Pages

Friday, December 08, 2006

Gem..Bush!!! (sebuah cerpen.....)

œAda yang kosong Bang?”

Dengan langkah santai, Geger menuju kompie 9 setelah sang operator menunjukkannya. Tempat ini bisa dibilang rumah ketiganya setelah gubuk dan kampusnya. Lumayan, saking seringnya Geger main, Banyu.Net kerap kali memberikan diskon untuk browsing-nya yang melebihi satu jam. Soft drink atau sekedar secangkir kopi kerap disajikan sebagai gift untuknya jika ia sedang online hingga midnight. Hanya beberapa kilometer jaraknya dari kampus. Setidaknya, jika Geger sedang muak dengan keabsolutan dosen yang jaranng masuk, ia punya tempat pelarian yang positif. Bukan sekedar chatt, tapi dari aktivitasnya di dunia maya, tak sedikit ilmu serta jaringan yang ia punya. Yahoo Messenger menjadi saksi dari obrolan dan debat panjangnya dengan rekan-rekan di dalam dan di luar Indonesia. Inbox emailnya penuh dengan mailing list yang memporting tema-tema menarik untuk didiskusikan.

Dick : Hi….how r u?

Geger_self : fine…sori I was very busy to mid test

Uff….sudah sepekan ini geger absen dari dunia maya. Lagi musim ujian. Sebenarnya kalau dipikir itu bukan alasan. Pekan ujian bahkan memungkinkan mahasiswa lebih banyak memiliki banyak waktu luang dibandingkan dengan masa-masa kuliah. Jadawal ujian tiap harinya maksimal hanya menghabiskan waktu tiga jam. Namun, tampaknya sudah menjadi fenomena untuk anak SD sampai mahasiswa, bahwa kalau di masa ujian pantang untuk keluar main. Padahal Geger pun yakin para mahasiswa itu tidak akan full belajar saat ada di rumah.

Hemh….inbox emailnya cukup sarat. Di-klik nya sebuah postingan -dari sebuah milis jurnalis- dengan judul postingan yang cukup bombastis : [JURNALISME] Re : Bush datang, sekolah diliburkan!!!

Obrolan-obrolannya terhenti sejenak. Konsentrasinya kontan fokus pada beberapa postingan opini rekan-rekan milistnya tentang kunjungan penguasa negara Adikuasa. Dua puluh November, beliau akan dating di kota kelahiran Geger. Bush memang selebritis tiada tanding. Rencana kunjungannya ke Indonesia cukup menghebohkan. Setidaknya kontroversi tentang hal itu sedang jadi obrolan terhangat. Mungkin Bush tak ingin kalah dengan My Chemical Romance yang mengeleuarkan album alter ego-nya yang cukup menghisteriskan cewek-cewek Indonesia.

Jiwa muda Geger seolah terprovokasi seusai membaca postingan-postingan dari inbox-nya.

“Shitt, berani juga dia kesini” umpat Geger yang mengakhiri browsingnya siang itu. Di otaknya sepertinya sudah tersusun rencana untuk mengumpulkan rekan-rekan BEM-nya.

***

Buncahan air hitam bercampur lumpur membasahi celana legging bututnya. Hujan tadi malam tampaknya membuat jalanan di pemukiman itu semakin terlihat kumuh. Geger membuka kap helm-nya untuk sekedar membagi senyuman pada beberapa warga yang tampak sedang menikmati istirahat siang di beranda gubuk-gubuknya. Pemandangan rumah yang saling berdempetan dengan suasana khas rakyat kecil sudah menjadi makanan bagi Geger tiap harinya. Di tengah suasana-yang bisa dibilang kumuh- di salah satu bilangan kota Bogor itu-lah, Geger dilahirkan kira-kira dua dasawarsa yang lalu.

“Bang Gegel…..” seorang gadis kecil dengan rambuit kusut menjuntai, menyambut Geger yang telah sampai di depan rumah. Sesungging senyum tulus dari Geger menanggapi sapaan cadel dari Ratih-nama gadis kecil itu-adik keduanya. Ratih serta merta berlari menubruk untuk bersandar manja di tubuh kekar Abang tersayang.

“Ratih lagi ngapain?mbak Asih sudah pulang?”

“Nggak lagi ngapa-ngapaiin. Mbak Acih macih cekolah”

“Ratih nggak Bantu emak?” tanya Geger penuh kasih sayang dengan merengkuh lembut tubuh mungil itu. Ratih hanya menjawab dengan menyeringai. Barisan giginya yang hitam dan geripis terlihat jelas saat dia membuka bibirnya. Ingus di hidungnya tampaknya juga sedang berlomba antara lubang yang kanan dan kiri.

Geger melangkahkan kaki ke rumah –kalau pantas disebut rumah-nya yang sangat sederhana namun sangat dicintainya itu.

“Sudah pulang Ger?”

“Udah Mak, hari ini ujian terakhir”

Sesosok wantia yang diliputi keriput tampak keluar dari dalam kamar. Ia akrab disapa Mak Geger. Mak Geger itu sebenarnya cantik. Dari garis wajahnya bisa terlihat gurat kecantikannya masa muda dulu. Usianya juga sebenarnya belum terbilang tua. Pedasnya kehidupan yang telah menampakan sosok Mak Geger jadi terlihat lebih tua. Mentari Bogor tiap harinya selalu giat menyapa tubuh wanita itu. Tiap hari, Mak Geger berkeliling kampung dengan suaranya yang khas menjajakan kue. Ya..sekedar membantu menegakkan perekonomian keluarga biar dapur tetep ngebul. Wajahnya sudah tak pernah tersentuh make up, asap dan debu telah menjadi pengganti powder-nya, keringat telah menjadi body lotion-nya. Boro-boro tahu manicure pedicure, kotak sabun mandi di rumah Geger sering kosong berhari-hari.

“Makan dulu Ger!”

“Ya Mak!”

Ugh…sibuknya otak dia berfikir tentang Bush ternyata membuat Geger tak sadar bahwa perutnya belum sempat diisi dari tadi pagi. Kini setelah disadarkan Emaknya, ia baru bisa mendengar tabuhan gendang keroncong dari dalam lambungnya.

Diambilnya nasi yang masih agak hangat diatas piring melamin yang terbilang barang berharga di rumahnya itu. Tanpa mengeluh diambilnya beberapa potong gembus goring sebagai lauk. Entahlah apa nama sebenarnya. Geger mengenalnya sebagai gembus. Ada yang bilang dage, bongkrek, bahkan di beberapa kota ada yang menyebutnya tlembuk. Yang pasti kini Geger tampak lahap menikmati makan siangnya. Ekspresi kelahapannya itu rupanya cukup membuat Ratih memberi respons.

“ Bang Gegel lapel ya?”

“He-eh”

“Ih…Latih mah bocen makan gembus telus. Latih pengen makan ayam pledciken. Kata bapak, ntal kalo Bang Gegel udah kelja, banyak duit, kita bica makan enak telus. Benel ya bang?”

Ungkapan polos Ratih membuat mulut Geger tiba-tiba berhenti mengunyah. Ia jadi teringat cita-citanya selepas wisuda nanti untuk membantu perekonomian keluarga. Kini pun sebenarnya ia sudah bisnis kecil-kecilan dan itu membuat Emak Bapaknya tak perlu lagi memberikan duit jajan. Bapak sendiri memang melarang Geger untuk bekerja sekarang. Kata Bapak “Selesaikan dulu kuliahmu, pendidikan itu nomor satu, bapak masih kuat untuk kasih nafkah, cepat lulus jadi sajana dan kamu bisa cari kerja yang baik, jangan jadi penjaga lapak kayak bapakmu ini……….”

Semoga saja harapan bapaknya itu bisa terwujud walau kenyataannya di kampus ia lebih sibuk dengan uurusan tetek bengek ini itu. Kepercayaan yang diberikan rekan-rekannya untuk memimpin BEM cukup menyita waktu dan tenaganya.

***

“Masih sepi bro?”

Itu sapaan Randi, sohib se-visinya Geger.

“Ada planning apa lagi Ger?kayaknya serius banget”

“Kita harus bertindak Ran!”

“Tentang Bush itu?” Tanya Randi hanya sekdar untuk menegaskan.

“Aku muak sekali dengan protokoler penyambutan yang over seperti itu. Bayangin, sepuluh milyar habis cuma buat si Brengsek Bush itu. Lapak-lapak para PKL digusur sementara, sekolah diliburkan, jaringan ponsel dimatikan. Kegoblokan macam apa lagi yang manghantui otak si SBY itu!kita jadi seperti babu kayak gini”

“Emang kayak gitu kalau orang kecil menyambut orang besar. Babu menyambut majikan. Suara helikopter yang setiap hari berputar-putar itu sudah cukup membuat telingaku budeg. Kalau takut ada apa-apa, ya nggak usah datang” timpal Randi tak kalah semangatnya.

“Kita harus lancarkan aksi” simpul Geger

“Nah…gue demen nih kalo lu udah ngomong kayak gitu. Bentar lagi pasti kita asyik tenggelam dalam rapat aksi. Wuih…..aku udah nggak sabar merasakan aura demonstrasi. Aroma aspal panas dan keringat demonstran sepertinya sudah bisa kucium dari sekarang”

Dinding-dinding basecamp BEM Fakultas Sastra tampaknya menjadi saksi dari gejolak semangat Geger dan teman-temannya yang terus berjuang demi penegakan keadilan.

***

Isu tentang BUSH tampaknya memang menjadi berita panas Indonesia akhir-akhir ini. Rentetan demonstrasi penolakan seperti tak akan kunjung henti. Media massa baik cetak dan elektronik tak kalah gencar menjadikan topik ini menjadi headline.

***

Satu hari menjelang aksi

“Gimana Ran?”

“Ok, bos. Semua udah beres. Besok kita tinggal turun aja”

“Pokoknya besok jangan samapi gagal. Aku jijik kalo inget Bush mau dating menginjakan kaki di kota kelahiranku ini”

“Ok, bos. Kayaknya sekarang kamu pulang aja dulu deh!udah malem. Kamu kan korlap harus jaga kondisi donk.Inget penyakit magg-mu yang sering kumat itu” nasehat Randi pada sobat seperjuangannya itu.

Jam sembilan lewat beberapa menit saat motor Geger menembus hujan untuk menuju pulang ke rumahnya. Benar kata Randi, ia sudah lelah. Hari-hari terakhir ini, tenaga dan pikirannya seolah terkuras habis untuk aksi besok. Bayangan dipan keras dan makan malam masakan Emaknya semakin membuat geger mempercepat laju kuda bermesin itu.

***

Rumahnya tampak masih benderang malam itu. Tumben, biasanya habis Isya mereka sudah terlelap dan melalaikan makan malam karena memang tak ada yang bisa dimakan.

“Bang Gegel…..ayo makan!!!”

Wow, sepertinya ada hajatan di rumah mereka.

“Ada pesta ya mak?”

Cukup beralasan jika Geger berkata seperti itu. Potongan paha ayam yang digoreng kering memang sebuah barang langka bagi keluarganya. Namun barang langka itu kini bertenger di meja makan menggantikan posisi gembus goreng yang sudah setiap harinya sudah menjadi makanan pokok Geger sekeluarga. Didorong oleh rasa lelah dan lapar, tanpa ba bi bu lagi Geger langsung mengambil jatah makan malamnya itu.

“Enak ya Bang….ayam golengnya….”

“Siapa yang ulang tahun sih?” Tanya Geger dengan mulut masih penuh makanan.

“Sejak kapan keluarga kita punya acara ulang tahun-ulang tahunan…..” jawab Emak sambil tersenyum simpul melihat tingkah anak sulungnya itu.

“Bapakmu dapet rejeki yang lumayan hari ini” sambung Emak lagi.

“Besok kan bapak nggak dagang Ger. Katanya besok mau ada presiden Amerika, jadinya kita nggak boleh jualan. Makanya kita dapet uang pengganti karena nggak boleh jualan. Lumayan lima puluh ribu. Padahal tiap harinya Bapak dapet tiga puluh ribu saja udah syukur” jelas Bapaknya yang keluar dari dapur.

“Besok emak juga bisa lebih santai. Asih kan sekolahnya libur, jadi bisa bantu-bantu. Nanti emak biar keliling ke desa lain. Bapak juga sama teman-teman PKLnya besok dagang di tempat lain untuk sementara, jadi bisa tetep dapet duit. Makanya Emak masak ayam goreng malam ini, ya itung-itung sebagai rasa syukur……”sambung Emak.

Tiba-tiba perut Geger terasa mual. Lidahnya jadi kelu, kaku! Nasi yang di mulutnya seolah enggan masuk ke tenggorokan. Kepalanya menjadi pusing seperti berputar-putar. Beberapa kelabat bayangan bergantian menghantu pikirannya. Dia teringat rekan-rekannya yang sedang mempersiapkan aksi penolakan penyambutan Bush. Sementara itu, di depan matanya Emak, Bapak, Asih, dan Ratih sedang tersenyum manis semanis senyuman Bush. Dia tiba-tiba jadi pusing. Tak didengarnya lagi celotehan Ratih yang ceria.

“Bang Gegel….plesiden Amelika itu baik ya…coba tiap hali dia kesini..pasti kita bisa makan enak..kak Acih juga jadi libul jadinya Latih nggak ucah bantuin emak………..”

***

teruntuk Bush : I love you Bush!!!
Title: Gem..Bush!!! (sebuah cerpen.....); Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: