Pages

Thursday, March 08, 2012

RINDU


Gerimis menipis, menghantarkan dingin di relung-relung dini hari yang sunyi ini. Lima kursi kosong dihadapanku. Seperti langit kosong yang absen ditemani purnama. Anganku bergumam, tak kurang dari semester lagi, sunyi ini akan terpecah. Sekitar lima bulan lagi, kita mungkin akan kembali merasakan riuhnya menit-menit menjelang Shubuh ditabuh. Ya, lima bulan lagi, aktivitas sahur ini akan beramai-ramai dengan saudara muslim sedunia.

Ada kerinduan yang tak mampu terbahasakan kepada Ramadhan dan di dini hari tadi tiba-tiba terasa mencelos di hati. Kalau ditanya, kenapa rindu? Ah, untuk sebuah rindu yang suci, kupikir tak butuh sebuah alasan. Kerinduan ini sudah terlanjur tersangkut pada banyak hal disana.

Merindukan bulan Ramadhan, merindukan semua hal tentang itu. Semuanya membuat rindu. Ibadah puasanya, kemuliaannya, syahdunya, suasananya, pernak-perniknya, hingga budaya-budayanya bahkan segala ironi serta tragedi yang mungkin terjadi. Tak ada yang dapat melebihi syahdunya malam-malam di bulan Ramadhan. Tak ada yang mampu mengalahkan kebahagiaan senja-senja Ramadhan.


Kalau di kampus, agenda mahasiswa yang lumayan besar biasanya Ospek. Kalau di lingkungan RT/RW, mungkin tujuhbelasan. Di acara-acara seperti itu, tingkat keterlibatan cukup tinggi. Bahkan kalau menurut teman saya, Ospek itu agenda kolosal, meski tidak semuanya ikut, tapi bahkan mahasiswa yang bukan aktivis juga terlibat sebagai panitia. Sama halnya dengan tujuhbelasan, meski tentu tidak semuanya ikut, tapi tingkat keterlibatan masyarakat sangat besar.

Begitu juga di bulan Ramadhan. Kita tidak susah untuk mendapatkan orang-orang yang saling mengingatkan dalam kebaikan. Kita mudah untuk bertemu orang-orang di pusat ibadah. Semua bahagia ketika Ramadhan, lepas dari masalah motif bahagia itu masing-masing. Semua menyambut, semua terlibat dalam perayaan bulan suci ini. Semua merasa harus berbuat baik. Apa lagi yang lebih indah dari sebuah lingkungan yang membuat kita selalu teringat akan keMahaBesaran Tuhan??

Maka, ketika Ramadhan berlalu, ketika seruan-seruan kebaikan tiba-tiba menghilang gema-nya, hati pun mulai terayapi sunyi. Rindu manalagi yang lebih besar dari itu? Rindu pada sebuah masa yang kita selalu diingatkan tentang kecintaan, kasih sayang, kedamaian, kerja keras, dan hal-hal positif lainnya. Semua orang berusaha menahan hawa nafsunya.

Ramadhan itu hadiah luar biasa untuk umat Islam. Kenapa hanya satu saja? Mungkin yang sedikit itulah yang kadang membuat kita bisa sangat merindukannya.

Maka, upaya-upaya untuk menebus kerinduan adalah mencoba meramadhankan hari dan hati kita.

Tuhan, jika boleh ku memohon, sampaikanlah nafasku untuk menghirup udara ramadhan tahun ini...Semoga.


15Rabiu Tsani 1433 H. Belum nengok kalender lagi, berharap semoga 13-15 bulan depan juga jatuh pada hari setelah senin atau kamis biar bisa puasa setengah pekan lagi.. ^-^
Title: RINDU; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

1 comment:

Wikarso said...

Terima kasih atas tulisannya. Belum dibaca padahal.