Pages

Monday, December 11, 2006

HOMESCHOLLING SEBAGAI SEBUAH ALTERNATIF PENDIDIKAN

Pendidikan memang masalah yang urgent. Perannya begitu vital dalam kehidupan manusia. Perkembangan zaman adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi bentuk-bentuk pendidikan. Inovasi banyak dilakukan di dunia pendidikan. homescholling adalah salah satu alternatif mengenai bentuk pendidikan.
Pendidikan akan lebih mengena apabila dilakukan sesuai keinginan anak didik. Kurikulum akan lebih berhasil terimplementasikan apabila siswa didik sendiri yang menyusun apa dan seperti apa yang ingin dipelajarinya. Homescholling dapat menjadi alternatif yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
Di negara lain, Homescholling mungkin bukan sudah menjadi hal yang biasa. Di Indonesia, kini beberapa elemen masyarakat nampaknya juga mulai melirik alternatif ini. Sesuai namanya, sistem homescholling jelas berbeda dengan sekolah formal umumnya. Cara ini dilakukan full di rumah siswa masing-masing, dengan tenaga pengajar yang mendatangi siswa didik.
Dalam lingkungan sekolah (umum), ternyata tidak semua siswa menyukai sistem yang diberlakukan. Ada yang tidak menyukai ketika harus ada jam-jam pelajaran dan jam istirahat. Mereka merasa ada sebuah pendiktean dalam menjalani pendidikan.
Homescholling ini memberikan kemungkinan yang luas untuk siswa didik turut menentukan kurikulum. Dalam satu hari ia bisa belajar banyak tanpa harus terpaku jam-jam yang telah ditentukan. Mereka bisa memilih belajar dalam beberapa jam sekali, sehingga mereka merasakan belajar bukan sebagai sebuah beban namun sebagai sebuah kebutuhan.
Peran orang tua sangat besar dalam homescholling. Memang homescholling menjadi pilihan para orang tua yang mulai berkurang kepercayaannya pada sistem pendidikan di Indonesia. Mereka (para orang tua itu) merasa memiliki cara yang lebih tepat dalam menentukan pendidikan bagi anak-anaknya tanpa mempercayakan pada lembaga pendidikan. Apalagi mengingat pergaulan anak muda zaman sekarang yang cukup bebas.
Sebagai sebuah contoh,tokoh pendidikan yang cukup populer di Indonesia-Kak Seto- telah menggunakan homescholling untuk pendidikan putra-putrinya. Mereka (putra-putri kak Seto) mengaku merasa lebih enjoy menjalani pendidikan dengan homescholling dibanding harus bersekolah seperti anak-anak pada umumnya. Bahkan mereka berniat untuk terus memilih homescholling hingga pendidikan tinggi.
Bukan sebuah propaganda ataupun promo. Penjelasan ini hanyalah sebagai pembuka cakrawala kita mengenai dunia pendidikan Indonesia.
Di sisi lain, homescholling tidak sepenuhnya baik. Dengan memilih homescholling, siswa didik tentunya akan lebih individualis. Mereka tidak bisa merasakan bagaimana belajar bersama rekan-rekan sebayanya. Sosialisasi mereka kurang. Padahal esensi pendidikan bukanlah sekedar pada akademik, melainkan juga bagaimana mereka dapat mengimplementasikan apa yang didapat di bangku sekolah dalam lingkungan sosial. Di sekolah mereka secara tidak langsung belajar bagaimana menghadapi kakak kelas, guru, dan berinteraksi dengan rekan-rekannya. Tentu saja hal itu tidak didapat di homescholling.
Mengenai kualitas, tentu saja kita tidak bisa mengklaim secara baik buruk diantara keduanya. Karena hasil merupakan prerogatif dari setiap individu. Walaupun mengikuti sekolah formal, namun jika memang ia punya daya intelegensi yang tinggi, maka hasilnya pun bisa jauh lebih baik dibanding homescholler. Atau jika menanggapi ketakutan akan pergaulan, jika memang siswa didik dibekali dengan mental yang bagus, maka ia tak akan mudah luluh dengan pergaulan-pergaulan yang negatif.
Perlu diingat pula bahwa homescholling memang baik, namun itu bukan merupakan sebuah alternatif pendidikan formal, maka tak ada sebuah ijasah atau sertifikat bagi lulusannya. Idealismenya memang sekolah bukan sekedar cari ijasah, namun tidak bisa juga dinafikkan bahwa lembar ijasah juga penting walaupun pendidikan di Indonesia mengakui adanya berbagai alternatif bentuk pendidikan baik formal ataupun nonformal. Homescholling juga menuntut para orang tua untuk dapat menjalankan peran sebagai pendamping dalam proses pendidikan. Ini merupakan hal yang tidak mudah. Orang tua yang harus juga memegan peran dalam pendidikan akademis. Mungkin kak Seto-sebagai seorang pemerhati pendidikan- bisa menjalankan itu dengan baik, namun tidak semua orang tua memililiki tipikal yang sama.
Homescholling dapat merupakan alternatif pendidikan bagi mereka yang memang membutuhkan itu. Semoga saja homescholling dapat melahirkan generasi-generasi yang berkualitas. Semakin banyak alternatif dalam dunia pendidikan, semakin banyak kita mendapatkan sumber daya manusia dengan berbagai style.
Title: HOMESCHOLLING SEBAGAI SEBUAH ALTERNATIF PENDIDIKAN; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: