Pages

Tuesday, November 28, 2006

buat papa tercinta....... i love you!!!

-dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang--


oleh-oleh dari kepulangan nta ke rumah selama dua hari (tepatnya nta cuma 20 jam di rumah dari waktu 40 jam di Tegal)


perjalanan tegal-purwokerto kali ini cukup melankolis.....gurat wajah papa saat nta berpamitan begitu menghantui pikiran ini.....beliau tak tau tekad yang sudah kutanamkan dalam hati.........

buat papa..........nta kasian ngliat papa...papa pasti sedih punya anak kayak nta... pastilah papa pengen kayak orang lain yang punya anak gadis seanggun boneka barbie....nggak macem-macem..nggak neko-neko...
nta terima kalo mungkin papa pernah menyesali punya anak gadis kayak nta... nta minta maaf pa...karena telah menjadi bagian hidup papa dan membuat papa pusing... itu semua nta lakukan SUNGGUH nggak bermaksud nta menyakiti papa.......mungkin nta terlalu egois...dan nta terima kalo emang papa menyesali adanya nta......
nta emang bukan sosok anak gadis yang didambakan setiap ortu...nta bukan sosok gadis yang seanggun barbie...yang selalu tenang dan nggak neko-neko....atau nta mungkin bukan sosok "akhwat" yang selalu anggun dalam langkahnya...tidak neko-neko ikut aktif berbagai kegiatan....yang selalu kalem dan rajin ikut liqo....yang tenang di rumah/kos-kosan...yang nggak pernah macem-macem............
nta cuma cewek yang...yeah...mungkin "aneh", nyleneh, perfeksionis, selalu neko-neko, macem-macem, ngrepotin........
yeah...maafin nta buat semuanya aja yang udah ada hadir dalam episode hidup nta. Begitu bodohnya nta hingga nta baru manyadri bahwa nta adalah sosok yang susah dimengerti dan hanya merepotkan saja....
Oke, baiklah...mungkin kini lah nta akan mulai titik tolak untuk Independensi Diri...nta nggak ganggu kehidupan kalian.....nta break dulu dari kehidupan kalian (papa....keluarga...juga orang terdekat nta)...entah apa yang akan nta dapatkan di luar sana...nantinya...sendiri...tanpa kalian.........
tunggu saja nanti....nta mohon pamit..........................doakan nta!!!

ini sebuah artikel dari seorang aa' yang nta pengen kutip....cuma sebagai pelengkap aja.......

Tidak harus Patuh pada Orang Tua
“Keridloan Alloh terletak pada keridloan orang tua, dan murka Alloh juga ada pada murka orang tua.” itulah Muhammad yang menjadi bagian dari risalah kerosulannya. “Birrul Walidain” menjadi prasyarat mencapai keridloan Alloh. Beruntunglah Muhammad yang tidak sempat menyakiti kedua orangtuanya.

Sekali pun Aminah Abdi Manaf dan Abdulloh ibnu Abdul Muttholib hidup, rasanya tidak akan sampai anak sebaik Muhammad –dalam berbagai buku sejarah kenabian- menyakitinya. Wallohu a’lam bisshowaab..!

Berbuat baik pada orang tua untuk mencapai ridlo Alloh bukan berarti harus patuh ‘bulat-bulat’ kepadanya. Kita juga manusia, begitu juga orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita. Sesama manusia pasti memiliki bagian realitas yang berbeda. Sehingga di suatu saat akan terjadi perbedan dan perdebatan dengan mereka. Tapi, perdebatan dengan siapa pun bisa kita kemas dengan lebih cantik. Termasuk ketika berbeda pendapat dengan orang tua.

Berbeda pendapat dengan orang tua bukan berarti harus mengakhiri segalanya. Siapa tahu orang tua kita belum tahu realitas yang kita hadapi? Barang kali mereka punya pengalaman yang berbeda dengan kita. Yang pasti, orang tua memiliki perbedaan usia yang sangat jauh dengan kita. Ragam pergaulannya juga pasti berbeda. Bayangkan, orang tua kita memiliki masa muda ‘rata-rata’ 20 tahun lebih tua daripada kita sekarang!

Bisa jadi, sang ayah mempunyai pengalaman buruk semasa mudanya atau ibu memiliki pengalaman yang berbeda dengan ayah. Hal ini bisa menentukan pola didikan yang berbeda. Kita berbeda pendapat dengan ayah. Sementara ibu mendukungnya. Atau sebaliknya yang terjadi. Bagaimana kita bisa menyikapi perbedaan dua orang yang keduanya wajib dihormati?

Makanya, Alloh tidak memerintahkan kita untuk patuh kepada kedua orang tua. Kita hanya diwajibkan untuk berbuat baik kepada mereka, termasuk dalam berkata-kata. Perbedaan pendapat dengan orang tua bisa disiasati dan tidak harus dengan mendholimi mereka. Karena jika orang tua murka, murka Alloh turut serta bersamanya. Bagaimana dengan orang tua yang gampang “murka”?

Jika ada ungkapan, “sebuas-buasnya singa masih mau memberi makan anaknya”. Sama halnya dengan manusia. Manusia pasti menyayangi anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya bahagia dan mendapatkan sesuatu yang terbaik. Cinta dan kasih sayang orang tua terkadang bisa berwujud belaian, memenuhi apa yang diinginkan anaknya, sampai memaksa anaknya memilih sesuatu agar mencapai kebaikan.

Masalahnya, tidak semua orang tua bisa bersabar dalam mengarahkan anak-anaknya. Sebuah contoh, dalam urusan menentukan perguruan tinggi dan jurusan yang dipilihnya. Orang tua terkadang terobsesi dengan kesuksesan anak orang lain yang menjadi dokter, sehingga mengingikan anaknya masuk fakultas kedokteran. Si anak sudah tidak punya pilihan lain untuk berusaha memilih selain pilihan orang tua. Padahal potensinya bukan di bidang kedokteran.

Realitas orang tua adalah realitas obsesinya karena melihat anak orang lain sukses. Sementara anaknya berada dalam realitas cita-cita dan potensi yang dimilikinya. Orang tua kuat dalam mempertahankan diri sebagai pihak yang sudah banyak pengalaman hidup dan makan ‘asam-garam’ kehidupan. Tapi si anak menyadari potensi dan sesuatu yang diinginkan dalam meraih masa depan. Ikut orang tua berarti memupuskan cita-citanya sendiri. Sedangkan jika teguh pada pendiriannya, orang tua berujung pada marah karena anaknya tidak mengikuti kemauannya.

Senjata kemurkaan mulai terangkat dan membunuh potensi anak dengan alasan cinta dan kasih sayang. Padahal satu cita-cita telah terbunuh dalam paksaan obsesi orang tua. Potensi hidup anak mati termakan keinginan orang tua yang menjanjikan kebahagiaan.

Subhanalloh.., Bersyukurlah jika kamu dipertemukan dengan orang tua seperti ini. Kamu diberi ujian yang sudah kamu mengerti. Teruslah berbuat baik kepada orang tua dengan kesabaran, hingga mereka luluh dengan kebaikan. Selama itulah kamu harus menunjukkan kesungguhan untuk memperjuangkan cita-citamu. Bukankah kamu hanya diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka? Apa yang kita cita-citakan akan diridoi Alloh jika orang tua kita meridloinya. Ridlo orang tua sampai kapan pun hanya bisa dicapai melalui “bil walidaini ihsanaa”.

January 20, 2006 in Genius School | Permalink
Read more ...
Friday, November 24, 2006

enough

yeah..cukup dulu lah...perlu di-pause....

nta capek..........................


see you.....


makasih ya....
Read more ...
Thursday, November 16, 2006

SUKA DUKA 15 SANDERA



Mading kampus sastra Unsoed pagi itu lumayan riuh, banyak anak-anak 06. Tadinya nta kira ada pengumuman dosen-dosen yang minta cuti githcu…(ngasal!!!) tapi ternyata bukan. Keriuhan itu ternyata disebabkan postingan (aduh kok kayak di blog)..ehm…mungkin lebih tepat tampilan foto-foto waktu PROSA (Proses to Optimaze Student Ability) alias Ospek dan juga foto-foto waktu makrab.
“Wah….lecek banget kau Shin!!!” sialan dikata baju apa lecek. Tapi emang sieh beberapa foto nta terlihat culun and kucel banget apalagi foto yang pas makrab di Baturaden. Jujur nieh sebenarnya malu banget foto parno itu dimuat. Tadinya nta juga ogah posting di blog. Tapi, dibalik kekucel tampang nta di foto, ada cerita dan kenangan yang cukup berkesan saat makrab.
Siang yang terik di dua September 2006, beberap truk Dalmas membawa ratusan siswa baru menuju obyek wisata Baturaden. Yupz, setelah “menderita” dalam pemeloncoan, kini akhirnya kini tiba saatnya untuk santai-santai.
Rangkaian OSPEK yang bertajuk “PROSA” ntu emang dijadwalkan di Baturaden dengan nama acara MAKRAB-malam keakaraban-. Yang namanya malam keakraban udah nggak ada marah2an lagi….begitu kata kakak-kakak panitia.
Yeah…..emang seru kok acaranya.
Tibalah saatnya di puncak acara di malam keakraban. Ditengah suasana yang teramat sejuk sampe menggigil pisan….di lapanga depan sebuah villa tempat kita menginap, malam itu begitu riuh. Benar-benar full keceriaan deh!!!nggak usah nta ceritain, semuanya pasti udah tau.
Tiba-tiba ditengah keceriaan itu, terjadi sebuah insiden yang cukup membuat semua peserta makrab diam sejenak. Shitt…ternyata KOMDIS (Komisi Kedisiplinan) keluar dari sarang bagai macan lapar…dengan acting marah-marahnya. Kita cukup sebel…apalagi kalo inget janji panitia yang nggak ada bentak-bentakan lagi selama makrab. Keributan antara peserta dan KOMDIS pun tak terelakan, lumayan tegang (yeah…kuakui lihai juga yang buat skenario). Ending dari skenario itu adalah, KOMDIS meminta beberapa peserta makrab yang dianggap “bermasalah” untuk menuju lantai atas villa. Lima belas anak tertera dalam “black list”. Mereka adalah : Ragil, Bowo, Abe, Bayu, Sandy, Riza, Galih, Kurnia “Nardji”, (dua cowok lupa nam aslinya), Lia, Kadek, Unik, Dian, dan…..Nta!!!
Jujur…walaupun waktu ntu tau Cuma boong2an tapi cukup deg2an juga pas tau nta ada dalam “black list” . Pasalnya nta waktu itu bawa hp..sedangkan dalam salah satu peraturan makrab dilarang bawa hp. Tapi nta udah menyembunyikan dengan seaman mungkin. Yeah….akhirnya lima belas “sandra” itu dengan tatapan ratusan teman-teman peserta lain, digiring menuju lantai dua villa.
Sampai diatas kita disuruh duduk pada kursi yang telah ditata sedemikian rupa membentuk lingkaran 15 kursi “panas”. Ternyta setelah kita dibiarkan tegang selama beberapa menit, diungkapkanlah alasan kenapa kita semua dijadikan sandera. Kita berlima belas adalah kandidat ketua angkatan yang malam itu akan digojlok. Sempet ngedumel dalam hati sieh…ketika tau hal itu. Pinter juga kakak-kakak itu buat kita deg-degan. Udara baturaden yang begitu dingin (apalagi kalo malem…Brrr….) sampai nggak terasa (boong dink…he..he..dingin kok…Cuma beberapa saat terlupa sama dingin gara-gara takut ..he..he..)
So, selama semalam full, 15 sandera tidak bisa tidur. Kita digembleng dengan macem2 hal. Selama satu malam itu kegiatan kita adalah stretching, diskusi, dan debat. Macem2 topiknya. Kita dibimbing oleh lima (sebenernya banyak..tapi yang inti Cuma lima) senior…mas Supri (Presiden Hima Inggris), mas Benta (organisatoris), mbak Yunika (idem mas Supri), mas Ghayul (aktivis Pers Kampus), dan presiden HIMA Mandarin (nta lupa namanya…he…he…junipr yang nggak baik ya…). Wuah….pokoknya kita ber-15 itu benar-benar digembleng dan “dicekoki” dengan idealisme khas mahasiswa. Dalam semalam itu kita dikasih tahu segala hal, dari mulai “ayam kampus” sampai “birokrat kampus”…pokoknya dari A-Z lah …..
Sebenernya agak sedih juga harus disandera kayak gitu…jadi nggak bisa ngikut outbond, dan kegiatan seperti teman-teman lain. But, di balik bui penyanderaan, ada kisah manis disana. Mungkin karena kita merasa senasib, kita menjadi kompak. Kita memang diarahkan untuk menyatukan visi dan misi. Kita jadi kenal watak satu sama lain. Dan itu membuat kita semakin kompak karena kita saling mengisi satu sama lain. Nggak bakal lupa deh…debat-debat bareng temen-temen sesama sandera itu. Halo Bowo….yang selalu dengan gaya “rocker”nya…bayangin dia presentasi hasil diskusi masih dengan simbol-simbol “rocker”nya ….(gue demen gaya loe!!!)….Nggak lupa deh sama paduan suara “dengkuran” tidur sesaat para sandera cowok…..(waktu itu kebetulan sempet lampu mati dan dimanfaatkan buat bobo…tapi Cuma sebentar….)
Yang pasti….kita menjadi kompak…menjadi seperti bertanggungjawab pad kondisi PSBS…kampus sastra tercinta… Shinta inget tekad terakhir kita…bahwa siapapun yang terpilih jadi ketua angkatan…..kita semua tetep satu…untuk mengemban amanat dari temen2 06…..(cie….heroik banget ya???he..he..he..). Ohya sempet kelupaan, 15 sandera itu dipilih ternyata dari pengamatan selama OSPEK, kita merupakan anak-anak terpilih karena kekritisan lho (cie…narcis dikit gpp donk). Eh, Nta juga jadi peserta teraktif dan terkritis lho (he..he..kumat deh narcisnya…lumayan lho…dapetgift beberapa voucher makan and salon, :P )
Penyanderaan itu berakhir di pukul 10 pagi. Nggak selesai sampe disitu, karena dari hasil penggemblengan akan diambil tiga besar untuk melakukan kampanye. Dari penggemblengan itu ternyata menghasilkan hasil kognitif dengan nominal nilai. Dan tiga besar itu…secara urtadalah : 1.Nta, 2.Abe, 3.Dian. wuih….gila….nta kaget juga….(walau ini udah diprediksikan sebelumnya sama temen-temen). Maksudnya tanpa prepare apa-apa nta harus dihadapkan dengan situasi kampanye. Deuh…bayangin, nta dengan tampang kucel semaleman nggak bobo, belum mandi dua hari, harus kampanye di depan peserta makrab yang jumlahnya ratusan…juga senior-senior yang lain.
Emang nggak bisa nolak…akhirnya tiga sandera menduduki kursi panas. Panas…karena emang outdoor dan matahari tampakanya tak segan-segan menyinari muka bumi (cie…). Giliran pertama Dian, kedua Abe, dan ketiga Nta. Hemh……..nta nggak bisa kasih penilaian gimana kampanye nta..ntar dibilang narsis lagi!!(emang!!!he..he..). Yang pasti, session tanya jawab ketika giliran nta kampanye….tiga session habis terkuras!!!malah ada yang pengen nanya tapi nggak bisa….. Entahlah…tapi yang pasti waktu nta mengeluarkan jurus supaya nggak kepilih. Bukan apa-apa…nta ngrasa nta belum mampu buat mengemban amanah ini. Jabatan di beberapa organisasi yang belum sempet nta lepas di luar kampus…menjadikan nta berfikir lebih jauh tentang ketua angkatan itu. Dan…dalam setiap pemilihan…nta selalu berprinsip Ar-Rijaluqowamunnaala nisa ……nta lebih memilih cowok untu jadi pemimpin. Karena sudah fitrah bawa Laki-laki adalah pemimpin bagi wanita.
Singkat cerita, sesuai harapa nta…Abe-lah yang jadi ketua. Dalam penghitungan suara, Abe mendapat suara terbanyak…kedua Nta, dan ketiga Dian. Terimakasih buat teman-teman yang udah percaya sama kita bertiga dan nta khususnya. Tentunya tak mudah bagi kalian untuk menaruh pada kepercayaan kepada kita….aplagi kita baru beberapa hari kenal dalam OSPEK. Semoga kita yang dipercaya…dapat mengemban amanah denga baik.
Buat temen 15 sandera…sungguh kalian telah menorehkan kenangan manis di awal perjalananku di kampus sastra Unsoed. Abe, kini dia sohib deket…setiap hari ada aja yang kita diskusikan………..juga Dian dan yang lainnya……. Mungkin tahun depan gantian kita yang “menyandera”..he…he… he…. Mas Supri dan senior2 laen…..makasih banget udah mau mentransfer ilmu dan pengalamannya kepada kita semua (kantin sastra pasti seru tiap harinya dengan diskusi nta bareng mas cupi..)
Sebenernya banyak hal lain yang berkesan banget dan pengen nta ceritain…tapi nta ngetik ini udah malem…udah nganttukkk..jadi diposting seadanya aja. Masih banyak cerita seru…apalgi tentang PROSA..aku masih berpikir apa perlu men-upload foto-foto culun saat nta harus pake 10 roll di jilbab, dengan cup shower…dengan dot…foto nta saat dihukum karena telat dateng, foto nta bareng temen2 yang parno abiz!!! Yeah…liat aja nanti. Yang pasti Ayodya selalu penuh warna…penuh ceria…penuh segalanya (tapi nggak panuh doku nieh…he..he..he..) makanya pantengin teruzz cerita-cerita dari Ayodaya (ehem…ada yg lagi promo blog nieh!!).
Liburan akhir tahun nanti, nta pengen ke Jogja, mungkin bisa buat ajang ngumpul 15 sandera tuh. Tapi…nta takutnya malah di perjalanan debat macem2 malah nggak jadi rereshing deh…..



Grendeng, 16 November 2006…ditengah gerimis.
-nta-
--keep Allah in our heart—
Read more ...
Saturday, November 11, 2006

Kisah dibalik jilbab



Namanya Cecep. Entah nama aslinya Asep atau emang cecep. Teman-teman biasa memanggilnya Encep. Sunda tulen euy....... Asalnya dari Prancis alias prapatan ciamis. Teman sekelasku di sastra Inggris. Penampilannya cukup keren dengan rambut direbonding dan postur tubuh yang jangkung. Tampang lumayan cakep walaupun kalo lagi nongkrong di kantin dia selalu bersenandung “Kapan kupunya pacar......” . Seperti ikon iklan rokok, Nggak ada loe nggak rame. Cecep salah satu penggembira kelas. Setidaknya kita akan terhibur saat ia harus terpaksa manjawab pertanyaan atau maju bahasa presentasi in English.
Upz, sori jadi agak ngelantur.Suatu pagi di depan kelas menunggu Miss.Ika yang tak kunjung hadir, seperti biasa anak-anak kelas praktikum writing termasuk nta kongkow-kongkow di depan ruang 5 (kalau nggak salah, soalnya sampai saat ini nta belum hafal ruang-ruang kampus..he..he..). Saat asyik bercengkerama, dari arah timur terilhat sosok ayu yang kita kenal sebagai kakak kelas yang lumayan galak pada saat ospek. Dengan jilbab hitam (kalo nggak salah), hem dan celana jeans, ia berjalan melewati tempat kita bercengkerama. Waktu itu Encep sedang berdiri santai. Ketika sang kakak kelas yang galak itu melewati Encep, entah kenapa tangan Encep reflek menepuk (maaf) pantat sang kakak kelas yang memang terlihat seksi (apalagi kalo kata laki-laki). Seketika sang kakak kelas itu risih. Namun tampaknya ia tak bisa beraksi panjang mengingat waktu itu ia sendirian dan melihat kita yang bergerombol . Sang kakak kelas itu hanya bisa mengumpat keras “Eh loe pagi-pagi jangan bikin ribut ya!!!”
Kita tadinya nggak mengerti ada apa, so langsung tanya pada yang bersangkutan. Ketika ditanya ada apa, encep dengan santai menjawab
“Nggak ada apa-apa , gue Cuma tepuk pantat dia doang”. Di kemudian hari ia menyambung jawabannya dengan “yang suruh pake celana ketat siapa................”
Klasik memang, tapi cukup membuat aku memberikan penilaian yang simpatik pada Encep. Bukan ku setuju pada sikapnya. Namun aku pun bingung apakah ia orang yang menghargai wanita atau justru sebaliknya. Karena lepas dari itu, Encep adalah orang yang kukenal sopan, selalu menyapaku terlebih dulu dan memberikan senyum termanisnya. Kata-katanya jika berbicara denganku juga menggambarkan bahwa ia menghormati dan segan pada wanita. Entahlah.....ia aku nilai cukup sopan, atau hanya untuk aku???(deuh....enough lah GR-nya!!!he..he..he..)
Sebuah kisah yang cukup menjadi pemicu obrolanku dengan seorang ukhti tentang jilbab. (ini baru mau masuk cerita intinya.....)
Berbicara tentang jilbab pasti menarik. Apalagi kalau menilik kisah yang melatarbelakangi seseorang yang pakai jilbab. Akupun punya kisah tentang itu. Entah menarik atau tidak...yang pasti kisah ini merupakan kisah yang berkesan dalam hidupku.
Enam tahun yang lalu, sosok Shinta teramat jauh berbeda dengan sekarang. Sosok gadis kelas 1 sebuah SMP favorit (cie...) yang sangat tomboy. Rambutku tak pernah melebihi bahu (beda banget sama sekarang bo!!!). Teman karibku saat itu Fefi dan kiki (bahkan aku masih ingat pak Zuhri menyebut kami sebagai tiga serangkai). Shinta pada saat kelas I SMP adalah sosok yang energik, tomboy, dan tentu saja bandel. Tiap event pertandingan voli antar kelas, lapangan belakang tak pernah kehilangan teriakan seorang shinta. Walaupun tak bisa lihai bermain voli (karena aku terbilang kurus).....tapi nta selalu ada di pinggir lapangan untuk menjadi suporter sejati. Kayaknya lebih seru suporternya deh daripada pemainnya..he..he... Pokoknya Nta dulu anak yang bandel (sekarang masih bandel nggak?).
Ok, trus kapan pake jilbabnya shin??/(he..he...sori jadi ngelantur...)
Ketomboi-an itu mengalami titik balik saat nta duduk di kelas 2 SMP. Saat itu karakter nta mulai keluar yaitu bahwa nta adalah orang yang mudah bosan. Nta bosan dengan teman-teman yang suka berbicara keras. Nta bosan dengan adegan bolos2an atau lari dari razia ketertiban. Nta bosan dengan berhura-hura. Tibalah saat Ramadhan, nta merasa iri karena ramadhan tahun sebelumnya papa mengikutkan mas Ardan pada sebuah kegiatan pesantren selama satu bulan. Nta yang pada dasarnya memang manja, menuntut untuk seperti itu walaupun nta sendiri waktu itu tak yakin apakah bisa mengikuti atau tidak. Akhirnya kutemukan sebuah brosur kegiatan basic training Pelajar Islam Indonesia. Emang nta nggak bisa ikut pesantren seperti kakak soalnya waktu itu kalo nggak salah tidak ada lagi kebijakan pemerintah yang meliburkan ramadhan satu bulan penuh.
Yeah...dengan motivasi mencari kegiatan liburan yang beda (jiwa petualanganku sangat mendominasi keputusanku mengikuti kegiatan BATRA itu), kudaftarkan diri sebagai peserta BATRA yang waktu itu berlokasi di SMP N 7 Tegal.
Aku seperti anak hilang disana. Kegiatan yang benar-benar “baru” bagiku. Bahkan di kemudian hari mbak Yuni (kakak kelasku di SMP dan seniorku di PII)mengakui kesangsiannya pada saat tahu aku ikut BATRA. Katanya “ Aku nggak percaya shinta ikut BATRA, shinta itu di mataku anak yang menjeng.....berandal....bla..bla.....bla..”. Ok, yang pasti salah satu alasanku ikut juga ingin mengenal organisasi PII (kalo tentang organisasi, jangan salah ya...sejak kelas satu SMP, aku udah jadi organisatoris,hari2ku dulu sudah sibuk dengan : karate, teater, tari, etc...he..he..sori sedikit narsis!!!)
Satu hal yang cukup berkesan adalah saat session materi. Seorang shinta yang terbiasa “vokal” kini diam membisu tak dapat bersuara ketika berdiskusi “apa itu agama “ (hal ini kemudian menjadi pencarianku hingga SMA), “Kenapa Islam ?”. Nta memang ngaji, bahkan jumlah khatamku dulu lebih banyak dibanding sekarang, he..he..he.. Nta emang selalu sholat, bahkan nta yang lebih sering bangun Shubuh duluan dibanding mas Ardan (makanya kebiasaan sampai sekarang...yang suka nta miscall-in kalo Shubuh pasti mengiyakan..he..he...). Tapi, nta bingung kenapa nta nggak tahu apa itu Islam, Allah, etc. Shinta emang ngaji, tapi ketika dihadapkan kepada sebuah diskusi yang menjadikan Al-Quran sebagai rujukan (pada diskusi ntu selalu menelaah adlil-dalil aqli dan naqli), nta hanya bengong seperti kambing ompong...........................Ah, entahlah...yang pasti aku waktu itu merasa sangat bodoh!!sangat kerdil!!!
Perasaan itu terus terbawa hingga usai Ramadhan. Dan entah kenapa, aku merasa terbayang2i, terkejar oleh suara jiwaku yang mengatakan “kamu Islam bukan??kamu Muslimah bukan???” Monolog jiwaku yang akhirnya bemuara pada sebuah keputusan untuk berhijab. Papa hanya menganggap itu sebagai angin lalu saat aku mengutarakan niatku, tak beda dengan mama. Aku Cuma ingat kata-kata mas Ardan : “kalo emang udah niat..ya udah nggak usah tunggu persetujuan.....itu kan urusan pribadimu....”
Yeah...akulah yang harus menentukan sikap. Seperti yang sudah kuinginkan..... 25 Mei 2001 (kalau nggak salah tahunnya segitu).....tepat di hari ulang tahunku...(maaf teman2ku yang sudah kecewa karena akan menyiramku dengan tepung dan telur di hari ultahku saat itu).....lahirlah seorang shinta yang baru. Dengan langkah mantap kukenakan penampilan baruku. Ucapan selamat yang bertubi-tubi datang dari para “akhwat” (yang kemudian hal itu aku sesali karena ternyata hanya sebuah euforia).
Tentang jilbabku, banyak kisah pula. Salah satunya dengan “bentuk” yang kukenakan. Tadi malam, seorang ukhti sepertinya ingin “mempengaruhiku” untuk mengenakan gamis, jilbab lebar, atau semacam itulah.
Shinta yang sekarang memang bukan seorang akhwat jilbab gedhe, yang selalu mengenakan gamis atau sejenisnya. Nta adalah orang yang berprinsip “jilbab yang menutut dada, rok sebagai tanda feminitas, dan baju casual” itu saja. Bukan berarti aku tak mengerti akan jilbab lebar. Nta pernah merasakan semuanya.
Mungkin bingung dengan kata-kata “semuanya”. Ya, Nta pernah menjadi sosok akhwat berjilbab lebar.....bahkan lebar sampai pantat, dengan baju yang cukup untuk dipakai dua orang, tapi shinta pun pernah merasakan menjadi “ikhwit” dengan jilbab terbelit dan celana jeans yang modis.
Pencarian jati diri...mungkin!!! Yang pasti jilbab lebar pernah kurasakan hingga pernah bermasalah dengan guru saat menjelang kelulusan. Berubah 180 derajat saat nta lebih asyik dengan kegiatan-kegiatan alam, dengan kegiatan-kegiatan yang energik, yang membuat nta merasa lebih nyaman memakai celana. Namun, itu hanyalah alasan kekanak-kanakan.
Nta menemukan jawaban bahwa bagaimanapun jilbab itu digunakan itu hanyalah sebuah kultur. Tak ada hadits ataupun ayat AlQuran yang menyatakan jilbab lebar berarti kualitas imannya lebih tinggi daripada yang tidak.
Sekali lagi itu hanyalah sebuah kultur, sebuah budaya. Alhamdulillah nta diberikan kesempatan untuk melihat berbagai pengalaman secara langsung. Nta pernah mengecap kehidupan pesantren salaf tradisional dimana para santri putrinya tidak pernah bertemu cowok sama sekali dan jilbab yang ia kenakan adalah hanya dengan kain kerudung yang dipakaikan secara simple ddengan salah satu sisi dibelitkan. Namun mereka menggunakan baju longgar. Nta pernah kenal lebih dalam dengan muslimah-muslimah bercadar, nta pernah satu group dengan seorang seniman foto yang pernah berungkap “Aku tiap hari melihat wanita dengan pakaian yang aduhai seksinya..tapi aku tak nafsau...tapi aku tetap laki-laki sejati yang punya birahi....jadi tak ada bedanya yang pake baju longgar ataupun sempit”(dia salah seorang teman di TIM, uf...aku kangen nieh sama temen-temen di Jakarta), aku pernah berbincang jauh dengan akhwat yang secara penampilan “ikhwah”, namun kemudian ia mengaku kepadaku “mbak itu kalo masalah ngaji sebenarnya Cuma pas-pasan, tajwid juga udah lupa, apalagi kalo masalah mad” (dan itu kujumpai beberapa kali pada orang lain). Nta juga pernah berlebaran di stasiun kereta api (waktu itu acara pramuka), dan mendengar curahan hati seorang anak dari keluaraga miskin yang ia juga ingin berjilbab tapi apa daya.....jilbab pun mahal!!!
Dan masih banyak lagi pengalaman-pengalaman yang kutemui di luar sana. Pengalaman-pengalaman yang membuatku berfikir...Dan hasilnya seperti yang bisa dilihat......
Aku tak mau ketika aku memutuskan sesuatu untuk diriku.....adalah sesuatu yang merupakan imbas sebuah “pengaruh” dari orang lain. Aku adalah apa yang aku pikir.........aku harus punya argumentasi jelas saat aku menentukan sebuah sikap...apalagi itu tentang diriku.Karena Aku adalah aku..................
Sekali lagi, tentang rupa jilbab itu hanyalah sebuah kultur. Coba saja tengok bagaimana bentuk jilbab di luar negeri sana...... Yang pasti aku tak suka pada sebuah keidentikan jilbab lebar adalah sebuah kebenaran. Itu kembali pada situasi kondisi.... (tentu saja aku nggak bisa berenang dengan pakaian yang gombrong seperti itu....aku nggak bisa repeling dengan jilbab hingga pantat)... Tapi yang pasti aku memang nggak suka pada jilbab diikat dengan baju seksi....dengan celana seksi.....atau bahkan celana biasa sebenarnya aku kurang suka...itu bukan pakaian wanita (makanya satu hal yang ingin aku protes pada putri Indonesia, adalah kenapa ia mengenakan celana jeans pada beberapa event publik).......
Yang pasti buat temen-temen muslimah, cewek itu tanpa mengenakan baju dan celana seksi.....kita itu tetep seksi lho!!!Jangan salahkan cowok ketika mereka kurang ajar pada kita saat kita mengenakan pakaian yang mengundang gairah... ingat saja kisahku tentang Encep......
Ok, i think enough....
Moga kisah nta bisa bermanfaat ....and nta pun selalu menjadikan story ini sebagai sebuah stimulan pemikiran dan evaluasi diri.......................

Buat Acep/Encep/Cecep....haturnuhun pisan...
Buat seorang ukhti doakan agar qu selalu istiqomah


Grendeng, 11 Nov 2006
-nta-
--keep Allah in our he
Read more ...

SENIMAN DAN KEMLARATAN





“...terimalah sebuah persembahan
dari kami seniman jalanan.......
kami menyanyi demi sesuap nasi..................”

Kira-kira seperti itulah cuplikan syair yang kerap kali kita dengar sebagai penghibur di sela-sela perjalanan di atas bus kota. Dengan bermodalkan bilahan bambu dan ban bekas, gaya mereka tak kalah dengan para drummer band-band ibukota. Tak lupa gitar tua dan kecrekan dari tutup botol turut serta mewarnai dan bersahutan dengan suara sumbang sang vokalis. Tembang-tembang yang dibawakan cukup veriatif. Hanya dengan beberapa koin uang receh, kita bisa menikmati lagu-lagu terbaru dari Ungu, Didi Kempot, atau bahkan Raihan.
Cuplikan syair yang dikutip di awal tulisan ini adalah salah satu bait “mars” pengamen. Tergambar jelas dalam syair itu, visi dan misi mereka menjadi pengamen. Kegiatan yang sudah menjadi profesi yang dilatarbelakangi oleh kemisikinan, satu kosakata yang tak asing lagi di negeri ini. Negeri kita memang Gemah Ripah Loh Jinawi, banyak sampah dan kurang gizi. Negeri zamrut khatulistiwa yang dicintai oleh bencana. Negeri agraris yang oenuh tangis. Bukan berarti menjelek-jelekan bangsa sendiri. Nasionalisme tetap ada di jiwa ini. Lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan uang di negeri orang, lebih baik mati disini karena tsunami daripada hidup di ujung kutub. Mungkin begitu peribahasanya.
Kembali pada diksi kemiskinan, merupakan salah stu substansi kekayaan di negara kita. Tiap tahunnya Indonesia harus mengalokasikan anggaran untuk pemberantasan kemiskinan karena sudah kepalang tanggung terikat janji dengan pasal 34 Uud’45 bahwa : Fakir miskin dan anak terlantar dilindungi oleh negara.............” Ya, negara kita memang melindungi orang miskin baik itu miskin harta ataupun miskin moral. Walaupun sebenarnya, kemiskinan (dalam hal materi) tidak dapat lenyap dari kehidupan ini. Adanya miskin karena adanya kaya. Dua hal yang saling mengisi. Itu sudah sunatullah.
Berbicara tentang kemiskinan, menjadi miskin itu ternyata susah. Sama susahnya dengan menjadi kaya. Lihat saja orang-orang yang sibuk berebut untuk memenuhi kriteria sebagai orang miskin supaya bisa mendapat kucuran dana BLT dari pemerintah. Sebuah usaha yang melelahkan demi beberapa lembar rupiah.
Menjadi miskin memang susah. Setidaknya keberanian dan seikit ilmu acting harus dikuasai apalagi untuk orang-orang miskin yang memilih mengemis sebagai “jalan hidup”nya. Walau terpaksa, mau tak mau harus diakui bahwa pengemis merupakan sebuah “profesi”. Para pengemis itu adalah aktris dan aktor jalanan. Entah didikan dari sanggar teater mana. Yang pasti cukup melelahkan juga bahwa setiap harinya mereka harus meluangkan waktu 1-2 jam untuk “make over” atau bahkan menciptakan “kreasi” borok atau luka di sekujur tubuh. Akting mereka cukup mempesonan bahkan dandanan mereka pun tak kalah dengan perias-perias artis. Sentuhan make up mereka lebih orisinil. Mungkin ini yang disebut sebagai kreatif => kere aktif => semakin kere semakin aktif.
Namun orangn miskin juga punya idealisme. Mereka punya prinsip. Seperti halnya para pengamen jalanan itu. Mereka berprinsip lebih baik mengamen daripada harus merampok. Pengamen juga punya prinsip walaupun hina tapi pantang untuk meminta-minta. Suatu keteguhan yang perlu diteladani dan dihargai. Kenapa Indonesia tak menjadikan pengamen-pengamen itu sebagai pejabat negara saja? Daripada negara ini dikelola oleh orang-orang yang berorinsip tak kenal malu. Yang lebih mempertaruhkan harga diri demi sesuap nasi dengan tindak korupsi. Hidup pengamen!!! (sebuah ikon emosonal yang cukup khas di Indonesia ketika mengelukan sesuatu)
Sebuah kata yang cukup enarik dari bait syair diatas, sebuah penunjukkam identitas pengamen sebagai seniman. Tepatnya seniman jalanan. Lepas dari ke-arbriter-an kosakata “seniman jalanan”, mungkin ada baiknya kita ingat –ingat tentang kata seni dan seniman.
Ketika berbicara seni, kita tak lepas dari estetika, keindahan, atau padanan kata yang lain. Sedangkan seniman adalah pelakunya. Seni sbuah hal yang sangat subyektif walau ke-subyektif-an akan seni kerap kali menjadi masalah. Apalagi jika dihadapkan pada sbuah hal yang prisipel.
Seni itu universal. Seni sebagai refleksi dari cipta, rasa, dan karsa manusia. Hidup adalah seni. Maka munafik jika orang mengaku tak mengenal atau menyukai seni.
Yang menjadi sorotan disini adalah ternyata seni itu satu namnu berbeda jua. Ada yang cukup menggelitik hati ketika bahwa sudah lazim dikenalnya istilah seniman jalanan. Seniman jalanan adalah seniman yang ada di jalanan. Ada seniman jalanan ada juga senuman ruangan. Berbedakah kastanya???
Sepertnya tinggi sekali ketika harus mengaku berstatus “seniman”. Namun, pengemis-pengemis itu sudah lihai jadi aktris tanpa harus belajar pada Didi Petet, tanpa harus mengenyam pendidikan sinematografi. Pengamen-pengamen itu sudah daoat meraih oredikat “seniman” tanpa harus les vokal, tanpa harus mengenal ‘peech control’ (maaf kalu salah penulisannya).
Hal ini menunjukkan keuniversalan seni. Seni yang tak mengenal derajat / kedudukan seseorang. Seni dapat menyentuh segala kondisi. Mungkin bagi para pekerja seni itu, pasal 34 telah berganti redaksi menjadi “Fakir miskin dan anak terlantar dilindungi oleh seni.......”
Yang memiriskan adalah apresiasi-nya masih bernilai prestise. Masih mengenal kesenjangan sosial. Ketika seorang pengamen bukanlah Donny “Ada Band”, maka tak perlu ada event organizer yang mengelola road show-nya. Cukup dengan sekeping uang recehan, itupun kadang terpaksa. Malah terkadang orang lebih baik memilih pura-pura tidur. Padahal sekeping recehan untuk pengamen lebih berarti daripada puluhan ribu yang dikeluarkan untuk selembar tiket konser Radja. Sekeping uang recehan untuk para aktor jalanan daripada harus berjubel untuk menjadi penonton perdana film “Kuntilanak”.Toh skenario hidup para pengemis lebih “orisinil” daripada film lawak hasil kreasi Rizal Mantovani itu. Lagipula, Ian Kasela tak akan melarat jika beberapa kali konsernya sepi. Namun pengamen-pengamen itu akan semakin melarat jika penumpang bis kota enggan mengangsurkan recehan. Mungkin ini maksud dari “Yang kaya semakin kaya yang mlarat semakin mlarat”. Bagaimana Indonesia mau kaya kalau kepedulian masyarakatnya masih miskin???
Pengamen-pengamen itu hanya bisa bersenandung :
“Sekeping uang anda tidak membuat kami jadi kaya
atau membuat anda miskin tiba-tiba...............................”

Grendeng, 10 Nov 2006
--teruntuk para pekerja seni jalanan—
Read more ...
Tuesday, November 07, 2006

Jim Hawkin's Adventure



PETUALANGAN JIM HAWKINS
(resensi dari novel Treasure Island karya RL. Stevenson)
Disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Book Report, jurusan sastra Inggris ‘06 PSBS Unsoed

Kisah ini terjadi pada pertengahan abad ke-18, tepatnya di tahun 1756. alkisah seorang pemuda, Jim Hawkins yang tinggal bersama keluarganya di desa kecil di Inggris bagian tenggara. Jim Hawkins sekeluarga memiliki sebuah losmen kecil yang bernama “Admiral Benbow”.

Suatu hari, seorang pengunjung datang untuk menginap. Kepada Jim ia mengaku sebagai Kapten Flin’t. konon, berdasarkan cerita-cerita para pelaut, Kapten Flint adalah seorang bajak laut yang populer dan terkenal akan kekejamannya.

Suatu ketika, seorang tak dikenal datang dan mencari Kapten tersebut. Rupanya ia memang sudah lama mengincar sang Kapten. Kemudian, mereka (Kapten dan orang tak dikenal) bertikai yang berakhir dengan tewasnya Kapten. Ketika menjelang ajalnya, Kapten berpesan kepada Jim tentang sebuah kotak.
Ketika Jim dan Ibunya membuka kotak yang dimaksud oleh sangn Kapten, ternyata di dalamnya ada sebuah kertas. Kemudian Jim dan Dr. Livesey (Dokter yang merawat ayah Jim sebelum meninggal), membawa kertas itu ke Squire John Trelawney. Squire Trelawney adalah seorang saudagar kaya di kota yang mengerti mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bajak laut. Dari Squire Trelawney, Jim baru paham bahwa, sang Kapten yang menginap di losmennya itu ternyata bukanlah Kapten Flint seperti yang diceritakan. Kapten Flint sendiri telah tewas di Amerika utara setelah dua puluh tahun he berlayar dan membunuh banyak orang. Ia adalah seorang yang kaya raya saat tewas. Namun, tak seorang pun yang tahu apa yang terjadi dengan semua hartanya. Dari Squire Trelawney pula, Jim tahu bahwa kertas yang ia bawa adalah sebuah peta harta karun. Peta yang menunjukkan tempat disembunyikannya harta Flint.

Kemudian Squire Trelawney berencana untuk mencari harta karun tersebut. Ia menyewa kapal “Hispaniola” untuk membawanya ke Bristol tempat dimana harta karun itu disembunyikan. Tentu saja Dr.Livesey dan Jim turut serta dalam petualangan tersebut. Dr.Livesey ditugaskan sebagai petugas kesehatan dan Jim sebagai penjaga kabin. Tidak hanya mereka bertiga, Squire Trelawney juga menyewa awak kapal. Squire Trelawney sendiri bukanlah seorang pelaut. Ia menyewa Kapten Smollet untuk memimpin pelayaran tersebut. Turut serta dalam pelayaran tersebut, Long John Silver, yang bertugas sebagai juru masak.
Suatu ketika, di tengah pelayaran, secara tak sengaja Jim mendengarkan pembicaraan Long John Silver dengan salah satu awak kapal. Ternyata Long JohnSilver adalah mantan bajak laut yang dulu turut serta dalam pelayaran Flint. Kini, Silver memiliki niat jahat untuk merebut harta tersebut dan membunuh seluruh awak kapal “Hispaniola”.

Kapten Smollet dan Squire Trelawney cukup terkejut ketika mendengar cerita Jim. Mulanya, Squire tak percaya dengan apa yang didengar. Namun, kemudian ia diyakinkan oleh Kapten Smollet yang notabene mengetahui seluk beluk dunia pelayaran dan bajak laut.

Akhirnya, pelayaran mereka telah sampai di pulau yang dimaksud dalam peta. Kapten Smollet kemudian mulai mengkoordinir dan membagi awak kapal untuk yang ikut turun ke pulau dan yang tetap tinggal di kapal. Jim secara diam-diam ikut turun ke pulau.

Di perjalanan, Jim melihat dengan mata kepalanya sendiri kekejaman Long John Silver yang membunuh Tom- salah satu awak kapal yang membangkang ketika diperintahnya. Jim kemudian memisahkan diri dari rombonngan. Di tengah hutan, ia bertemu dengan orang asing yang telah menghuni pulau tersebut selama bertahun-tahun. Dia bernama Ben Gunn. Rupa-rupanya Ben Gunn mengetahui tentang seluk beluk harta karun Flint.

Sementara itu, diatas kapal, Dr.Lisevey, Kapten Smollet menyusunstrategi. Mereka pun telah mengetahui bahwa Jim turun ke pulau secara diam-diam.

Diatas kapal, mereka kemudian menyusun rencana untuk mengantisipasi tindakan dari Long John Silver. Tak dapat terelakkan beberapa pertikaian seru terjadi antara kubu Kapten Smollet dan Long Jhon Silver. Namun, pertikaian itu pun berakhir dengan perdamaian-yang diminta oleh Long John Silver karena kalah strategi- antara kduanya. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari harta karun itu bersama-sama.
Di tengah perburuan, mereka bertenu dengan Jim dan Ben Gunn. Ternyata Ben Gunn lebih mengetahui tentang harta karun Flint. Tak membutuhkan waktu lama, mereka akhirnya menemukan Hata karun Flint yang berlimpah. Harta karu itu tampak memukau terdiri dari emas dan koin-koin uang. Harta Flint memang melimpah, semuanya senilai tujuh ratus ribu pounds. Harta karun yang telah terpendam lama. Harta karun yang untuk mendapatkannya menimbulkan tak sedikit korban jiwa.

Harta karun Flints itu kemudian dibagi-bagi setelah mereka kembali ke daerah asal. Berakhirlah petualangan Jim Hawkins. Jim Hawkin kapok untuk berpetualan lagi, ia tak menyukai petualangannya berburu ke pulau harta karun, namun ia menceritakan pengalamannya untuk kita semua.







DATA BUKU
Judul Asli : Treasure Island
Pengarang : RL. Stevenson
Penerbit : Dian Rakyat-Jakarta, cetakan pertama 2003
Tebal : 64 halaman
Read more ...
Friday, November 03, 2006

prestasi di ramadhan '27


Membentuk Rahim Generasi Ibnu Sina Melalui
“ThiCreAs on Islamic library”

Sebelumnya izinkanlah sejumlah fenomena berikut mengawali tulisan ini,

Seorang dosen wanita di satu perguruan Islam, menjadi imam sholat bagi suaminya. Ini adalah pengaruh paham gender equality. Ada dosen yang berbicara di depan kelas, bahwa kita memerlukan Al-Quran baru. Menurut mereka, metode Hermeneutika sudah menjadi harga mati untuk diterapkan dalam penafsiran Al-Quran, sehingga tidak perlu digugat lagi. Ada seorang hakim agama bercerita bahwa training-training tentang kesetraan gender terus menerus diadakan untuk mengubah pemikiran mereka. Selain dilakukan di hotel-hotel berbintang, peserta pun dibayar. Fenomena westernisasi dalam pemikiran dan studi Islam begitu kental dan menggejala serta ngetrend.

Sunggu sebuah fenomena yang memprihatinkan. Hegemoni barat kini bukan hanya menonjol dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial, tetapi juga dalam pemahaman keagamaan. Sebenarnya tanpa harus melihat jauh-jauh ke luar negeri, di negara kita saja sudah tampak fenomena-fenomena memprihatinkan tersebut. Dulu, peperangan yang dihadapi umat Islam adalah perang fisik. Sejarah telah mencatat bagaimana kegemilangan kaum muslimin di medan laga yang merupakan bukti kekuasaanNya. Kini, strategi musuh mulai tergeser untuk melakukan Ghazwul Fikri. Melalui perang pemikiran, mereka pikir akan lebih efektif di era sekarang. Sebenarnya issue Ghazwul Fikri bukanlah sebuah hal yang baru dalam perkembangan dunia Islam. Namun, issue tersebut seolah menjadi tematik pada wacana-wacana yang berkembang saja dengan tindakan nyata yang masih terbilang minim.
Muncul pertanyaan, dimana para cendekiawan muslim? Diamana para aktivis yang konon katanya mengabdikan diri di jalan dakwah? Sketsa aktivis Islam tidak terlalu bagus dalam kacamata masyarakat. Jangankan untuk berdakwah masuk dalam dunia IPTEK, fenomena bahwa aktivis dakwah yang membuthkan belasan semester untuk menyelesaikan studi – masih banyak terjadi. Bukan karena bodoh memang, tapi apa perlu dibenarkan jika kesibukan untuk kemaslahatan umat dijadikan alasan? Bukankah dengan lulus tepat waktu dan IPK tinggi dapat merupakan point dakwah juga? Ini lepas dari ada juga kenyataan segelintir aktivis dakwah yang dapat mengeksistensikan dirinya di akademik. Tentang lulus ini memang hal kecil dari permasalahan yang kita hadapi. Namun, dari hal kecil-lah kita mestinya dapat belajar.
Selain itu, salah satu kelemahan dari pergerakan umat Islam, adalah masih bersifat individualis. Mereka masih berkelompok-kelompok dengan idealisme masing-masing. Padahal dalam Islam banyak wahana untuk menyatukan dan lebih mengkoordinasikan gerakan tersebut. Pada zaman nabi sendiri telah mencontohkan bagaimana masjid-masjid selain sebagi tempat sholat juga difungsikan sebagai tempat untuk menuntut ilmu dan menyusun strategi. Perlu diingan pula bahwa sebuah kebenaran yang tak terkoodinir akan terkalahkan oleh kejahatan yang terkoordinir.
Perpustakaan merupakan substansi yang bagus sekali untuk kita jadikan benteng. Kesadaran masyarakat akan peran penting perpustakaan memang masih terbilang minim. Tengok saja perpustakaan nasional yang kita miliki. Gedung mewah yang berdiri di bilangan jalan Salemba itu penuh hanya oleh orang-orang yang akan mmbuat skripsi, tesis, atau semacamnya. Apalagi jika melihat kondisi perpustakaan-perpustakaan di daerah. Sebutan „gudang buku“ tampaknya lebih tepat jika dibandingkan dengan nama pepustakaan. Lucu sekali memang jika mengetahui bahwa kesadaran akan perpustakaan muncul tiap bulan September saja di hari perpustakaan nasional.
Perpustakaan Islam sendiri sudah mulai berkembang di Indonesia. Hampiur di setiap masjid-masjid besar di Ibukota, telah dilengkapi dengan sarana perpustakaan. Sebut saja Perpustakaan Masjid Sunda Kelapa dengan pengelolaannya yang terorganisir, atau perpustakaan Masjid Cut Meutia , serta masjid-masjid lainnya. Tak ketinggalan pula di kota satria dengan Perpustakaan Fatimatuzzahra yang cukup inovatif. Tentunya tumbuhnya perpustakaan Islam kita harap bukan sekedar muncul saja namun juga berkembang. Selama ini fungsi perpustakaan kebanyakan hanya sekedar sebagai tempat sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku. Hal itu diperparah lagi dengan koleksi-koleksi buku yang mandul.
Untuk lebih menghidupkan perpustakaan Islam perlu diciptakan sebuah sistem atau kurikulum. „ThiCreAs on Library“ dapay menjadi salah satu solusi untuk itu. ThiCreAs (Think, Created, and Archives) merupakan kurikulum untuk lebih memvitalkan fungsi perpustakaan Islam sebagai wahana yang tepat untu benteng pergerakan Islam.

ThiCreAs ini dapat kita jabarkan sebagai berikut :

Think (Perpustakaan sebagai wahana proses berfikir)
Dalam ThiCreAs, member diajak untuk melakukan follow up terhadap buku yang dibacanya. Sebuah buku diharapkan tudak sekedar menjadi pustaka saja, pembaca diharap dapat melakukan follow up. Isi buku dijadikan sebuah stimulan bagi pembaca untuk meng’anak-pinak’an isi buku. Perpustakaan bukan sekedar tempat untuk meminjam atau mengembalikan buku, tapi juga tempat untuk berdiskusi menuangkan ide-ide. Coba tengok PDS HB Jassin yang berlokasi di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Setiap hari Jumat sore, pekan kedua dan keempat, ada sebuah forum bertajuk “Meja Budaya”. Dalam forum tersebut tiap pertemuannya membedah sebuah buku dan dari setiap pertemuan akan muncul sebuah pemikiran-pemikiran baru.
Hal ini cukup relevan jika diaplikasikan pada perpustakaan Islam. Selain berfungsi untuk mempererat ukhuwah Islamiyah, nantinya akan muncul ide-ide inovatif yang dapat disumbangsihkan pada perkembangan dunia Islam. Tentunya karena di lingkungan Islami, pemikiran-pemikiran ini akan terkontrol secara syar’i. Al-Quran dan hadits tetap menjadi pegangan. Bukankah Allah juga menganjurkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang berfikir (ulil albab)? Kalau boleh meminjam istilah dari seorang filosof Yunani, bahwa : manusia berfikir maka ia hidup, karena sebanrnya manusia adalah hewan yang berotak, maka jika ia tak berfikir, apalah bedanya dengan hewan?
Kalau kata Aa Gym, otaknya orang Indonesia memiliki harga jual yang tinggi karena masih steril dalam artian jarang digunakan.

Created (Perpustakaan sebagai wahana proses kreasi)
Setelah mengeksplorasi ide-ide briliant, maka ide-ide tersebut kita lanjutkan dalam tahap berikutnya yaitu berkarya. Jangan biarkan sebuah ide menjadi mandul. Tuangkan ide dalam sebuah karya, karena ituilah maksud dari kita berfikir. Karena dalam konteks kepustkaan, maka salah satu refleksi karya itu pun tertuang dalam bentuk pustaka semacam karya ilmiah. Dikatakn karya ilmiah karena penyusunannya menggunakan metode ilmiah. Disinilah perpustakaan menjalankan fungsinya sebagai penyedia referensi-referensi yang dibutuhkan. Maka perpustakaan Islam diharap selalu mengupdate koleksi-koleksi yang dimilikinya. Setiap hari di seluruh penjuru dunia, ratusan bahkan ribuan judul buku baru diterbitkan.
Dangan melakukan fungsi sebagai wahana berkreasi ini, selain menumbuhkan pola pikir ilmiah bagi para membernya, hal ini juga menumbuhkembangkan budaya menulis. Sebuah pesan bijak mengatakn “ikatlah ilmu dengan menuliskannya” . Tulisan juga merupakan recorder ide dan sebuah peradaban memang harus ditulis.

Archives (Perpustakaan sebagai wahana perngarsipan)
Sejarah mencatat bahwa Islam memiliki beberapa nama tokoh ilmuwan muslim. Sebut saja salah satunya Ibnu Sina atau yang lebih populer dengan nama Avicena. Beliau adalah salah satu intelektual Islam yang berkiprah dalam dunia kedokteran. Masih banyak nama-nama lain. Namun, mereka kurang populer di dunia ilmu pengetahuan. Ilmuwan-ilmuwan barat rupanya lebih terakui ke-eksistensi-annya. Tercatat dalam sejarah pula, bahwa dalam sebuah peperangan, pusat-pusat dokumen ilmu-ilmu yang dicetuskan para ilmuwan Islam, diluluhlantakan. Kemudia, dengan tanpa dosa ilmuwan-ilmuwan barat mengadopsi serta mengklaim ide-ide inovatif tersebut. Ternyata, bajak membajak memang sudah terlestarikan sejak dulu kala.
Perpustakaan memiliki peran yang vita; dalam hal pengarsipan. Setelan menjad wahana proses berfikir dan berkarya, maka hasil-hasil dari proses tersebut yang bersifat kepustakaan perlu diarsipkan. Selain sebagai sumber referensi untuk perkembangan IPTEK, hal ini juga sebagai langkah protektif pada karya-karya ilmuwan Islam.
Nantinya, kepustakaan yang terarsipkan tersebut dikembangkan kembali dalam proses berfikir, kemudian dilanjutkan dangen proses kreasi, begitu seterusnya. Jika ini dapat teraplikasikan, maka sebutan “gudang buku” sangat mungkin untuk berubah menjadi “gudang ilmu”.

ThiCreAs on Islamic Library adalah sebuah kurikulum. Perpustakaan akan dapat hidup juka memiliki sistem yang berjalan. Perpustakaan Islam jangan sekedar menjadi tempat sirkulasipeminjaman dan pengembalian buku, atau bahkan sebagai wahana komersial dengan pemberlakuan tarif atau iuran bagi para anggotanya. Jika Perpustakaan Islam terus berkutat dalm peran seperti itu, maka ta heran peran Perpustakaan islam-khususnya bagi generasi muda-akan tergantikan posisinya oleh kios-kios persewaan komik.
Sebagai umat muslim kita punya tanggung jawab untyk menghidupkan Perpustakaan Islam. Perpustakaan Islam adalah sebuah rahim yang akan melahirkan generasi-generasi intelektual muslim. Ibnu Sina dan teman-teman beliau sangat berharap memiliki generasi untuk membwa Islam kepada kejayaannya kembali. Mari kita sambut kejayaan dengan menghidupkan Perpustakaan Islam.



comment:
dar mas Slamet (sang juri) : "endingnya masih kurang..diibaratkan sebuah kran...nutupnya kurang "krek...." "


ok, comment laen????

NTA tunggu ya....

-nta-
--keep Allah in our heart--
Read more ...
Thursday, November 02, 2006

blogqu yang laen...

deuh...udah nggak pernah diisi tuh.....kalo ada yang mo nengok...tengok aja di http://shinta_xsmansa.blogs.friendster.com/my_blog/

disana ada puisi2ku , catharqu juga...wuih lucu2 deh..yang mulai nggebet cowok..sampe yang tangis2an..he..he....
Read more ...
Wednesday, November 01, 2006

Welcome...ujian sisipan....

nta lagi mid nieh...doain ya...biar nilai2nya baguz..baguz... and bisa lulus cepet

eh, abiz mid banyak cerita yang pengen nta posting lho...so wait and see......
jangan lewatkan cerita2 seru dari Ayodya's Kingdom...
dah........................
Read more ...

Aku.....Wanita Jawa!!!



--perempuan jawa...sosok perempuan yang terlihat lemah namun sebenarnya ia memiliki kekuatan yang luar biasa.....memiliki andil yang besar dalam pengelolaan rumah tangga.....--
--wanita cerdas...yang mungkin terlihat rendah dengan tiga momok...dapur..sumur.... dan kasur.... Dapur, sumur, dan kasur yang seperti apa? kecerdasan wanita jawa akan membawa ketiga substansi tersebut bukan sebagai sebuah hal yang hina namun menjadi sebuah hal yang mulia................-

sebuah artikel ku-kutip..........


PEREMPUAN MASA KINI, SEBUAH FENOMENA
dari http://dhitos.wordpress.com/2006/10/18/perempuan-masa-kini-sebuah-fenomena/
Posted by dhitos in Artikel, dhitos' post. trackback
Disepanjang sejarahnya perempuan telah banyak berjuang untuk mendapatkan hak-haknya melalui emansipasi katanya. Tapi yang kita lihat sekarang, ternyata mereka seolah kembali terjerumus ke dalam penjajahan modern emansipasi itu (betulkah ??) Perempuan menganggap dirinya merdeka yang tanpa dirasakan malah terjebak ketika meng-eksploitasi diri terhadap kemerdekaannya.


Sehingga kemudian iapun dianggap biang kerok krisis moral bangsa ini buktinya, mulai kasus pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan), tarian erotis, dan banyak hal lagi yang sasaran utama dan umpannya adalah perempuan. (lihatlah tayangan2 malam media televisi kita yang banyak meng-eksploitasi sexualitas perempuan)

Benarkah perempuan sekarang telah lupa akan hakekat dirinya, hanya menonjolkan kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya. Dimanakah essensinya sebagai seorang manusia? Lantas apa yang dapat diharapkan dari para perempuan seperti ini?

Yang demikian ini idealnya merupakan salah satu tugas perempuan yang sadar sebagai anggota masyarakat untuk kembali mengingatkan sesama kaumnya yang tersesat. Karena lisan perempuan akan lebih dapat mengena ke dalam sanubari sesama mereka dibanding lisan pihak lain (laki-laki), untuk mengembalikan identitas mereka sebagai manusia.

Dengan kondisi seperti ini, perempuan yang sadar idealnya adalah wajib memiliki tugas untuk menjelaskan kembali fungsi norma-norma agama untuk menghantarkan manusia menuju kebahagiaan hakiki (sesuai agama masing-masing). Perempuan yang tercerahkan harus mengingatkan saudara-saudara mereka akan peran dan tugas yang dipikul perempuan, baik melalui pendekatan, media, pelatihan, dan cara lainnya. Tugas ini akan berhasil jika dilakukan oleh perempuan itu sendiri dari pada yang tugas ini diserahkan kepada laki-laki, karena adanya persamaan sesama perempuan yang dimiliki, yaitu sebagai perempuan yang sama-sama memiliki kekuatan emosional dan akal.

Harus kita sadari bahwa yang namanya perempuan itu dapat menjadi sumber daya yang jitu untuk memperbaiki sebuah masyarakat. Disamping itu, iapun dapat juga menjadi sarana jitu untuk merusak dan menghancurkan sebuah masyarakat.

Untuk itulah diperlukan peran-peran perempuan yang sadar untuk ikut serta dalam membentuk masyarakat religius sesuai dengan keyakinan spiritualnya masing-masing sehingga kondisi semacam pro dan kontra RUU APP bisa menemukan titik tengahnya.
Read more ...

Cerianya Lebaran bareng keluarga...............



Senengnya Lebaran ni bisa kumpul lagi semua keluarga (but, dhe'cacelinka kok nggak dateng ya???kangen deh!!!)
seneng deh bisa ngerasain lagi :
-- antrian sungkem dan tangis2an (eh..tapi terharu lho)
-- ngabisin kue nastar dan dengan bangga menyebutkan kalo kue2 ntu buatan nta (he..he..padahal nta cuma bantuin ngoles pake merah telur doankz)
-- ngrumpi seru bareng jejaka and gadis2 keluarga qta (hualow... mas qiqi,mbak iwik, mely, ocan, mas nono, mas eqo, ogi, dhe'nita, dhe'dhina.
-- narsis2an phto2 bareng (wuih..banyak banget lho sebenrnya foto-nya tapi nggak sempet diupload)
-- jalan2 ngukur setiap centi sudut kota Tegal...
-- rame2 berenang (tapi waktu ntu nta lagi nggak bisa berenang...biasa cewek....hiks..hiks....tapi tetep aja basah....dicipratin sama mereka2 yang rese...pokoknya seru deh..video-nya juga kerenzz abiz...)
-- curhat2an ala ABG (aduh Giza.....nggak kerasa waktu ntu kita ngobrol nyampe midnight, satu loyang martabak abiz, satu potong ayam besar abis, roti bakar juga abiz, dan beberapa gelas softdrink juga amblas..he..he...)
-- naik perahu...rame2...wuih...mas TOto ternyata ketagihan naik perahu tuh...
-- buat istana pasir bareng2...deuh...dhe' zaki nakalnya....kita sampe bergulat di tepi pantai...... oh ya...jadi inget "perut besar"nya si Abang.....
-- morotin isi saku mas Toto...muakacih ya mie aya kita kembang-nya...muakacih udah jadi sopir setia qta,,,pokoknya muakacih buat traktiran2nya...jangan sungkan2 lagi ..he..he...
-- makan bakso rame2.....(muakacih pakdhe...)
and macih banyak lagi cerita2 laen...tunggu aja sambungannya.............

ada sieh sedikit nyebelin2nya...yang sempet juga masuk ke hati...but....keluarga adalah harta termahal...yang nggak bisa tergantiin oleh apapun...

bagaimanapun kalian......adalah anugrah terindah yang Alloh berikan....
Thanks God!!!
Read more ...