketidakpedean, ke-letoy-an, keragu-raguan, atau malah Cuma wacana doank. HMI adalah sebuah ekspresi dari sebuah kegelisahan, dari sebuah mimpi… tanpa ragu-ragu untuk mengungkapkan perasaan cinta, butuh, dan rindu akan sebuah tatanan masyarakat yang diridhoi oleh Allah SWT.

Itulah ketika HMI digerakkan oleh para kader muda, bukan para generasi yang sudah “udzur” yang telah memiliki orientasi-orientasi lain, kepentingan-kepentingan yang menodai independensi, sehingga untuk mengekspresikan sebuah ketegasan sebuah keberanian masih harus berfikir ngalor-ngidul. HMI adalah proses ekspresif, proses kreatif, bukan berfikir keuntungan pribadi.

So,
Sumpah…aq mencintaiMu dengan segala nikmat dan kasih sayangMu, Izzati…
Sumpah…aq membutuhkan Islam untuk mengisi sebuah lubang dalam kegersangan ini
Sumpah…aq merindukan akan sebuah perubahan kondisi menjadi sebuah tatanan yang diridhoi oleh sang Pecinta….

Dalam hentakan notasi semangatku, dalam olahan nada fikir…qu coba ekspresikan. Maklumi-lah gelora yang membara ini…persetan dengan sebutan emosional atau ketidakdewasaan karena Ekspresif bukan berarti tidak dewasa, karena dewasa adalah sebuah proses…dimana harus melewati fase-fase keremajaan yang penuh semangat membara…



Maka tanpa tedeng aling-aling ekspresikan segala perasaan itu….

Sumpa I love U, I need U, I miss U…..

(nta)
senja…. Sebelum milad.
*) Ini judul lagu-nya Mahadewi..sebenarnya tidak ada hubungan yang signifikan dengan content tulisan ini… hanya sebuah pengantar yang menemani jari-jariku menari menuliskan ekspresi. Thank you Ahmad Dhani…. ^_^.
Title: Sumpah I Love you, I need u,I miss u…*); Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: