"inna lilmuttaqinna mafaza..." [78:31]
Sering kita memohon untuk diberikan umur
panjang. Begitu berharganya usia, bergitu berharganya waktu sehingga kita
memohonkan untuk berumur panjang. Kalau orang bilang "tua itu pasti,
dewasa adalah pilihan" , tapi kalau kata saya "Tua itu belum pasti,
Dewasa apalagi!!". Yeeah, adakah yang bisa menjamin kita akan benar-benar
menjadi tua? Adakah nafas ini masih terasa di esok pagi ?! Tak ada waktu tersia
ketika kita mengingat mati. Dan menurutku, waktu adalah guru yang paling bijak.
Bagi pembelajar, semakin tersedia waktu berarti semakin banyak hal yang akan
diketahui. Waktu adalah teman setia kita untuk berproses. Jika kita mau terus
berproses, waktu akan membuat kita bertambah pengetahuan dan wawasan. Cara
pandang kita semakin luas seiring bertambahnya waktu.
Waktu jua lah yang kemudian membuat ada
perubahan dalam cara pandang ketika aku mendengar kata "menang". Saat
kecil kita akan berkata menang ketika kita mendapatkan ranking satu, medali,
atau apapun. Namun seiring waktu, kita mungkin akan semakin merasakan ternyata
urusan menang itu bukanlah sekedar hasil, tapi proses. Kalau boleh mengutip
Plato : "Menaklukan diri sendiri adalah kemenangan yang paling
akbar.."
Hidup ini adalah kumpulan episode-episode
yang terangkum indah dalam sebuah jalinan legenda. Tiap orang memiliki legenda
hidupnya masing-masing. Episode-episode tersebut terurai sebagai ruas yang akan
kita jalani dan membawa kita kepada dua konsekuensi : menang atau kalah!!
Kemenangan yang komperehensif, dimana perlu Maha Juri yang Objektif, yang
kemudian medali kemenangan atau kekalahan terkalungkan pada hati nurani.
Maka, di suatu senja kemarin, saya
tertegun lama pada sebuah ayat yang dikutip pada awal tulisan ini. Inna
lilmuttaqinna mafaza. Sesungguhnya, orang-orang yang bertaqwa mendapat
kemenangan. Secara global, ayat pada surat an-naba itu akan merujuk pada sebuah
kemenangan hakiki dan mengingatkan kita akan proses hidup yang akan terfollow-up
di "keabadian" nanti.
Entah kenapa, saya agak mencelos saat
teringat dan kembali membuka ayat tersebut. Ternyata betapa rapuhnya manusia
untuk memahami semu atau abadinya sebuah kemenangan.
Mungkin kita semua disadari atau tidak
juga pernah merasakan bagaimana kebahagiaan sebuah kemenangan yang sebenarnya.
Ketika kita melakukan suatu hal atau menjalani proses dengan sebaik-baiknya
proses,benar-benar sebaik-baiknya proses, hati nurani kita akan berkata
"yeeaaah, aku menang!". Bukan menang atas sebuah pencapaian saja,
tapi lebih dari itu. Ah, sungguh, saya saja sebenarnya tak bisa menuangkan itu
ke dalam kata-kata. Ada kelegaan yang begitu terasa amat sangat, membuat kita
tak ingin henti berucap syukur. Membuat kita benar-benar tak ingin beranjak
dari sujud.
Semakin kita bertambah usia, saat kita
akan melakukan sesuatu tentunya dengan pertimbangan. Menurut saya, kita perlu
mengoptimalkan semua potensi rasa, rasio, norma, dan keyakinan. Rasa akan
membuat kita mempertimbangkan "enak atau tidak enak" ketika melakukan
sesuatu. Rasio akan membawa kita pada pemikiran "tepat atau tidak
tepat".Norma akan membuat kita mempertimbangkan "pantas atau tidak
pantas", semua itu akan membawa dan dikuatkan pada sebuah keyakinan
"benar atau tidak benar"!!
Saat potensi rasa saja yang kita gunakan,
maka sudut pandang kita kepada kebenaran adalah pada hal-hal yang enak saja.
Saat potensi rasio saja yang kita gunakan, maka keputusan kita tak memiliki
nilai empati, hanya berfokus pada keuntungan semata. Ketika norma saja yang
kita pertimbangkan, maka kebenaran akan bersifat relatif, jadi plin-plan juga.
Nah, pertarungan semua potensi itulah ketika
kita selalu merujukan pada nilai-nilai keyakinan, itu akan membawa sebuah
kemenangan yang komperehensif. Kebenaran pada sebuah sistem keyakina bernilai
mutlak, maka semua aspek rasa, rasio, dan norma otomatis akan terangkum semua
didalamnya.
Dari situ, saya sedikit berkesimpulan.
Ketika kita mendapat hasil menang , kita akan senang, tapi ketika kita membangun
kemenangan itu pada setiap lini prosesnya, kita akan bahagia! Dalam pikiran
saya, bahagia itu adalah beberapa tingkat diatas senang.
Kemenangan akan kita raih ketika kita
dalam ketaqwaan. Ketaatan yang merupakan bukti sebuah cinta hakiki. Maka, hayya ’alal falah.., marilah meraih
kemenangan!!!
Kamis , 8 maret 2012, siaran siang.
#Hingga hari kamis, saya masih tak
menyukai headline-headline yang ada! Selalu bikin males siaran siang..
Hemhh..semangat lah!! :D
#Ah, kenapa saya hingga menuangkan tulisan
ini. Mungkin karena hari-hari terakhir ini saya sedang terjebak dalam
malam-malam panjang yang membuat saya tak dapat berhenti memohon ampun dan
berucap syukur. Seandainya bisa,
saya ingin memenuhi malam dengan istighfar karena saya benar-benar merasa dalam
ketakutan dan malu dihadapanNya. Saya tak dapat menahan gemetar melihat
bagaimana luar biasanya bahaya fitnah dunia. Namun luapan jutaan syukur juga
tertuang karena saya benar-benar merasa seperti terpeleset dipinggir jurang
tajam, namun ada pelukan yang menarik saya hingga saya masih bisa berdiri tegak
hingga detik ini dan tidak terjatuh. Luar biasa. Dan hati saya merasakan sebuah
kemenangan. Kemenangan yang luar biasa saat kita mampu mengkomunikasikan semua
yang terjadi ini dengan Sang Pemilik Hidup.
No comments:
Post a Comment