Pages

Thursday, December 27, 2007

Idul Qurban Tahun ini...

Idul Qurban tahun ini akhirnya bisa kumpul lagi semua. My big family, my lovely. Dari mulai mas ardan sampe pakdhe Udin juga pada dateng. Puji syukur pada Allah...yang menganugerahkan keluarga yang begitu menjadi kekayaanku paling berharga.

Alhamdulillah juga, kita diberikan kesempatan untuk kembali melaksanakan ibadah qurban. Tahun ini setidaknya ada dua ekor sapi dan tiga ekor kambing (sebenarnya ada enam kambing tapi yang dua punya temen mama).

Itulah saat-saat yang selalu aku rindukan. Saat-saat kita dapat berkumpul bersama. Ada bahagia serta keharuan yang merasuk saat kita semua berkumpul menyaksikan pemotongan hewan qurban. Mas ardan yang mengumandangkan Takbir, mas nono yang menyembelih hewan qurban-nya, anggota keluarga yang lain juga pastinya ikut turun tangan.

Aku rindu canda tawa dan kebersamaan itu. Dhe dina, abang, jaki, ocha, bilal, mas ardan, melon, dakocan, mbak iwil kutil, gisa benjol, ogi, dll (oya dhe' NAdhira....luv u baby!!).

Hemh...tahun ini lumayan lebih riuh. Karena jumlah sapi-nya bertambah, kami jadi bekerja lebih ekstra. Duh...aq sempet kabat-kebit jauntungnya. Ngeri juga ngliat banyak orang pada berkerumun di depan menunggu hewan qurban. Duh...kalo pagarnya roboh gimana yach????dan itu terjadi sampe sore. PAdahal qta udah ngomong berkali2 kalo qta gk pake sistem kupon tapi sudah melakukan pendataan masyarakat yang berhak menerima dari berbagai area di kota Tegal.

Tentang Idul Qurban memang di keluarga qta mungkin memang sudah menjadi sebuah kebisaan. Bisa dibilang, sejak kecil aku sudah dilatih sebagai panitia idul qurban.he3. Kebun belakang rumah yang cukup luas menjadi tempat yang biasa dijadikan TKP penyembelihan.he3.

Aku bersyukur dihadirkan pada keluarga yang dapat menjadi tempatku belajar mengenalNYa. Ruang fikirku tak pernah kosong akan siluet2 mereka. Air mataku selalu berurai saat ada masalah, namun senyumku juga setiap saat untuk mereka. Aku sayang kalian semua.....luv u all!!!



Read more ...

Tentang Tiga Waktu Hari Raya

Lagi-lagi banyak perbedaan. Its ok, different is beautiful. Ada yang ngikut pemerintah (hari kamis), ada yang hari rabu, ada juga yang hari selasa.

Aku pribadi masih blm mudeng (yach..ketauan deh bego-nya.he3). Aku heran sama beberapa pendapat yang menyatakan kita berdasarkan kegiatan wukuf di arafah sono.

Aku jadi heran kenapa sieh penentuan titik tekan-nya pada prosesi ibadah haji-nya??? Kalau menurut aku, Idul Adha itu kan momentum yang dr peristiwa disembelihnya Ismail oleh Ibrahim (yang kemudian menjadi domba). Kemudian dalam perkembangannya, satu hari sebelum hari H itu dilakukan wukuf (bagi yang ibadah haji) dan puasa (bagi yang sedang tidak beribadah haji). Jadi, harusnya titik tekannya adalah Idul Adha-nya itu sendiri, bukan karena wukuf di arafah sono udah kelar trus berarti udah Idul Adha. Kalo namanya puasa arafah itu aku rasa itu sekedar nama. Apa di zaman nabi Ibrahim waktu itu ada wukuf dulu di arafah??. Proses ibadah haji itu kan turun setelah peristiwa idul qurban itu. Jadi puasa arafah itu bukan berarti puasa saat orang2 yang ibdah haji lagi wukuf di arafah tapi puasa satu hari sebelum Idul Adha, dan kalo bagi orang2 yang ibadah haji satu hari sebelum Idul Adha itu prosesi-nya adalah wukuf di arafah.Secara juga, antara Arafah dan Indonesia kan punya perbedaan waktu githu lho!!! Aq rasa Islam telah mengatur itu. Jadi, please...ini idul Adha bukan Idul Haji....(waduh..bahasa-nya maksa banget...).

Ini bukan pendapat yang didasarkan pada sebuah sentimen. Aku cuma mendasarkan pada pertanyaan2 yang muncul dalam benak kemudian diolah dalam fikir dan hati dengan senantisa berdzikir kemudian dishow-up di blog-ku yang maniz ini (he3)

ok lah gitu aja



Read more ...
Wednesday, December 12, 2007

Berdialog dengan Ahmad Wahib


Surprise kudapatkan buku ini. Buku kecil dengan cover hijau dan kertas-kertas halaman yang sudah menguning memang tanpa sengaja kudapatkan. Dari rumah temanku yang katanya mendapatkannya dari kantor redaksi suara merdeka.

Walaupun sore hingga malam aku lelah, setelah workshop dan berburu buku di bookfair, malamnya aku tak dapat memejamkan mata, sangat ingin melalap buku yang bertajuk " Pergolakan Pemikiran Islam, catatan harian Ahmad Wahib".


Cover yang aku tampilkan di postingan ini adalah yang edisi baru edisi recovery yang diterbitkan oleh Resist book.Sedangkan yang aku baca adalah yang terbitan LP3ES cetakan tahun 1982. Tidak apa perbedaan yang mendasar aku rasa.

Dulu, aku memiliki buku ini setelah membongkar-bongkar koleksi buku almarhum pakdhe di srenseng sawah. Buku ini punya kesan tersendiri buatku. Mungkin karena ini buku pertama yang aku baca tentang seorang aktivis HMI.Selain itu, buku ini mulai aku baca saat aku melalui hidup di pondok pesantren. Bisa dibayangkan, hal-hal kontras seperti apa yang aku rasakan antara realita yang aku hadapi dengan pemikiran yang aku baca. Entah mengapa, aku merasakan aku berdiskusi dengan pemikiran Ahmad Wahib saat membaca buku ini. Aku menjadi betah untuk berlama-lama dikamar seolah-olah aku mendapatkan teman berdiskusi yang mengasyikan. Apa yang tertulis membuat otakku terpancing dan kemudian pemikiranku entah kenapa bisa nyambung dengan tulisan-tulisan berikutnya jadi seperti timbul sebuah interaksi. Entahlah, mungkin aku cocok dengan cara pemikirannya. Walaupun banyak juga hal dari Ahmad wahib yang belum aku sepahami. Aku masih tak mengerti pemikiran beliau tentang fiqh baru dan hal-hal lain. Namun yang pasti aku sejalan dengan demokratis pemikirannya juga pluralisme yang dia lontarkan.

Ahmad Wahid, yang pada awal dekade 80-an menghebohkan dunia intelektual-keagamaan Indonesia dengan terbitnya sebuah buku yang ditulisnya.Buku ini berusaha menampilkan pemikiran pluralisme agama dari salah seorang eksponen angkatan ini, yaitu Ahmad Wahib (1942-1973).

Lewat catatan hariannya yang kontroversial itu, ia banyak mencetuskan gagasan menarik yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan di Indonesia. Dari kajian ini diharapkan akan diperoleh suatu paradigma untuk kehidupan beragama di tengah keragaman, dialog antar agama, dan toleransi antarpemeluk agama.

Semoga Tuhan selalu memberkatimu, kanda.




Read more ...

Sekali Lagi Tentang Kekuatan Indie

" Sin, wis tuku buleting anyar durung??"
Sebuah sapaan yang sudah tidak asing lagi kudengar. Mas Ryan, kakak angkatanku di komunitas teater. Banyak ilmu yang sudah aku timba dari beliau.
Dia menyodorkan sebuah buletin yang sangat sederhana, keluaran baru dari sanggar sastra wedang kendhi. Buletin edisi ke-dua (kalo nggak salah).
Yup, tanpa ragu-ragu kubeli buletin dengan sampul warna hijau itu. Sama halnya perlakuan yang kuberikan waktu buletin Diksi terbit.

MUngkin kalau diliat isi dari buletin itu, masih jauh dari kata-katau "berkualitas". Tapi setidaknya aku menghargai sebuah semangat, sebuah kekuatan indie. Aku yakin kekuatan ini akan menjadi stimulan tersendiri bagi pemasifan sastra. Aku menghargai karya karena memang hidup ini adalah berkarya.

Aku belum bisa berkata banyak disumbangkan. Ada tulisan yang ingin aku sumbangkan untuk sanggar sastra wedang kendhi ataupun diksi. Tetap berkarya. Salam budaya!!!

-purwokerto, dec '07-
sedang terburu-buru.



Read more ...

Ketika Dakwah Menjadi Bulshit!!!

Terik mentari Jumat siang itu cukup menyengat, menciptakan fatamorgana di lembaran lapangan basket yang begitu menyilaukan mata yang memandang. Dengan sisa semangat dan tetap dengan canda cawa dan nuansa gembira, tiga perempuan berjilbab asyik bercengkerama di depan ruang M2. Hampir tiap pekan seperti itu.
Ngapain cewek-cewek berjilbab nongkrong siang2??nggosip??? Ups, dengerin aja dulu.

"Marilah kita buka acara siang ini dengan bacaan basmalah.........."

Miris sebenarnya aku ceritakan ini. Saat teh Yuka membuka acara ini, biasanya MCnya gantian kalo nggak aku, mbak yuka, rina. Pembicaranya juga gantian. Percaya tidak percaya, itu adalah acara kajian keputrian rohis sastra (ICCOl = Islamic Comunity of Literature). Mungkin yang pernah terbayang atau mungkin pernah mengalami sendiri, unit kegiatan mahasiswa di bidang kerohanian (aku gk mau nyebut ini LDK....) pasti banya. Tapi tidak dengan di kampus sastraku tercinta.

Disinilah ku mengerti arti perjuangan. Kampus sastra memiliki letak geografis yang terpisah jauh dari kampus pusat UNSOED. Tiap hari aku berurbanisasi dari kawasan kampus pusat UNSOED di grendeng menuju kampus sastra Kalibakal di bilangan kota. Menempati gedung lama bekas komunitas tionghoa, kampus sastraku berkembang sebagai kampus yang lumayan "apatis".

Begitu juga dengan kegiatan kemahasiswaan. Kali ini mungkin akan kubicarakan mengenai kegiatan kerohanian. Niatku adalah dakwah. Aku sedikit mengeyampingkan fakta perekayasaan UKM Kerohanian Kampus menjadi sebuah ladang untuk kelompok tertentu, Kondisi apatis kampus aku ambil sebagai peluang yang bagus untuk memurnikan UKM Dakwah.

Di UNSOED, kegiatan kerohanian di tiap fakultas disebut dengan UKI (Unit Kerohanian Islam) di tingkat Universitas ada UKKI (Unit Kordinasi Kerohanian Islam). Aku tak mau mambahas mengenai LDK (lembaga dakwah kampus). Aku menghargai niat awalnya sebagai upaya koordinasi dakwah. Namun, aku tak mau membenarkan rekayasa politik yang dilakukan.

Kembali mengenai ICOOL di kampus sastraku. Dari awal aku sudah mengazamkan dakwah disini. Aku menyadari, bukan kebetulan belaka yang membawaku ada di kampus nan gersang ini. Fakultas sastra baru berdiri tahun 2003. Maka ini hal yang wajar di usia seumuran itu.

Fenomena seperti diungkap diatas adalah hal yang sudah biasa aku rasakan. Aku bersama mbak Yuka adalah couple yang insya Allah terus setia pada jalan dakwah ini. Aku berani berkata BULLSHIT pada UKKI Unsoed yang katanya sebagai lembaga koordinasi UKI. Aku bilang mereka sudah saatnya tobat dan memurnikan diri sebagai unit kegiatan dakwah. Di bdang keputrian saja, mana letak ukhuwah yang mereka agung-agungkan???? Kehadiran mereka di ICOOL UNSOED bisa dihitung dengan jari (setahun paling banter 5 kali). Padalah satu UNSOED, sedangkan komunikasi dengan LDK-nya mereka mungkin bisa sering banget. Maaf kalo agak emosi, tak ada niatan seperti itu. Hanya saja aku memang benci pada orang-orang yang meng-eksklusifkan dakwah untuk golongan mereka saja dan menganggap mereka adalah golongan yang paling benar. Apa sebenarnya makna "ikhwah" bagi mereka. Sejatinya ikhwah itu adalah saudara. Namun kenyataannya, ikhwah bagi mereka adalah "satu Islam, satu aliran, satu organisasi, satu......" (aku tak ingin menyebut namanya. Dimana sejatinya dakwah yang mereka usung tinggi-tinggi??? Apa hanya menjadi jargon saja???


Sudah kerap kali mbak Yuka sharing kepadaku tentang bagaimana kesalnya beliau pada rekan-rekan di UKI kampus pusat. Mereka menginginkan partisipasi kita di kampus sastra, tapi bahkan mereka mungkin tidak pernah ingat kepada kami disini. Mbak Yuka yang jelas-jelas mungkin bukan orang yang "pemberontak" seperti aku berkata seperti itu.

Murobhiku Sayang, Murobhiku Malang

Kisah lain misalnya, tentang mentoring. Aku secara pribadi bukan orang "liqo". Namun, aku tetap ikut program mentoring ini. Toh, bagiku Islam itu adalah sejatinya kebenaran. Tidak ada yang dapat memonopoli kebenaran ISlam, dari golongan manapun. NIatku adalah, mengikis kegersangan kampus sastra dengan kegiatan-kegiatan rohani. Entah apapun itu, aku nggak melihat golongan apa yang dibelakangnya. Bahkan, kalau Al-Qiyadah bisa masuk ke kampus ini, aku welcome,itu aku pandang sebagai sebuah stimulan akan kesadaran Islam. Ok, kembali mengenai liqo. Aku ikut dalam satu kelompok dengan 4 orang teman lainnya yang satu angkatan. Tadinya aku merasakan sebuah ukhuwah yang menjadi sebuah semangat tersendiri. Murobhi-nya didatangkan dari kampus pusat (fakultas pertanian) karana memang stok murobhi di sastra msh nol (itu menurut standar mereka).

Tapi apa??? pertemuan liqo itu paling banter hanya berjalan 3-4 kali selama satu tahun kemaren. Entah kenapa. Mungkin karena jarak yang jauh yang menjadi penghambat. Beberapa kali pertemuan kita gagal, padahal peserta liqo sudah menanti-nanti. Lucunya lagi, selama pertemuan di tahun itu, murobhi kita dioper-oper. Maksudnya apa nieh??? Jujur aku lumayan kesel. Aku sendiri juga kos-nya ada di kampus pusat, yang harus nunggu angkot setengah jam untuk nyampe kampus sastra. Bahkan mungkin kalo aku boleh bilang, aku sendiri banyak akses kok untuk mendapat komunitas-komunitas kajian seperti itu, tanpa harus mengikuti liqo. Tapi, sekali lagi kukatakan, bukan diriku pribadi yang aku pikirkan. Aku memikirkan teman-teman di kampus sastra. Kalau mereka tidak distimulasi dari luar, ya akan stagnan.

Entah lah, status UKKI sebagai UKM kerohanian pun masih aku ragukan.

KIsah lain yang mungkin pernah membuat aku gak habis pikir (jujur aku menangis juga waktu itu) adalah pada saat mo mengadakan TEKAD 2(training kader II). Waktu itu bekerjasama dengan UKI dari D3 Bahasa Inggris. Dengan materi-materi yang sudah dikurikulumkan, ada inisiatif mengambil pembicara-pembicara dari berbagai latar belakang. Ternyata ada masalah disni, beberapa panitia tidak setuju dengan pemilihan beberapa pembicara yaitu Mas YUda, Mas UUd, dan mas Agung.KEnapa??? Jawabannya sebenarnya jelas, nama-nama yang disebutkan tadi adalah aktivis HMI, dan mereka anggap bukan "ikhwah". Apa-apaan lagi ini????lacur nian!!! sejak kapan mereka punya kuasa untuk mengkafirkan saudaranya sendiri sesama Islam????
Wah...aku nggak kuat menceritakan hal ini. Aku sempat mengungkapkan kekecewaan pada salah satu "akhwat" itu. Aku dengan polosnya hanya berkata, "Mbak, mas Yuda adalah temenku, aku nggak mikir politis, aku sangat sedih ketika temenku mbak anggap kafir....."

Aku cuma berharap pada rekan-rekan yang mengatasnamakan sebagai aktivis dakwah kampus, Apakah memang benar-benar murni dakwah yang anda jalani???? Dakwah itu memiliki makna yang tidak sesempit daun kelor. Tolong direfleksikan kembali pemikiran dakwah yang anda jalani, saya tidak menjudge anda salah, saya yakin anda memiliki niat yang sangat mulia, namun tolong diruntut jalan dakwah yang anda lalui. Jangan sandingkan dengan hal-hal politis, walaupun itu aku yakin tidak bisa murni 100%. Elemen dakwah itu banyak. Allah menciptakan Islam sebagai rahmatan lil alamin, menciptakan golongan2 untuk saling bersaudara. Allah pun masih memiliki rasa sayang pada orang kafir dengan memberinya nafas, lalu kenapa kita picik menganggap orang diluar golongan sebagai orang yang tidak sejalan????

Mungkin aku hanyalah orang yang belum tau banyak, aku hanya menuliskan apa yang aku rasakan dan apa yang aku pikirkan. Segalanya dengan cinta.


Purwokerto, Dec '07

-with full luph--



Read more ...