Pages

Saturday, December 23, 2006

SAMPAI MENUTUP MATA (by :Acha...album My Heart)










Embun di pagi buta
Menebarkan bau basah
Detik demi detik ku hitung
Kinikah saat ku pergi

(*) Oh, Tuhan ku cinta dia
Berikanlah aku hidup
Tak 'kan ku sakiti dia
Hukum aku bila terjadi

[Reff: ]
Aku tak mudah untuk mencintai
Aku tak mudah mengaku ku cinta
Aku tak mudah mengatakan aku jatuh cinta
Senandungku hanya untuk cinta
Tirakatku hanya untuk engkau
Tiada dusta sumpah ku cinta
Sampai ku menutup mata…
Cintaku sampai ku menutup mata



nb : Naif mungkin....tapi...
yeah...aku memang tak mudah untuk mencintai
hingga untuk melupakan orang yang dicintai adalah sebuah hal yang sulit.....

.--...lagu ini (and lagu-lagu laen yang ada di MP3) sering kita dengerin sambil nunggu jam-jam kuliah..kita menamakan diri kita..."kaum melo"...he...he...he..--
Read more ...
Saturday, December 16, 2006

Requiem from Java




This is the story about Setyo, Siti and Ludiro, who were the performer of Javanese Ramayana's Wayang Wong. Setyo and Siti are spouse who live in a village by selling earthenware products. In the village, live as well Ludiro, the head of the stockyard, who is very wealthy and secretly in love with Siti. Conflicts arrived as Setyo's earthenware company is going bankrupt and Siti started to took notice in Ludiro's desire to win her love. These triangle love transform into a civil war in the village that brings not only extremity and injustice, but also the death of the loved ones (from IMDB-the earth movie database)

OPERA JAWA - Ramayana Versi Baru

Sutradara: Garin Nugroho
Ditulis oleh :
Armantono
Garin Nugroho
Menampilkan :
Artika Sari Devi
Martinus Miroto
Eko Supriyanto
I Nyoman Sura
Retno Maruti
Jecko Siompo Pui
Slamet Gundono
Produser:
Garin Nugroho
Distributor :
SET Film Workshop
Tanggal rilis :
7 Agustus 2006
Durasi :
120 menit
Bahasa :
Bahasa Indonesia


Cerita Ramayana yang melegenda di kawasan Asia memang banyak menjadi inspirasi para seniman untuk mengembangkan kreativitasnya. Kisah Rama dan Shinta yang menghiasi dunia perwayangan ini rupanya juga menjadi inspirasi bagi Garin Nugroho untuk mengembangkan idenya mengenai dunia asal-usul.
Melalui film barunya yang berjudul Opera Jawa, Garin menyajikan gambaran kehidupan yang penuh konflik. Mulai dari permasalahan cinta segitiga dalam sebuah keluarga (dengan tokoh Setyo, Siti, dan Ludiro – yang mewakili Rama, Shinta, dan Rahwana) hingga masalah sosial, politik, dan perekonomian dimana rakyat kecil selalu menjadi korban.
Perpaduan berbagai karya seni seperti tarian Jawa yang identik dengan gamelan, tembang-tembang yang mewakili dialog, sampai dengan instalasi yang memperindah setting membuat drama musikal ini terlihat kaya dan unik. Sementara lokasi pedesaan dan kostum yang dikenakan para pemain mulai dari rakyat kecil hingga kerabat keraton membuat kita seakan dibawa menyelami kehidupan masyarakat Jawa dengan berbagai statusnya.
Dalam waktu selama kurang lebih dua jam, penonton dipukau dengan sajian berbagai karya dari para seniman ternama yang menampilkan keunikan dan kekhasan masing-masing. Rahayu Supanggah, menghidupkan suasana dengan bunyi-bunyian gamelan serta beberapa alat musik lain.
Para instalator seperti, pasangan suami istri Agus Suwage – Titarubi, Hendro Suseno (Alm), Entang Wiharso dan lainnya menampilkan karya mereka yang semakin menguatkan asal-usul siti (tanah) yang melekat dalam kehidupan tokoh utama. Sementara Samuel Watimena menguatkan penokohan masing-masing karakter melalui desain kostumnya.
Para pemain yang fasih dalam dunianya masing-masing dan telah berkeliling dunia juga tak kalah serunya dalam menampilkan kreativitas. Jadi bukan hanya tarian Jawa seperti tampilan Martinus Miroto dan Retno Maruti serta Artika Sari Devi saja yang tersaji, namun juga tarian dinamis dari Jecko Siompo dan unsur Bali dari Nyoman Sura. Sementara Slamet Gundono memberi variasi dengan senandungnya.
Pada scene awal, penonton diajak menikmati beberapa tarian seperti Bedono, dan berlanjut pada indahnya hubungan suami istri serta tentramnya suasana desa. Suasana tentram itu hilang ketika para prajurit mulai datang dan mengacaukan kehidupan warga. Sementara Setyo sebagai tokoh utama yang pekerjaannya berdagang gerabah pun bangkrut. Kehidupan menjadi tak seperti semula lagi, stress dan kekacauan muncul bukan hanya pada keluarga Siti dan Setyo yang kedatangan orang ketiga, Ludiro, namun masyarakat pun terbawa dalam arus perang.
Tidak seperti film cinta populer dengan akhir yang bahagia, seperti yang banyak muncul akhir-akhir ini, Opera Jawa diakhiri dengan klimaks menegangkan di mana Siti dibunuh dan diambil hatinya oleh sang suami yang dibakar api cemburu. Barangkali penonton jadi teringat dengan banyaknya tindak kriminal yang menghiasi media kita akhir-akhir ini, terlebih karena permasalahan perekonomian dan kecemburuan.
Film yang telah dibeli oleh distributor internasional ini dibuat untuk sekaligus mengenang 250 tahun Mozart yang bertepatan dengan ulang tahun kota Jogja yang juga ke-250. Diluncurkan pertama kali dalam pembuakaan JAFF, Jogja – Netpac Asian Film Festival yang akan berlangsung sampai dengan 12 Agustus mendatang. Opera Jawa merupakan salah satu dari 7 film Indonesia yang masuk nominasi penghargaan.
Festival film Asia yang pertama kali diselenggarakan ini diharapkan dapat mengembangkan dunia perfilman di Indonesia. Philip Cheah, salah satu kurator ajang ini mengungkapkan bahwa di Jogja ini banyak terdapat komunitas film namun belum ada festival untuk menghargai dan membantu perkembangannya, untuk itulah kota ini dipilih sebagai tempat penyelenggaraan Festival Film Asia.
Sementara Victor dari World Film Festival of Bangkok yang konsen dengan film Independent menyatakan dukungannya kepada para sineas untuk terus berkarya mengembangkan idenya. "Jangan takut untuk menjajakan filmmu dari pintu ke pintu, pasti akan ada yang menghargai karyamu," tambahnya.
from: http://trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=11&news_id=695

with luph for all my friends in cinemaAtOgraphi ( i miss u all)
Read more ...
Monday, December 11, 2006

Memory With Teksas (Anak Teater = Gila ???)

“pementasan ini merupakan perdana bagi kalian anak 06...dan tulus aku nilai, sukses berat!!!”
Begitu ucapan Mas Ale, sang leader Texas, saat kita udah di backstage seusai memainkan musikalisasi puisi “Waktu-Kini –Aku”
Fiuh....akhirnya sukses juga. Nta bersyukur banget bisa tampil optimal waktu itu. Nggak sia-sia deh dua minggu digojlok di lapangan basket sampe suara abis. Yups, tempo hari tepatnya Jumat malem, 1 Desember 06, Texas menjadi opening act untuk event pemutaran film “Davinci Code” di kampus PSBS tercinta. Emang sich film-nya basi....tapi diskusinya lumayan seru. Film adopsi dari novel Davinci Code karya Dan Brown ini memang sempat menjadi kontroversi. Nta sendiri udah nonton di rumah. Tapi, dulu sebelum Davinci Code ditayangkan perdana, nta udah liat behind the scene-nya waktu acara Book Fair dan diskusi di senayan. Seru sieh... (asal jangan jadi tugas mata kuliah book report aja......nonton n ngbrolinnya sieh seru..tapi kalo suruh buat summary-nya...hemh...ntar dulu deh..he..he..)
Tapi kali ini nta nggak pengen ngomongin Davinci Code ataupun Dan Brown-nya. Nta pengen cerita tentang pementasan musikalisasi puisi dari Texas, group teater kampus. Kangen juga nta sama dunia teater. Dulu waktu SMA sempet didaulat jadi ketua teater (cie....). Selepas SMA, karena lebih terjun ke dunia sinematografi yang backstage jadi agak kaku juga kalo mulai berteater lagi. Ke-kaku-an dan ke-kangen-an itulah yang memtuskan nta untuk bergabung di Texas (Teater Anak Sastra). Sempet nyeletuk juga ketika diminta ndaftar bahwa nta masuk ini cuma masuk aja, hanya sebagai wahana nta untuk meluapkan sense of art-nya nta. Makanya nta nggak pernah dateng rapat-rapatnya Texas. Yang nta tau kalo mo ada pementasan ataupun lomba-lomba. So,kemaren...mas Ryan (sesepun Texas) meminta nta untuk menawarkan diri sebagai poetry reader-nya (di teater jarang ada saling tunjuk...semua menawarkan diri).
Ohya sempet ada keheranan juga ketika nta masuk Texas. Miss Ika (best lecture), sempet menyatakan : Lho, kamu masuk teater? Backstage ya? Masa’ pake jilbab kayak kamu masuk maen teater?. Cuma nta jawab dengan senyuman dan berkata singkat : Why Not???. Yeah...mungkin fenomena yang diketahui orang kalo anak-anak teater itu “orang gila”. Gila dalam hal apa dulu nieh??? Sejauh ini nta menilai temen-temen teater bukan gila, mungkin lebih tepatnya “bebas”. Tapi, mereka tidak memaksakan kebebasan itu selayaknya sebuah doktrin yang dijejalkan dalam brainstorm. Mereka bahkan memiliki nilai penghormatan yang tinggi pada orang lain. Mereka bisa menghargai orang lain dan tidak langsung menjustice negatif or positif tentang suatu hal. Mereka cukup bijak untuk menggunakan sudut pandang lain dalam memberikan penilaian. Nyatanya sampai sekarang nta merasa enjoy2 aja. Nta di dunia teater memang belum bisa dibilang “lihai”. Namun, semenjak SMP nta sudah berkecimpung di dalamnya. Pak Ery, Pak Topo, Apito Laire, dan nama-nama teaterwan di Tegal sudah nta kenal sejak dulu. Dan nta sudah melihat sendiri bagaimana kehidupan mereka. Teater Q, Laire’s Dramatic, Duta Tarusima, dan lainnya (nta lupa namanya...he..he..). Bahkan mas Apito itu berteater-nya sudah sampe Jepang (bagi temen2 di dunia teater mungkin paham). Sampe nta didaulat jadi ketua teater di sekolah (emang sieh cm tingkat sekolah..tapi setidak2nya kan nta pernah menyumbangkan trophi..cie...mulai keluar deh sombongnya...istighfar2!!! ). Saat melanjutkan kehidupan (ehm...) di Jakarta pun....keseharian nta nggak bisa jauh dari para art worker itu. Seniman2 senen, temen2 di PPHUI, di TIM, wuih......they are is my best friend. Jujur nieh...nta kangen sama Meja Budaya sama mas Dony Anggoro dkk, sama Jose Rizal, sama bengkel deklamasi, sama obrolan2 dengan bang Remy ..wuih....i miss u all!!! (Bukan nta mendewa2kan Jakarta...tapi kenangan2 disana betul2 nggak bisa dilupakan...ceile....).
Back to Texas.....
Di perjalanan pulang saat abis pementasan kemaren, ada obrolan yang cukup berkesan bagi nta. Berawal dari pujian2 mas Bayu tentang performance kami (ehm....ehm...) dan sebuah ungkapan jujur dari dia bahwa kemampuan kami telah dapat mengembalikan semangat kakak2 angkatan. Kemudian diceritakan history-nya Teksas...wuih..ternyata cukup mengharu biru juga. Emang sebuah hal yang biasa bahwa dalam suatu organisasi ada naik turunnya semangat para anggota-nya. Tapi, cerita mas Bayu membuat nta semakin bersemangat untuk mengeksiskan Texas. Nta tau betul potensi temen2 Teksas, empat jempol deh. Kalo nggak percaya , dateng sendiri, jaminan mutu. Kita menerima panggilan untuk berbagai acara..pernikahan, khitanan, atupun, perceraian, dan kematian (lho kok jd promosi???garing deh!!!).
Apalagi mengingat pandangan tentang anak-anak teater. Jujur emang kakak2 di Teksas...bisa dibilang males sholat. Mas Bayu adalah salah satu yang beda...nta masih inget saat latihan dan sholat maghrib berdua dengan mas Bayu jadi imamnya. Mereka emang menghormati keyakinan kita, tapi akan lebih indah kan kalo misalnya kita bisa beribadah bareng. Tapi, kenyataan bahwa latihan akan terus jalan walau adzan berkumandang...itu adalah hal yang biasa. Yeah...memang itu semua kembali pada individu masing-masing. Jadi inget celetukan Miss.Ika :Berjilbab kayak nta kok ikut teater..... Itu adalah hal yang nta rasa nggak dewasa, nta rasa nggak ada hubungannya antara berjilbab dengan berteater. Disini nta dihormati..setidaknya mereka bisa memahami nta yang tetap berkauskaki walau harus pemanasan di lapangan dengan kaki terbuka. Atau sikap mereka yang paham akan nta dan sigap akan mematikan rokok atau berpindah tempat karena nta nggak suka asap rokok. So, seni tidak pilih kasih. Semua manusia punya rasa seni. Teater bukan cuma tempat anak2 berambut gondrong dan bercelana jeans belel. Ah...jujur nta lagi nggak fokus dengan apa yang nta tuliskan. Pokoknya itulah....he..he..he..
Yang pasti cerita mas Bayu..membuat nta semakin merasa perlu mengeksistensi diri di kampus. Banyak PR besar di kampus sastra. Disinilah nta bisa memberi warna pada kehidupan kampus.
Ah...detailnya ntar aja deh ya...next time.....

Buat temen2 Teksas : keep spirit!!!Buat ukhti2....jadikan nta tetap selalu sebagai “pasien”dakwah kalian...

..ohya...sbnrnya ada foto2nya..tp kok susah banget diupload ya???
Read more ...

UJIAN NASIONAL : SEBUAH ROMAN PENDIDIKAN INDONESIA

Ada kabar terbaru di dunia pendidikan mengenai Ujian Nasional (UN). Tahun-tahun sebelumnya yang biasanya dilaksanakan pada bulan Mei, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tahun ini menetapkan pelaksanaan ujian nasional dilakukan pada April 2007. Banyak pertimbangan yang mendasari adanya percepatan waktu pelaksanaan UN ini. Mengingat di bulan Mei, bangsa kita memiliki banyak event seperti Hari Pendidikan Nasional, Hari Buruh Sedunia, dan juga peristiwa Mei. Kondisi bangsa pada saar event-event itu biasanya tidak bisa dibilang tenang. Jadi untuk lebih mengkondusifkan UN, maka dipilihlah bulan April sebagai waktu pelaksanaan. Jadi, kalau tahun-tahun sebelumnya Ujian Sekolah baru kemudian UN maka tahun ini dibalik menjadi UN terlebih dahulu baru kemudian Ujian Sekolah.
Kebijakan ini merupakan salah satu upaya Depdiknas dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Bukan hanya sekedar waktunya saja yang mengalami perubahan, namun juga dalam hal standart kelulusan. Standart kelulusan ujian nasional 2007 yaitu :
1. Memiliki nilai rata-rata minimum 5.00 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan daengan tidak ada nilai dibawah 4.25, atau :
2. Memiliki nilai minimum 4.00 pada salah satu mata pelajaran dengan nilai mata pelajaran lainnya minimum 6.00
Jadi, semisal seorang siswa memperoleh nilai masing-masing 4.00 ; 9.50 ; 5.50, maka ia tidak bisa dinyatakan lulus sebab salah satu mata pelajaran lainnya ada yang mendapat dibawah 6.00. alternatif kriteria kedua ini bermaksud untuk mengakomodasi siswa yang memiliki kelemahan di salah satu mata pelajaran.
Paradigma Masyarakat Mengenai UN
Keterangan diatas adalah sebagai informasi saja mengenai perkembangan kebijakan di dunia pendidikan. Dunia pendidikan sangatlah urgent dalam mempengaruhi tumbuh kembang suatu bangsa. Kualitas suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas pendidikannya.
Sebuah cerita klise kalau mengungkap mengenai kualitas pendidikan bangsa jamrud khatulistiwa ini. Kondisi pendidikan bangsa kita sudah tertinggal jauh diantara bangsa-bangsa lain. Dulu, Malaysia mendatangkan guru dari Indonesia untuk mengajar disana. Kini keadaannya sudah terbalik. Kita sudah sangat tertinggal jauh dibandingkan Malaysia.
Mengenai UN, masih banyak pro dan kontra seputar hal ini. Semenjak UN diberlakukan tiga tahun silam, banyak kritikan yang masuk dari masyarakat. Ada pula yang mengusulkan UN dihapus saja. Namun, itu bukanlah jawaban atas segala permasalahan. Kebijakan-kebijakan yang terus berkembang mengenai UN adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Ironis sekali jika ada protes mengenai standart kelulusan yang dinilai terlalu tinggi. Coba kita tengok negara-negara lain, Malaysia nilai kelulussannya sudah mencapai 8.00, Thailand 7.00, Singapura 8.00. Sedangkan Indonesia, diberlakukan dengan standart 5.00 saja sudah banyak protes.
Sebenarnya Indonesia tidak terlalu buruk. Toh semua manusia diciptakan dengan seadil-adilnya oleh Tuhan. Tidak mungkin Tuhan menginginkan orang-orang di barat sana lebih pintar daripada di Indonesia.
Budaya masyarakat yang menjadi sedikit hambatan. Masyarakat kita sudah terbiasa dengan cara yang mudah, instant, tak suka dengan kerepotan atau kennjlimetan. Mereka kebanyakan lebih suka dengan sistem ujian akhir yang dulu, yaitu nilai berapapun tetap bisa lulus. Mungkin sistem seperti itu dinilai nggak neko-neko.
Bagaimana negara kita mau maju kalau untuk diajak mencapai kemajuan saja sudah enggan? Kita sudah terbiasa berjalan di lingkaran nyaman tanpa pemikiran progresif.
Bukan berarti menjelek-jelekan bangsa sendiri, namun itulah yang menjadi kenyataan. Justru dengan dijelek-jelekan, kita menjadi terpompa semangatnya untuk maju.
Kembali mengenai UN. Belajar dari tahun-tahun yang lalu , saat pertama kali diadakan UN, memang cukup membuat shock sehingga tak heran tingkat ketidaklulusan menjadi tinggi. Namun, dengan tonggak awal itulah, kemudian tiap lembaga pendidikan akhirnya terstimulan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Standart kelulusan yag terus dinaikkan menjadi penyemangat mereka untuk menambah jam mata pelajaran, membenahi kurikulu, mendisiplinkan peserta didik, serta upaya-upaya poritif lainnya.
Itulah bangsa kita. Harus dicambuk dulu baru mau bangkit.
Standart Kelulusan = Mencerminkan Potensi Anak Didik?
Pelaksanaan UN tahun lalu sempat membawa Depdiknas ke jalur hukum. Protes-protes banyak dilontarkan. Mereka adalah yang merasa kecewa karena tidak lulus padahal mereka merasa memiliki potensi yang lebih baik dibandingkan yang lulus. Tak sulit menjumpai siswa yang juara kelas namun ternyata di UN, mereka tak lulus. Ada juga yang bersuara anak-anak yang tidak lulus adalah ank-anak yang rajin dan memiliki image baik di sekolahnya.
Ini yang menjadi PR berat bagi Depdiknas dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Perlu dimengerti lagi bahwa UN adalah salah satu penilaian kognitif. Mungkin memang terlihat tidak adil, hasil pembelajaran selama tiga tahun hanya dilihat dari hasil mengerjakan soal selama tiga hari. Pendidikan bagaimanapun juga adalah suatu hal yang abstrak. Untuk melakukan penilaiannya tidaklah dapat hanya dengan standar nilai. Namun, kognitifikasi penilaian pendidikan adalah sebagai sebuah cara untuk mengetahui hasil belajar. Jika kita menginginkan penilaian yang benar-benar detail, maka UN bisa dilakukan sebualan lebih, dengan tes kepribadian, tes praktikum, tes psikologi, dan sebagainya. Dan juga harus menganbil nilai rata-rata yang diperoleh dari awal siswa bersekolah disitu. Itu akan menciptakan suatu standarisasi yang lebih rumit lagi. Yang sederhana saja banyak diprotes, apalagi yang rumit.
Statemen bahwa : UN tidak adil karena buktinya siswa yang pinter banyak yang tidak lulus. Itu saya nilai sebagai pernyataan emosional. Kalau yang pintar tidak lulus, apa berarti yang tidak pintar juga tidak boleh lulus. Wah, berarti standar kelulusan dirubah saja, patokannya adalah Si Pintar itu. Padahal pintar tidak pintar bukanlah sebuah jaminan. Dan kelulusan itu hanyalah sebagai sebuah syarat untuk mendapat ijazah. Banyak juga yang tidak lulus tapi ternyata sukses di kemudian hari. Bagaimanapun potensi manusia tidak bisa diukur dari nilai-nilai yang tercantum dalam ijazah. UN hanyalah syarat mendapatkan ijazah. Itu bagi mereka yang memang bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan atau pekerjaan yang memang harus menggunakan ijazah. Toh pada kenyataannya, ijazah juga hanya berpengaruh sekian persen.
Lepas dari itu, yang pasti,langkah Depdiknas memperbaharui sistem adalah sebuah upaya untuk memajukan kualitas pendidikan. Sebuah kebijakan akan menjadi percuma jika tidak mendapat support dari masayarakat. Maka yang terpenting sekarang adalah saling melengkapi dengan tidak menghalangi upaya positif. Menghapus UN bukanlah sebuah jawaban cerdas. Namun menkritisi secara konstruktif itu adalah sikap cerdas, dan pastinya Depdiknas juga mengharapkan itu dari masayarakat luas. Melalui tulisan ini, saya nyatakan dukungan pada upaya kebijakan Depdiknas dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Read more ...

HOMESCHOLLING SEBAGAI SEBUAH ALTERNATIF PENDIDIKAN

Pendidikan memang masalah yang urgent. Perannya begitu vital dalam kehidupan manusia. Perkembangan zaman adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi bentuk-bentuk pendidikan. Inovasi banyak dilakukan di dunia pendidikan. homescholling adalah salah satu alternatif mengenai bentuk pendidikan.
Pendidikan akan lebih mengena apabila dilakukan sesuai keinginan anak didik. Kurikulum akan lebih berhasil terimplementasikan apabila siswa didik sendiri yang menyusun apa dan seperti apa yang ingin dipelajarinya. Homescholling dapat menjadi alternatif yang memenuhi kriteria-kriteria tersebut.
Di negara lain, Homescholling mungkin bukan sudah menjadi hal yang biasa. Di Indonesia, kini beberapa elemen masyarakat nampaknya juga mulai melirik alternatif ini. Sesuai namanya, sistem homescholling jelas berbeda dengan sekolah formal umumnya. Cara ini dilakukan full di rumah siswa masing-masing, dengan tenaga pengajar yang mendatangi siswa didik.
Dalam lingkungan sekolah (umum), ternyata tidak semua siswa menyukai sistem yang diberlakukan. Ada yang tidak menyukai ketika harus ada jam-jam pelajaran dan jam istirahat. Mereka merasa ada sebuah pendiktean dalam menjalani pendidikan.
Homescholling ini memberikan kemungkinan yang luas untuk siswa didik turut menentukan kurikulum. Dalam satu hari ia bisa belajar banyak tanpa harus terpaku jam-jam yang telah ditentukan. Mereka bisa memilih belajar dalam beberapa jam sekali, sehingga mereka merasakan belajar bukan sebagai sebuah beban namun sebagai sebuah kebutuhan.
Peran orang tua sangat besar dalam homescholling. Memang homescholling menjadi pilihan para orang tua yang mulai berkurang kepercayaannya pada sistem pendidikan di Indonesia. Mereka (para orang tua itu) merasa memiliki cara yang lebih tepat dalam menentukan pendidikan bagi anak-anaknya tanpa mempercayakan pada lembaga pendidikan. Apalagi mengingat pergaulan anak muda zaman sekarang yang cukup bebas.
Sebagai sebuah contoh,tokoh pendidikan yang cukup populer di Indonesia-Kak Seto- telah menggunakan homescholling untuk pendidikan putra-putrinya. Mereka (putra-putri kak Seto) mengaku merasa lebih enjoy menjalani pendidikan dengan homescholling dibanding harus bersekolah seperti anak-anak pada umumnya. Bahkan mereka berniat untuk terus memilih homescholling hingga pendidikan tinggi.
Bukan sebuah propaganda ataupun promo. Penjelasan ini hanyalah sebagai pembuka cakrawala kita mengenai dunia pendidikan Indonesia.
Di sisi lain, homescholling tidak sepenuhnya baik. Dengan memilih homescholling, siswa didik tentunya akan lebih individualis. Mereka tidak bisa merasakan bagaimana belajar bersama rekan-rekan sebayanya. Sosialisasi mereka kurang. Padahal esensi pendidikan bukanlah sekedar pada akademik, melainkan juga bagaimana mereka dapat mengimplementasikan apa yang didapat di bangku sekolah dalam lingkungan sosial. Di sekolah mereka secara tidak langsung belajar bagaimana menghadapi kakak kelas, guru, dan berinteraksi dengan rekan-rekannya. Tentu saja hal itu tidak didapat di homescholling.
Mengenai kualitas, tentu saja kita tidak bisa mengklaim secara baik buruk diantara keduanya. Karena hasil merupakan prerogatif dari setiap individu. Walaupun mengikuti sekolah formal, namun jika memang ia punya daya intelegensi yang tinggi, maka hasilnya pun bisa jauh lebih baik dibanding homescholler. Atau jika menanggapi ketakutan akan pergaulan, jika memang siswa didik dibekali dengan mental yang bagus, maka ia tak akan mudah luluh dengan pergaulan-pergaulan yang negatif.
Perlu diingat pula bahwa homescholling memang baik, namun itu bukan merupakan sebuah alternatif pendidikan formal, maka tak ada sebuah ijasah atau sertifikat bagi lulusannya. Idealismenya memang sekolah bukan sekedar cari ijasah, namun tidak bisa juga dinafikkan bahwa lembar ijasah juga penting walaupun pendidikan di Indonesia mengakui adanya berbagai alternatif bentuk pendidikan baik formal ataupun nonformal. Homescholling juga menuntut para orang tua untuk dapat menjalankan peran sebagai pendamping dalam proses pendidikan. Ini merupakan hal yang tidak mudah. Orang tua yang harus juga memegan peran dalam pendidikan akademis. Mungkin kak Seto-sebagai seorang pemerhati pendidikan- bisa menjalankan itu dengan baik, namun tidak semua orang tua memililiki tipikal yang sama.
Homescholling dapat merupakan alternatif pendidikan bagi mereka yang memang membutuhkan itu. Semoga saja homescholling dapat melahirkan generasi-generasi yang berkualitas. Semakin banyak alternatif dalam dunia pendidikan, semakin banyak kita mendapatkan sumber daya manusia dengan berbagai style.
Read more ...
Friday, December 08, 2006

ADHE’ CHAYANK…….!!! (sebuah cerpen)

Guru tak datang, murid pun senang. Jam kosong walaupun merugikan tapi asyik juga kan? Itulah yang kini terjadi di kelas X.3 SMA Ora Et Labora.Ungkapan kegirangan anak-anak X.3 cukup menarik. Yupz, kelas yang unique ini emang udah terkenal banget di penjuru sekolah (cie….). Penghuni-penghuninya dari yang complicated sampe yang sophisticated ada di kelas yang berdampingan dengan warung soto Bu Mundor ini. Lihat saja Nono sang pujangga kelas yang mulai beraksi melantunkan puisinya. Walaupun jujur….puisi-puisinya selalu tak berbobot (gimana mau berbobot orang nulisnya di kertas tipis!), namun ia selalu berkata
“Itulah seni……apresiasinya selalu subyektif dan sangat..sangat relatif. Ada teori relativitas disini…….” Aduh Bo Capek Deh!!!
Lain lagi dengan dinding bagian belakang kelas X.3 yang udah full colour.Semua ada goresan-goresan dari tangan sang maestro, siapa lagi kalo bukan Ebit. Gambarnya macem-macem, dari yang aliran surealis nyampe yang abstrak. Tapi, Ebit kadang tak suka jika dikatakan lukisannya mengikukti suatu aliran.
“Aku benci keidentikan….aku adalah aku………”
Namun berdasarkan survey (cie…), kegiatan yang paling banyak diminati saat jam kosong seperti ini adalah NGGOSIP!!. Makanya rating acara infotainment tiap harinya pasti mengalami increase yang signifikan, karena nggosip ntu kini memang menjadi sebuah fenomena.
“Lagi ngapain Lan?’
“Eh loe Jo’, ini baca buku….” Jawab gadis hitam manis yang saat itu sedang asyik menamatkan diary Anne Frank.
“Rajin juga…..diary-nya Anne Frank ya?”
“He-eh…loe udah baca ya Jo?” Wulan terpaksa menutup bukunya. Sepertinya Jo sahabatnya itu ingin mengajaknya ngobrol banyak.
“ ehm…cuma tau resensi-nya donk sieh….tapi katanya bagus, jadi best seller kan?”
“Yupz, nggak nyangka juga ya..dari sebuah buku harian bisa menjadi sebuah buku yang mendunia”
“Nggak Cuma Anne Frank, di Indonesia pun ada contohnya. Gie, bahkan jadi film, dapet award di FFI pula!”
Wulan selalu ngrasa asyik kalo ngobrol dengan salah satu sahabatnya ini. Jo, dari kelas satu SMP hingga kini selalu jadi temen sekelasnya. Heran….jodoh kali!!
Karena sering bareng itulah, mereka jadi akrab. Wulan sering nyeletuk kalo dia tau perkembangan Jo dari tampang culun hingga keren abiz kayak sekarang. Dibandingkan dengan sekarang, Jo dulu emang jauh beda banget. Jo dulu adalah seorang cowok pemalu yang tidak populer. Bahkan ada temen sekelasnya yang nggak sadar kalo Jo satu kelas dengannya. Tapi kini, jangan salah, kalo ada anak SMA Ora Et Labora yang nggak kenal Jo, wuah..kebangetan deh! Gimana nggak naik daun, kalo Jo itu ketua PMR sekolah, dia juga andalan dari kepanitiaan event-ebent besar di sekolah. Nggak ada Jo nggak Rame!mungkin gitu slogan-nya. Posisi penting dalam kepanitiaan event sekolah pasti selalu ada nama Jo. Tampangnya emang nggak cakep-cakep banget. Yeah…setidaknya Wulan lebih memilih Adi sebagai bokin-nya daripada Jo yang udah dia kenal lama. Namun entah kenapa, cewek-cewek di SMA ini sudah menobatkan Jo dalam nominasi lima besar cowok keren. Heran…apa mereka sudah sakit mata??? He..he..he.. Emang sieh kulitnya yang kuning langsat dan tubuhnya yang jangkung cukup mempesona. Apalagi sorot mata nya yang menyiratkan sebuah kecerdasan. Satu lagi, Jo itu supel dan murah senyum. Hemh…mungkin ini yang dinamakan inner beauty…eh maksudnya inner handsome (bener nggak sieh istilahnya).
“Lan, pulang sekolah loe ada acara sama Adi ya?”
“Ehm…emang tiap pulang sekolah gue dianter sama dia, tapi hari ini kita nggak kemana-mana kok. Ada apa Jo?”
“Temenin gue donk…ke Pinkholic…”
“What?ngapain loe kesana? “pantes aja Wulan heran, nam yang tadi disebutkan jo adalah sebuah nama toko yang menjadi center acsesoris cewek…pokoknya girly banget deh!
“Ya cari pernak-pernik”
“Loe masih normal kan Jo?”
‘Maksud loe? Ya gue normal lah…lagian gue kesana buat cari gift buat Lala, lusa kan dia ultah . Usianya udah tujuh tahun lho Lan!
Obrolan selanjutnya seperti biasa, Jo selalu menceritakan tentang adik perempuannya yang semata wayang itu. Wulan tau banget kalo Jo sayang banget sama Lala. Makanya Jo juga memiliki pembawaan baik kepada semua orang specialy for girl. Nah, ketauan deh sekarang alasannya kenapa cewek-cewek satu sekolahan pada demen sama Jo. Wulan seringkali mengingatkan kalo Jo jangan terlalu baik ntar banyak yang ke-GR-an. Soalnya wulan sendiri yang jadi korban untuk selalu menyampaikan salam inilah, itulah buat Jo. Tapi terkadang asyik juga sieh…soalnya Jo tak segan-segan menghadiahkan sebagian coklat-coklat pemberian dari para penggemarnya itu…tentu saja setelah coklat itu disisihkan buat…..Dhe’ Lala.
***
Fiuh…capek banget hari ini. Wulan serta merta merebahkan tubuh penatnya ke atas pulau kapuk yang disayanginya itu. Matanya hampir terpejam saat bunyi berderit pintu kamar membuatnya terkesiap.
“Mbak Wulan………”
Ugh…si Oca ternyata…kirain siapa.
“Duh…kalo mau masuk ketok pintu dulu donk!”
“Ih…tadi Oca udah ketuk pintu, mbak Wulan aja yang nggak denger”
“Eh…ni anak dibilangin ngeyel ya….ada apaan sieh???” agak jengkel juga si Wulan sama Oca.
“Tadi ada telpon dari mas Adi, katanya kalo uah pulang suruh telpon”
“Udah gitu doank?”
“He-eh”
“Ya udah gih…sana keluar…pintunya ditutup lagi”
Oca menurut apa yang diperintahkan kakaknya itu. Gadis kecil itu cukup paham dengan tabiat Wulan yang suka kesel.. Wulan pun sebenarnya sayang sama Oca, tapi sudah jadi kebiasaannya kalo lagi capek, nggak bisa diajak kompromi. Makanya nggak ada yang berani ganggu dia kalo lagi kecapean. Tapi Oca Cuma anak kecil yang nggak ngerti apa-apa.
Wulan jadi inget sama cerita-cerita Jo tentang adiknya. Betapa senangnya denger cerita-cerita manis dari keakuran kakak beradik itu. Pasti Lala itu anaknya manis, ngegemesin, nurut, pinter, makanya Jo begitu sayang sama Lala. Ohya lusa, Lala ulang tahun, Jo ngundang Wulan bareng Adi buat dateng. Katanya sieh nggak ada pesta, Cuma syukuran kecil-kecilan aja kok, itupun Jo sendiri yang berinisiatif, makanya yang diundang juga temen-temen deket Jo. Tadi di Pinkholic….Jo beli penjepit warna pink yang imut banget. Ia minta bantuan Wulan buat pilihin. Ih….sebenarnya Wulan naksir juga tuh sama jepit rambut…he.. he…he…
Ah…..lamunan-lamunannya tentang Jo membuat ia terlelap. Tak lama dengkuran halus mengisi senja yang lembut. Wulan pun terlupa untuk nelpon Adi……
***
Sabtu sore itu seperti biasa, Adi mengajaknya jalan. Agenda minggu ini agak istimewa karena mo ke rumahnya Jo. Ohya, walaupun udah lama berteman dengan Jo, Wulan belum pernah sama sekali ke rumahnya. Rumah Jo termasuk jauh dari pusat kota. Wulan sendiri memang tak pernah bepergian jauh…kecuali jika bareng Adi. Ia memang nggak diperbolehkan bokap buat naik motor sendiri seperti kawan-kawannya yang lain. Biarlah papa yang antar jemput tiap hari, begitu papa bersikerasa dengan kebijakannya. Kini, posisi antar jemput pun sudah diisi oleh Adi tersayangnya.
“Adi emang tau rumah Jo?”
Pertanyaan wulan hanya dijawab dengan anggukan dan senyum manis oleh Adi yang saat itu sedang konsentrasi pada jalanan ibukota yang macet (udah tiap hari kaleee….!!!)
Yeah…gimana nggak tau rumah Jo, dulu Adi nggak pernah absen untuk ke rumah Jo sebelum jadian sama Wulan. Apalagi motivasinya kalo bukan buat pdkt sama Wulan. Wulan sendiri emang mengiyakan, hubungannya kini dengan Adi emang berkat kelihaian Jo sebagai makcomblang (disamping bahwa Wulan juga emang sebenernya sayang sieh…….
Boil Adi akhirnya berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Rumah itu nggak gede, tapi asri banget..taman bunganya yang di depan membuat Wulan naksir pada pandangan pertama.
‘Woi…ayo masuk…lama amit sieh…keburu abis tuh makanannya”
Teriak Jo dari serambi rumahnya.
“Wah, Jo kalo udah abis mendingan kita balik aja deh” kelakar Adi yang dengan lembut menggamit lengan Wulan untuk masuk.
***
“Eh….La, liat tuh siapa yang dateng. Kak Wulan dan kak Adi. Ayo kasih salam…..” itu suara lembut Jo pada Lala.
Wulan cukup terhenti sejenak. Adegan di depannya membuat hatinya tersentuh. Jo, menggendong seorang gadis kecil yang manis…yang di usianya ketujuh kini, ia belum bisa berdiri. Wajah bulat Lala dihiasi senyum manis yang diselingi dengan ingus yang seolah tak pernah berhenti dari lubang hidungnya. Dari mulut mungilnya, keluar kata-kata cadel yang tak jelas terdengar-mungkin maksudnya menyapa teman-teman kakaknya-. Ya itulah Lala, adik Jo yang teramat disayanginya. Jo yang sangat sayang pada adik perempuannya yang menderita cacat mental, bahkan ayah ibunya sendiri tak mempedulikan Lala. Lala yang selalu diceritakan Jo dengan penuh semangat dan kebanggaan. Jo selalu bilang kalo Lala adalah cewek yang sangat disayanginya dan Jo sangat takut kehilangan Lala
Wulan tiba-tiba teringat Oca. Ia tiba-tiba merasa bersalah dengan sikapnya selama ini pada Oca. Ia jadi tiba-tiba ingin memeluk Oca. Namun kini yang ada di pelukannya adalah Lala yang tertawa girang……membuatnya terlihat semakin manis dengan sematan jepitan rambut pink………semanis kasih sayang Jo.




Speciallya for Jo and eks 2.3 smansagal!!! i miss u all
Read more ...

KENCOT MBOK....!!!*) (sebuah cerpen)

Malam yang dingin menusuk tulang. Suasana malam khas kampus sangat terasa di pertigaan karangwangkal, di malam akhir pekan itu. Sisa gerimis masih bersahutan mencumbu aspal basah akibat hujan senja tadi. Namun, hawa dingin itu rupanya tidak mengurangi keramaian muda-mudi untuk menghabiskan weekend. Suara knalpot motor saling bersahutan menciptakan senandung malam mingguan di kota mendoan itu.
Anto duduk mencangkung di teras warung mie rebus. Segelas kopi pahit disisinya sudah mulai dingin karena memang sudah dipesannya dari seratus dua puluh menit yang lalu. Asap rokok kretek ia permainkan seolah di setiap gumpalan asap itu tergambar sebuah fragmen. Aroma sate ayam khas Madura mempermainkan lubang hidungnya. Membuat perutnya bernyanyi. Selaras dengan aroma yang mengudara itu....pikirannya pun mengawang merenungi episode hidup tempo hari.
****
“Korannya satu pak!”
Anto membuka dompet kulit hitamnya dan mengeluarkan beberapa lembar rupiah. Sambil menunggu kembalian, ia tak sabar langsung membuka-buka lembar demi lembar halaman koran di depannya.
“Shitt.....aku belum beruntung mbok!”
Penjaga kios koran depan kampus kalibakal itu sempat terkejut. Dikirannya Anto mengumpat dirinya. Namun ketika tahu apa yang diumpatkan Anto, ia pun hanya tersenyum tipis sambil mengansurkan uang kembalian.
“Belum rejekinya aja to!!!”
Anto memang sudah cukup akrab dengan pemilik kios koran keturunan tionghoa itu.
Yeah...mungkin benar...kali ini belum rejekinya.
****
“Rental mas....”
“Monggo.....”
Detik selanjutnya, Anto seolah lupa daratan, pikirannya fokus ke arah layar komputer pentium empat. Di hadapannya program Microsoft Word yang tadi masih putih bersih kini mulai terisi dengan barisan aksara.
Jemarinya lincah memainkan keyboard, di otaknya diksi demi diksi seolah sudah menunggu untuk dikeluarkan.
Komputer di kosnya belum bisa berfungsi maka terpaksa ia menggunakan jasa rental yang berjamuran di sepanjang jalan Suparno.
Otak Anto memang otak imajinatif namun tak jarang pula analitik. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan. Begitu katanya orang bijak. Walaupun ia sendiri tak kenal dengan orang bijak itu, namun kata-kata itu bisa menjadi sugestinya.
Aku menulis bukan semata-mata untuk cari sesuap nasi. Begitu prinsipnya. Baginya, dapat menuangkan pikiran dalam deretan frasa pun dapat memenuhi rasa laparnya.
Tiga jam dilaluinya. Tak terasa dua fiksi dan satu wacana sudah tertransfer dari otaknya ke flashdisk. Tak peduli malam telah larut, sekeluarnya dari rental ia langsung menuju ke warnet untuk mengirimkan hasil tulisannya ke media.
*****
“Pak, korannya sudah datang?”
Penjaga kios itu sudah paham apa yang dimaksudkan Anto. Padahal kiosnya masih buka satu jam lagi. Namun, Anto memang sudah terbiasa seperti itu. Kemudian diangsurkannya sebuah koran harian lokal.
“Yach....belum juga” keluh Anto.
Sekali lagi Anto hanya dapat nasehat,
“”Belum rejekimu To....!!!”
****
Kapan ya tulisanku dimuat????berkali-kali hal itu menjadi bahan perenungan Anto. Apa aku memang nggak bisa nulis??? Aku juga pengen kayak Ahmad Tohari, Dharmadi, Gola Gong, NH.Dini, atau yang lain.
“Kalau tulisanmu pengen masuk media...ya kamu harus tahu karakter-karakter media itu To!!!” itu nasehat mas Kas, rekannya yang sudah lihai dalam menulis. Beberapa media sudah berhasil ia tembus.
“Lihat catatan pinggir Gunawan M di Tempo atau Politika Budiarto S di Kompas, bisa juga tengok kolom Asal Usul dr Suka Harjana dan Moh Subary di Kompas Minggu. Kolom Resonansi di Republika juga perlu kamu baca ..... “ itu lanjutan nasehat mas Kas.
Ia memang harus banyak belajar.
Aku harus banyak baca koran...mulai besok akan kubeli semua koran tiap harinya......Begitu tekad Anto.
*****
“Pak, koran, Suara Merdeka, Kompas, Kedaulatan Rakyat, Radar, K-R, Republika, sama Sindo” pagi itu Anto benar-benar mewujudkan tekadnya.
Pemilik kios itu masih berkerut heran. Anak ini mau beli koran atau jadi agen koran????
“Kamu ambil yang mana?” akhirnya Ia memtuskan untuk bertanya pada Anto.
“Semuanya....” ucapan Anto nyaris disambut tawa kalau pak pemilik kios itu tidak melihat air muka serius di wajah Anto.
Kini tas ransel Anto tak hanya penuh dengan hand-out kuliah, namun bertambah juga bebannya dengan koran-koran yang baru dibelinya.
Dan di koran-koran yang dibelinya itu...tak satupun yang memuat tulisan Anto....yeah...seperti biasa...
*****
“Nih.....koran-korannya”
Kini Pak penjaga kios memiliki tugas baru menyiapkan koran-koran terbitan pagi untuk dibeli Anto. Tiap hari pula kini Anto punya kegiatan baru, yaitu mengambil pesanannya di kios depan kampus tiap paginya.
Sudah satu pekan hal itu berlangsung. Sudah satu pekan pula...di koran-koran itu tak memuat tulisan Anto. Lagi-lagi.....”memang belum rejeki To!!!”
****
Argh...belum ada juga.....
Sudah pekan kedua Anto melakukan observasinya pada media. Tiap hari pula ia ke rental dan ke warnet untuk mengirimkan tulisan-tulisannya. Dari wacana yang tematik, cerpen-cerpen, sampai sajak-sajak yang selama ini hanya tertumpuk di buku kecilnya.
Entah...kenapa...apa electronic mail-nya tidak sampai atau memang tulisannya yang belum memenuhi syarat. Hingga detik ini belum ada media yang sudi memuat pemikiran-pemikirannya.
Hampir asa itu terputus....................
****
Pagi di koridor kampus.
“Pagi-pagi ngelamun jorok ya?”
Sapaan kurang ramah dari rekan-nya membuat Anto hanya memberikan senyum tipisnya.
Ryan. Anak Inggris 03. Mbah-nya teater.
“Wis mangan mbok?” tanya Ryan
Itulah sebenarnya yang membuat Anto hanya termangu di kursi bambu depan ruang kaprodi.
“Madang koran Yan!” jawab Anto pendek.
Ya, di kamar kosnya kini dengan mudah bisa dilihat tumpukan koran yang menggunung.
Ambisinya untuk menulis dan dimuat di media membuatnya lupa akan hak tubuhnya. Tak jarang malam-malam panjang ia habiskan di depan layar komputer.Uang bulanan dari orang tua di kampung tak bersisa. Habisnya hanya untuk meraih mimpinya melihat tulisannya dimuat di koran. Tak pernah dipedulikannya perutnya yang sering meronta kelaparan. Lebih tepatnya ia tak pernah ingat kapan ia lapar. Tak pernah ingat waktu makan. Yang terpikir di otaknya aalah nulis...nulis...dan nulis...!!!
Kini uang jatah hidupnya tak bersisa. Sedangkan awal bulan masih lima belas hari lagi. Belum pernah didengarnya ada sunah puasa setengah bulan. Yang ia tahu hanyalah puasa senin-kamis dan puasa daud.
Wajah Ryan masih datar mendengar cerita dari Anto. Sebenarnya ia sudah paham. Ia paham akan jiwa ambisius dari rekannya itu.
Dicekalnya tangan Anto dan ditariknya ke warung bambu.
“Wis...kowe madang saiki!!!mas Ryan sing bayar!bocah diomongi ngeyel!!!”
****
“Kopinya nambah mas?”
Ough...lamunanya yang melankolis rupanya cukup merisaukan pemilik warung mie rebus.
“Mboten mbak, cekap!!!”
Anto pun tahu diri. Dari sore ia tidak beranjak dari warung kecil itu. Tak satupun makanan yang ia pesan. Mungkin sikapnya membuat penjaga warung itu risau.
Entahlah....kini masih ia kucoba menulis...apa jadinya kalau ceritaku kali ini tak dimuat..........batin Anto sendu.
****
*)Kencot => lapar....

sebuah kisah...thanks a lot buat temen2 penyemangatku....mas Ryan dan temen2 Texas...pak Imam... and semuanya aja...doain nta ya!!!
Read more ...

Gem..Bush!!! (sebuah cerpen.....)

œAda yang kosong Bang?”

Dengan langkah santai, Geger menuju kompie 9 setelah sang operator menunjukkannya. Tempat ini bisa dibilang rumah ketiganya setelah gubuk dan kampusnya. Lumayan, saking seringnya Geger main, Banyu.Net kerap kali memberikan diskon untuk browsing-nya yang melebihi satu jam. Soft drink atau sekedar secangkir kopi kerap disajikan sebagai gift untuknya jika ia sedang online hingga midnight. Hanya beberapa kilometer jaraknya dari kampus. Setidaknya, jika Geger sedang muak dengan keabsolutan dosen yang jaranng masuk, ia punya tempat pelarian yang positif. Bukan sekedar chatt, tapi dari aktivitasnya di dunia maya, tak sedikit ilmu serta jaringan yang ia punya. Yahoo Messenger menjadi saksi dari obrolan dan debat panjangnya dengan rekan-rekan di dalam dan di luar Indonesia. Inbox emailnya penuh dengan mailing list yang memporting tema-tema menarik untuk didiskusikan.

Dick : Hi….how r u?

Geger_self : fine…sori I was very busy to mid test

Uff….sudah sepekan ini geger absen dari dunia maya. Lagi musim ujian. Sebenarnya kalau dipikir itu bukan alasan. Pekan ujian bahkan memungkinkan mahasiswa lebih banyak memiliki banyak waktu luang dibandingkan dengan masa-masa kuliah. Jadawal ujian tiap harinya maksimal hanya menghabiskan waktu tiga jam. Namun, tampaknya sudah menjadi fenomena untuk anak SD sampai mahasiswa, bahwa kalau di masa ujian pantang untuk keluar main. Padahal Geger pun yakin para mahasiswa itu tidak akan full belajar saat ada di rumah.

Hemh….inbox emailnya cukup sarat. Di-klik nya sebuah postingan -dari sebuah milis jurnalis- dengan judul postingan yang cukup bombastis : [JURNALISME] Re : Bush datang, sekolah diliburkan!!!

Obrolan-obrolannya terhenti sejenak. Konsentrasinya kontan fokus pada beberapa postingan opini rekan-rekan milistnya tentang kunjungan penguasa negara Adikuasa. Dua puluh November, beliau akan dating di kota kelahiran Geger. Bush memang selebritis tiada tanding. Rencana kunjungannya ke Indonesia cukup menghebohkan. Setidaknya kontroversi tentang hal itu sedang jadi obrolan terhangat. Mungkin Bush tak ingin kalah dengan My Chemical Romance yang mengeleuarkan album alter ego-nya yang cukup menghisteriskan cewek-cewek Indonesia.

Jiwa muda Geger seolah terprovokasi seusai membaca postingan-postingan dari inbox-nya.

â€Å“Shitt, berani juga dia kesini” umpat Geger yang mengakhiri browsingnya siang itu. Di otaknya sepertinya sudah tersusun rencana untuk mengumpulkan rekan-rekan BEM-nya.

***

Buncahan air hitam bercampur lumpur membasahi celana legging bututnya. Hujan tadi malam tampaknya membuat jalanan di pemukiman itu semakin terlihat kumuh. Geger membuka kap helm-nya untuk sekedar membagi senyuman pada beberapa warga yang tampak sedang menikmati istirahat siang di beranda gubuk-gubuknya. Pemandangan rumah yang saling berdempetan dengan suasana khas rakyat kecil sudah menjadi makanan bagi Geger tiap harinya. Di tengah suasana-yang bisa dibilang kumuh- di salah satu bilangan kota Bogor itu-lah, Geger dilahirkan kira-kira dua dasawarsa yang lalu.

â€Å“Bang Gegel…..” seorang gadis kecil dengan rambuit kusut menjuntai, menyambut Geger yang telah sampai di depan rumah. Sesungging senyum tulus dari Geger menanggapi sapaan cadel dari Ratih-nama gadis kecil itu-adik keduanya. Ratih serta merta berlari menubruk untuk bersandar manja di tubuh kekar Abang tersayang.

â€Å“Ratih lagi ngapain?mbak Asih sudah pulang?”

â€Å“Nggak lagi ngapa-ngapaiin. Mbak Acih macih cekolah”

â€Å“Ratih nggak Bantu emak?” tanya Geger penuh kasih sayang dengan merengkuh lembut tubuh mungil itu. Ratih hanya menjawab dengan menyeringai. Barisan giginya yang hitam dan geripis terlihat jelas saat dia membuka bibirnya. Ingus di hidungnya tampaknya juga sedang berlomba antara lubang yang kanan dan kiri.

Geger melangkahkan kaki ke rumah –kalau pantas disebut rumah-nya yang sangat sederhana namun sangat dicintainya itu.

â€Å“Sudah pulang Ger?”

â€Å“Udah Mak, hari ini ujian terakhir”

Sesosok wantia yang diliputi keriput tampak keluar dari dalam kamar. Ia akrab disapa Mak Geger. Mak Geger itu sebenarnya cantik. Dari garis wajahnya bisa terlihat gurat kecantikannya masa muda dulu. Usianya juga sebenarnya belum terbilang tua. Pedasnya kehidupan yang telah menampakan sosok Mak Geger jadi terlihat lebih tua. Mentari Bogor tiap harinya selalu giat menyapa tubuh wanita itu. Tiap hari, Mak Geger berkeliling kampung dengan suaranya yang khas menjajakan kue. Ya..sekedar membantu menegakkan perekonomian keluarga biar dapur tetep ngebul. Wajahnya sudah tak pernah tersentuh make up, asap dan debu telah menjadi pengganti powder-nya, keringat telah menjadi body lotion-nya. Boro-boro tahu manicure pedicure, kotak sabun mandi di rumah Geger sering kosong berhari-hari.

â€Å“Makan dulu Ger!”

â€Å“Ya Mak!”

Ugh…sibuknya otak dia berfikir tentang Bush ternyata membuat Geger tak sadar bahwa perutnya belum sempat diisi dari tadi pagi. Kini setelah disadarkan Emaknya, ia baru bisa mendengar tabuhan gendang keroncong dari dalam lambungnya.

Diambilnya nasi yang masih agak hangat diatas piring melamin yang terbilang barang berharga di rumahnya itu. Tanpa mengeluh diambilnya beberapa potong gembus goring sebagai lauk. Entahlah apa nama sebenarnya. Geger mengenalnya sebagai gembus. Ada yang bilang dage, bongkrek, bahkan di beberapa kota ada yang menyebutnya tlembuk. Yang pasti kini Geger tampak lahap menikmati makan siangnya. Ekspresi kelahapannya itu rupanya cukup membuat Ratih memberi respons.

â€Å“ Bang Gegel lapel ya?”

â€Å“He-eh”

â€Å“Ih…Latih mah bocen makan gembus telus. Latih pengen makan ayam pledciken. Kata bapak, ntal kalo Bang Gegel udah kelja, banyak duit, kita bica makan enak telus. Benel ya bang?”

Ungkapan polos Ratih membuat mulut Geger tiba-tiba berhenti mengunyah. Ia jadi teringat cita-citanya selepas wisuda nanti untuk membantu perekonomian keluarga. Kini pun sebenarnya ia sudah bisnis kecil-kecilan dan itu membuat Emak Bapaknya tak perlu lagi memberikan duit jajan. Bapak sendiri memang melarang Geger untuk bekerja sekarang. Kata Bapak â€Å“Selesaikan dulu kuliahmu, pendidikan itu nomor satu, bapak masih kuat untuk kasih nafkah, cepat lulus jadi sajana dan kamu bisa cari kerja yang baik, jangan jadi penjaga lapak kayak bapakmu ini……….”

Semoga saja harapan bapaknya itu bisa terwujud walau kenyataannya di kampus ia lebih sibuk dengan uurusan tetek bengek ini itu. Kepercayaan yang diberikan rekan-rekannya untuk memimpin BEM cukup menyita waktu dan tenaganya.

***

â€Å“Masih sepi bro?”

Itu sapaan Randi, sohib se-visinya Geger.

â€Å“Ada planning apa lagi Ger?kayaknya serius banget”

â€Å“Kita harus bertindak Ran!”

â€Å“Tentang Bush itu?” Tanya Randi hanya sekdar untuk menegaskan.

â€Å“Aku muak sekali dengan protokoler penyambutan yang over seperti itu. Bayangin, sepuluh milyar habis cuma buat si Brengsek Bush itu. Lapak-lapak para PKL digusur sementara, sekolah diliburkan, jaringan ponsel dimatikan. Kegoblokan macam apa lagi yang manghantui otak si SBY itu!kita jadi seperti babu kayak gini”

â€Å“Emang kayak gitu kalau orang kecil menyambut orang besar. Babu menyambut majikan. Suara helikopter yang setiap hari berputar-putar itu sudah cukup membuat telingaku budeg. Kalau takut ada apa-apa, ya nggak usah datang” timpal Randi tak kalah semangatnya.

â€Å“Kita harus lancarkan aksi” simpul Geger

â€Å“Nah…gue demen nih kalo lu udah ngomong kayak gitu. Bentar lagi pasti kita asyik tenggelam dalam rapat aksi. Wuih…..aku udah nggak sabar merasakan aura demonstrasi. Aroma aspal panas dan keringat demonstran sepertinya sudah bisa kucium dari sekarang”

Dinding-dinding basecamp BEM Fakultas Sastra tampaknya menjadi saksi dari gejolak semangat Geger dan teman-temannya yang terus berjuang demi penegakan keadilan.

***

Isu tentang BUSH tampaknya memang menjadi berita panas Indonesia akhir-akhir ini. Rentetan demonstrasi penolakan seperti tak akan kunjung henti. Media massa baik cetak dan elektronik tak kalah gencar menjadikan topik ini menjadi headline.

***

Satu hari menjelang aksi

â€Å“Gimana Ran?”

â€Å“Ok, bos. Semua udah beres. Besok kita tinggal turun aja”

â€Å“Pokoknya besok jangan samapi gagal. Aku jijik kalo inget Bush mau dating menginjakan kaki di kota kelahiranku ini”

â€Å“Ok, bos. Kayaknya sekarang kamu pulang aja dulu deh!udah malem. Kamu kan korlap harus jaga kondisi donk.Inget penyakit magg-mu yang sering kumat itu” nasehat Randi pada sobat seperjuangannya itu.

Jam sembilan lewat beberapa menit saat motor Geger menembus hujan untuk menuju pulang ke rumahnya. Benar kata Randi, ia sudah lelah. Hari-hari terakhir ini, tenaga dan pikirannya seolah terkuras habis untuk aksi besok. Bayangan dipan keras dan makan malam masakan Emaknya semakin membuat geger mempercepat laju kuda bermesin itu.

***

Rumahnya tampak masih benderang malam itu. Tumben, biasanya habis Isya mereka sudah terlelap dan melalaikan makan malam karena memang tak ada yang bisa dimakan.

â€Å“Bang Gegel…..ayo makan!!!”

Wow, sepertinya ada hajatan di rumah mereka.

â€Å“Ada pesta ya mak?”

Cukup beralasan jika Geger berkata seperti itu. Potongan paha ayam yang digoreng kering memang sebuah barang langka bagi keluarganya. Namun barang langka itu kini bertenger di meja makan menggantikan posisi gembus goreng yang sudah setiap harinya sudah menjadi makanan pokok Geger sekeluarga. Didorong oleh rasa lelah dan lapar, tanpa ba bi bu lagi Geger langsung mengambil jatah makan malamnya itu.

â€Å“Enak ya Bang….ayam golengnya….”

â€Å“Siapa yang ulang tahun sih?” Tanya Geger dengan mulut masih penuh makanan.

â€Å“Sejak kapan keluarga kita punya acara ulang tahun-ulang tahunan…..” jawab Emak sambil tersenyum simpul melihat tingkah anak sulungnya itu.

â€Å“Bapakmu dapet rejeki yang lumayan hari ini” sambung Emak lagi.

â€Å“Besok kan bapak nggak dagang Ger. Katanya besok mau ada presiden Amerika, jadinya kita nggak boleh jualan. Makanya kita dapet uang pengganti karena nggak boleh jualan. Lumayan lima puluh ribu. Padahal tiap harinya Bapak dapet tiga puluh ribu saja udah syukur” jelas Bapaknya yang keluar dari dapur.

â€Å“Besok emak juga bisa lebih santai. Asih kan sekolahnya libur, jadi bisa bantu-bantu. Nanti emak biar keliling ke desa lain. Bapak juga sama teman-teman PKLnya besok dagang di tempat lain untuk sementara, jadi bisa tetep dapet duit. Makanya Emak masak ayam goreng malam ini, ya itung-itung sebagai rasa syukur……”sambung Emak.

Tiba-tiba perut Geger terasa mual. Lidahnya jadi kelu, kaku! Nasi yang di mulutnya seolah enggan masuk ke tenggorokan. Kepalanya menjadi pusing seperti berputar-putar. Beberapa kelabat bayangan bergantian menghantu pikirannya. Dia teringat rekan-rekannya yang sedang mempersiapkan aksi penolakan penyambutan Bush. Sementara itu, di depan matanya Emak, Bapak, Asih, dan Ratih sedang tersenyum manis semanis senyuman Bush. Dia tiba-tiba jadi pusing. Tak didengarnya lagi celotehan Ratih yang ceria.

â€Å“Bang Gegel….plesiden Amelika itu baik ya…coba tiap hali dia kesini..pasti kita bisa makan enak..kak Acih juga jadi libul jadinya Latih nggak ucah bantuin emak………..”

***

teruntuk Bush : I love you Bush!!!
Read more ...
Saturday, December 02, 2006

Selepas Kau Pergi..................................

Selepas kau pergi
Tinggallah disini ku sendiri
Kumerasakan sesuatu
Yang t'lah hilang di dalam hidupku

Dalam lubuk hatimu
Ku yakin kaupun sebenarnya tak
Inginkan lepas dariku
Tahukah kau kini ku terluka


Bantu aku membencimu
Ku terlalu mencintaimu
Dirimu begitu...
Berati untukku...



Kau telah mencinta
Dan dicintai kekasihmu
Ini tak adil bagiku
Hilanglah damba tinggallah hampa



Lupakanku dalam tidurmu
Yang pernah mencintaimu
Kau memang tercipta
Bukanlah untukku

Selepas kau pergi
Tinggallah disini ku sendiri
Kumerasakan sesuatu
Yang t'lah hilang di dalam hidupku

Lala...la..la...lala



nb :
yeach..............bantu aku membencimu.........bantu aku membencimu......bantu aku membencimu
Read more ...

Karakter Internal Locus of Control Auditor BPK

BPK dan Kasus Penyuapan Auditor BPK

Sekilas tentang BPK
Telah termaktub dalam pasal 23 ayat (5) UUD tahun 1945 bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-undang. Sebagai refleksi dari ketentuan tersebut, pada tanggal 28 Desember 1946 dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah No. 11/OEM tentang pembentukan Badan Pembentukan Keuangan. Maka tepat 1 Januari 1947, berdirilah BPK yang berkedudukan sementara di Magelang dengan ketua BPK pertama yaitu R.Soenarso.
BPK memiliki peran vital dalam pengelolaan keuangan negara. BPK memiliki fungsi operatif (pasal 2 dan 3 UU no.5/1973), rekomendasi (Pasal 59 ICW 20 pasal 4 (2) IAR ), dan yudikatif (Pasal 77, 79, dan seterusnya, ICW 20 pasal 36 s/d 39 IAR).
BPK-sebagai badan pemeriksa- memiliki norma yang dirumuskan dalam bentuk singkatan 2K 3E dengan penjelasan sebagai berikut :
2K = 1.Ketertiban
2. Ketaatan
3E = 1. Efektifvitas
2. Ekonomis
3. Efisien
Tujuan pemeriksaan ini dijabarkan sebagai berikut :
“Untuk mengetahui da menilai kewajaran pelaksanaan kegiatan perusahaan apakah sesuai dengan rencana dan apakah dilaksanakan secara tertib dan taat peraturan”
Sehingga dapat dijabarkan, bahwa tugas BPK adalah untuk mengetahui dan menilai apakah :
1. Penguasaan dan pengurusan keuangan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan pertanggungjawaban telah dilakukan dengan layak,
2. Penggunaan sarana dan prasarana dari sumber-sumber kekayaan yang dimiliki telah dilaksanakan secara hemat dan berdayaguna,
3. Rencana dan tujuan yang ditetapkan telah dilaksanakan dan dicapai secara berhasil sesuai dengan program nasional.

Kasus Penyuapan Auditor BPK
Tipikor atau tindak pidana korupsi kini menjadi headline perekonomian Indonesia di era pasca reformasi. BPK sebagai lembaga audit keuangan negara memiliki peran yang cukup besar dalam pemberantasan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Dalam menjalankan perannya itu bukanlah hal yang mudah. Tak jarang dalam menjalankan tugasnya, BPK ikut menjadi aktor dalam tindak KKN tersebut.
Sebuah kasus yang cukup sensaional di tahun 2005, yaitu terungkapnya tindak penyupan auditor BPK oleh Mulyana W.Kusumah, anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum).
Bermula dari investigasi BPK di tahun 2004 pada Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dalam investigasi tersebut, ditemukan sejumlah kejanggalan dalam pelelangan, prakualifikasi, ketebalan spesifikasi kotak suara, dan beberapa biaya tambahan yang tidak jelas.
Tersebutlah Khairiansyah Salman, salahseorang auditor BPK yang diperintahkan untuk mempertajam temuan-temuan yang didapatkan dalam investigasi tahun 2004. Jenis pengauditan ini dapat digolongkan sebagai Operations Audit. Dalam laporan yang dibuat oleh AICPA dengan judul Operational Audit Engagement, yang mencakup : “Pemeriksaan yang sistematis terhadap kegiatan organisasi atau bagian-bagiannya sehubungan dengan tujuan tertentu. Tujuan pemeriksaan mungkin :
• Menilai prestasi
• Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan perbaikan,
• Mengembangkan saran-saran untuk perbaikan atau tindakan lanjutan.
Operations Audit atau yang sering disebut operasional audit muncul dari pengembangan financial audit. Dalam audit ini yang dinilai bukan saja aspek keuangan tetapi juga aspek yang bersifat non keuangan. Tujuannya adalah memeriksa dan menilai operasi perusahaan serta prosedur pelaksanaannya. Juga menyangkut pemberian inforrmasi kepada manajemen tentang masalah-masalah operasi yang diperlukan untuk melakukan koreksi demi peningkatan penghematan dan produktivitas. Sasaran audit ini adalah bagaimana mengusahakan agar kegiatan itu lebih efisien, hemat, dan lebih produktif. Dalam pelaksanaan auditnya dapat menggunakan prosedur audit yang dianut dalam audit keuangan (General Audit).
Selama proses audit yang dilakukan Khairiansyah, terdapat kesulitan dalam mendapatkan dokumen-dokumen yang diperlukan dari KPU. Oleh karena itu, Khairiansyah menyiasatinya dengan mendekati rekanan-rekanan KPU, salah satunya adalah PT. Surfindo Indah Prestasi (SIP) yang menjadi rekanan KPU dalam hal pengadaan kotak suara. Dari pihak SIP, Khairiansya diantaranya mendapatkan beberapa dokumen. Dalam dokumen-dokumen tersebut ditemukan beberapa kejanggalan seperti inkonsistensi informasi, penggelembungan biaya, dan sejumlah aliran dana ke KPU yang beberapa diantaranya tertulis jelas sebagai biaya “untuk entertain KPU”.
Mengetahui sepak terjang Khairiansya yang tentunya akan menguak bukti hitam untuk KPU, maka munculah adanya indikasi penyuapan. Dalam kesaksiannya, Khairiansyah mengatakan bahwa ia menjalin kontak dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pertama kali pada tanggal 8 Maret 2005 untuk melaporkan adanya indikasi upaya penyuapan dari pihak KPU. Selang dua hari kemudian, Mulyana (anggota KPU) ditemani Pelaksana Harian Sekretaris jendral KPU, Sussongko Suhardjo dan staf Biro Umum, Mubari, mengajak Khairiansyah untuk bertemu di sebuah restoran Jepang di Hotel Borobudur, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Khairiansyah mengatakan Mubari sempat menawarkan uang Rp 200-300 juta kepada dirinya. Pertemuan di Hotel Borobudur tersebut kemudian diikuti dengan dua pertemuan berikutnya, dimana Mulyana menyerahkan uang secara bertahap , masing-masing Rp 149.800.000,- pada 3 April 2005 , dan Rp 150.000.000,- pada 8 April 2005. Segala pertemuan dengan KPU yang dilakukan Khairiansyah silakukan atas pengetahuan dan arahan dari KPK. Bahkan semua proses direkam KPK, termasuk penentuan hotel Ibis sebagai tempat transaksi penyerahan uang yang kemudian diikuti dengan penyergapan dan penangkapan Mulyana.
Terungkapnya kasus upaya penyuapan auditor BPK tersebut rupanya menjadi stimulan pada terungkapnya tindak serupa yang lain. Rabu, 21 September 2005 diberitakan, sebanyak 14 auditor BPK menerima uang dari KPU selama mengaudit proyek pengadaan barang dan jasa Pemilu 2004. Mereka yang menerima uang itu, Chaidar Rahman (107 juta), Mohammad Priyono (108 juta), Ponegawaty (58 juta), Helmi Rubaini (58juta), Is Sumiyati (45 juta), Dedi(45juta). Nur (13juta), Iswadarni (4juta), Yanti (4juta), Sulung (4juta), Kerot (4juta), Suharto (1,5 juta), Djapiten (140 juta). Seorang auditor, Latif menolak uang pemberian KPU sebesar Rp 1,5 juta, kemudian dibagi-bagi antara mereka. Lepas dari kontroversi bahwa uang tersebut adalah uang transport dan uang lelah, yang pasti nama-nama tersebut telah menerima uang dari klien.
Khairiansyah yang menjadi whistle blower telah menegaskan pada publik mengenai kinerja auditor BPK. Lepas dari masalah bahwa di kemudian hari Khairiansyah ditetapkan oleh Kejari Jakpus sebagai tersangka penerimaan DAU, Khairiansyah boleh dibilang sebagai Man of The Year tahun 2005 lalu. Tindakannya sempat mendapat Integrity Award dari Transparency International Indonesia.

Bab II
Internal Locus of Control pada Auditor BPK

Kode Etik Auditor
Alasan yang melatarbelakangi timbulnya kode etik bagi suatu bidang jabatan adalah kebutuhan untuk meraih kepercayaan masyarakat (public confidence) terhadapa kualitas bidang jabatan tersebut tanpa melihat kepada individu pelaksananya. Bagi akuntan publik, diperlukan suatu keyakinan dari para klien dan pelbagai pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan terhadap kualitas jasa audit dan jasa lain-lainnya.
Dalam AICPA dikenal beberapa prinsip-prinsip etik bagi auditor , yaitu:
1. Tanggung jawab. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, anggota harus menjalankan kepekaan profesional dan pertimbangan moral dalam semua aktivitas mereka.
2. Kepentingan masyarakat. Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak yang mendahulukan kepentingan masyarakat, menghormati kepercayaan masyarakat, dan menunjukkan komitmen profesionalitas.
3. Integritas. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan mayarakat, anggota harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan kepekaan integritas yang paling tinggi.
4. Obyektivitas dan Independensi. Anggota harus mempertahankan obyektivitas dan bebas dari pertentangan kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional. Anggota dalam praktek publik harus independen dalam kenyataan dan penampilan pada waktu melaksanakan pemeriksaan dan jasa pembuktian lainnya.
5. Kemahiran. Anggota harus mematuhi standar kritis dan etis profesi, berusaha keras untuk terus menerus meningkatkan kompetensi dan mutu jasa, dan melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai dengan kemampuannya yang terbaik.
6. Lingkup dan sifat jasa. Dalam menjalankan praktek di masyarakat, anggota harus mematuhi prinsip-prinsip kode perilaku profesional untuk menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan.

Internal Locus Of control

Dalam literatur Akuntansi, locus of control telah diteliti dalam konteks keputusan yang berbeda seperti partisipasi anggaran (Brownell, 1982; Frucot dan Shearon, 1991; Indriantoro, 1993). Keputusan Etis (Trevino , 1986; Tsui dan Gul, 1996, Knouse dan Glacalnose, 1992), perilaku tidak etis (Jones dan Kavanagh, 1996; Tsui dan Gul, 1996; Zahro, 1989)
Bersamaan dengan munculnya kesadarn tentang pentingnya pengembangan dan kesadaran etik akuntan publik, muncul pula sejumlah penelitian yang mencurahkan perhatiannya pada masalah ini, serta berusaha untuk menguraikan dan mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku etik akuntan (Louwers et al, 1997). Dalam literatus Behavioral accounting disebutkan bahwa variabel personalitas dapat berinteraksi dengan cognitive styles untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. Dalam hal ini Locus of Control adalah variabel personalitas yang berpengaruh terhadap kesadaran etis auditor.
Berdasarkan pada teori locus of control, bahwa perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakteristik locus of control-nya. Individu dengan internal locus of control akan lebih mungkin berperilaku etis dalam situasi konflik audit dibanding dengan individu dengan eksternal locus of control. Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran dan tanggung jawab dalam penentuan benar atau salah. Sebaliknya orang dengan eksternal locus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya dan percaya bahwa hidupnya dipengaruhi oleh takdir, keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Karenanya auditor dengan eksternal locus of control akan lebih besar kemungkinannya untuk memenuhi permintaan klien.
Dalam penelitian yang dilakukan Umi Muawanah dan Nur Indriatoro membuktikan bahwa internal locus of control menimbulkan kesadaran etik tinggi dibanding dengan pembawaan eksternal locus of control. Salah satu matrik skor penelitan mereka adalah sebagai berikut

LOC Internal LOC Eksternal
Kesadaran etik tinggi 12,5 (n = 28) 8,67 (n =15)
Kesadaran etik rendah 24,0 (n = 10) 36,82 (n = 22)

Penelitian juga teleh membuktikan bahwa interaksi antara locus of control dengan kesadaran etis mempenngaruhi perilaku auditor dalam situasi konflik audit. Pada level kesadarn etik ang rendah terdapat kecenderungan auditor kurang independen. Sebalilknya pada level kesadaran etis yanng tinggi, ada kecenderungan auditor untuk menolak permintaan klien, dengan kata lain auditor menjadi lebih independen. Dan kecenderungan ini berbeda untuk karakterisktik locus of control yang internal atau eksternal.

Internal Locus of Control pada Auditor BPK
Dalam mewujudkan kepercayaan publik pada BPK sebagai lembaga audit keuangan negara, maka para auditor BPK perlu memiliki internal locus of control. Tak jaran auditor berada pada situasi konflik yang menciptakan sebuah dilema etis. Misalnya dapat terjadi ketika auditor dan klien tidak sepakat terhadap beberapa aspek fungsi dan tujua pemeriksaan. Dalam keadaan ini, klien bisa mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Klien bisa menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Karena secara umum dianggap bahwa auditor termotivasi oleh etika profesidan standar pemeriksaan. Karena secara umum dianggap bahwa auditor termotivasi oleh etika profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada dalam situasi konflik. Memenuhi tuntutan klien, berarti melanggar standar. Namun dengan tidak memenuhi tuntutan klien, bisa menghasilkan sangsi oleh klien berupa kemungkinan penghentian penugasan. Dan hal terakhir ini adalah tidak mungkin pada tubuh BPK karena BPK adalah satu-satunya lembaga audit keuangan negara.
Dalam kasus tindak penyuapan oleh Mulyana W.Kusumah, telah memperlihatkan kepada kita mengenai sosok Khairiansyah yang berpotensi memiliki internal locus of control. Hal ini lepas dari masalah bahwa di kemudian hari ia ditetapkan menjadi tersangka penerimaan DAU.
Karakter internal locus of control ini sangat tepat sekali untuk dikembangkan pada diri para auditor BPK. Dengan memiliki auditor yang berkarakter internal Locus of control akan membawa BPK sebagai Lembaga Audit Keuangan negara yang berintegritas dan turut serta dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Apalagi dalam era reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2000 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VI/MPR/2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional. Hal ini semakin selaras dengan misi BPK yaitu, “Mewujudakan diri menjadi auditor eksternal keuangan negara yang bebas dan mandiri, profesional, efektif, efisien, dan modern sesuai dengan praktik internasional terbaik, berkedudukan di ibukota negara dan ibukota setiap provinsi, serta mampu memberdayakan DPR, DPD, dan DPRD melaksanakan fungsi pengawasannya terhadap pemerintah pusat dan daerah untuk mewujudakan pemerintahan yang bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Bab III
Penutup

Simpulan
Dari uraian diatas, ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, anatara lain:
1. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memiliki posisi yang vital dalam mewujudkan perekonomian yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mewujudkan kesejahteraan rakyat.
2. Terungkapnya kasus penyuapan terhadap auditor BPK memberi gambaran tentang kinerja para auditor BPK, serta mengindikasikan bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam tubuh BPK. Namun kasus tersebut juga merupakan nilai plus bagi BPK, dimana Khairiansyah sebagai salah satu auditor memiliki karakter internal locus of control yang menjadikan ia tidak memiliki kecenderungan untuk bekerjasama dengan klien. Dengan kata lain, dia telah mempertahankan integritas sebagai auditor.
3. Internal Locus of Control sangat relevan untuk menciptakan kesadaran etika yang tinggi pada para auditor,
4. Karakter internal locus of control ini sangat tepat sekali untuk dikembangkan pada diri para auditor BPK. Dengan memiliki auditor yang berkarakter internal Locus of control akan membawa BPK sebagai Lembaga Audit Keuangan negara yang berintegritas dan turut serta dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia

Impikasi
Penyusunan karya tulis ini memberikan implikasi bahwa auditor BPK perlu menggembangkan karakter internal locus of control pada diri mereka yang dapat memiliki relevansi postif pada kesadaran etik sebagai auditor.. Hal ini akan dapat meningkatkan kredibilitas mereka sebagai auditor pada khususnya dan untuk kredibilitas BPK sebagai satu-satunya lembaga audit eksternal keuangan negara.
Penyusunan ini juga dapat menjadi stimulan untuk mendorong arah riset akuntansi keperilakuan untuk mempertimbangkan aspek personalitas sebagai determinan penting dari keberhasilan atau kegagalan auditor menjalankan tugasnya.


Alasan yang melatarbelakangi timbulnya kode etik bagi suatu bidang jabatan adalah kebutuhan untuk meraih kepercayaan masyarakat (public confidence) terhadapa kualitas bidang jabatan tersebut tanpa melihat kepada individu pelaksananya. Maka memang suatu yang urgent bagi BPK untuk memperhatikan aspek personalitas pada auditor-auditornya.
Mengingat bagian pendahuluan dari kode etik jabatan AICPA memuat suatu kutipan dari marcus Aurelius yang menyimpulkan secara tepat apa yang sesungguhnya diharapkan dari seorang profesional “ Seseorang harus keatas, bukan tetap diatas”. Maka dengan mengembangkan aspek pesonalitas para auditornya, BPK akan menjadi lembaga yang progresif dan terus bereksistensi dalam Tata Kelola Keuangan Negara yang Baik untuk Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A dan Loebbecke, J.K. Auditing , Suatu Pendekatan Terpadu Jilid I. Penerbit Erlangga. Surakarta : 1994
Harahap, Sofyan Asfri. Auditing kontemporer. Penerbit Erlangga. Surakarta : 1991
Muawah, Umi dan Indriatorno Nur. 2001. Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit : Peran Locus of Control, Komitmen Profesi, dan Kesadaran Etik. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol 4 No.2 Mei 2001 Hal 133-150.


Sumber lain :
http://www.bpk.go.id/ Visi dan Misi Badan Pemeriksa Keuangan. 30 November 2006, 21:00 a.m. ,
http://www.bpk.go.id/ Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan. 30 November 2006, 21:00 a.m. ,
http://www.kompas.com/ Terungkapnya Kasus Penyuapan Auditor BPK. 30 November 2006 , 21;00 a.m.,
http://www.tempointeraktif.com/ 14 Auditor BPK terima dana KPU. 30 November 2006, 21:00 a.m.
Read more ...