Pages

Tuesday, March 06, 2012

SAMPUL


#CatatanRingan


Meski mencintai buku, saya mungkin bukan termasuk orang yang cukup telaten untuk merawatnya. Namun untuk sekedar memberikan sampul pada buku, tentu saja itu tak perlu membutuhkan sebuah ketelatenan yang tinggi. Begitu pula yang kulakukan terhadap buku-buku yang kumiliki. Kerap kali merasa ada yang mengganjal di mata ketika barisan buku di rak terlihat “telanjang” tanpa sampul. Teringat pula ketika bulan lalu sempat  salah satu buku saya kondisi halaman mukanya menjadi sangat “mengenaskan” setelah terjebak hujan dalam perjalanan hendak ke Purwokerto. Halaman depan buku itu yang berwarna biru gelap buku menjadi memiliki banyak aksesoris putih karena terkelupas di sana-sini akibat terciprat hujan.

Demi mengingat bahwa musim hujan tahun ini akan panjang, dan saya kerap membawa buku kemana-mana, sore tadi kusempatkan mampir ke toko buku untuk membeli sampul plastik gulungan. Hari minggu kemarin saya sempat juga mampir ke swalayan kampus, tapi ternyata disana tidak tersedia sampul yang aku maksud. Maka sore tadi kusinggahi salah satu toko buku waralaba yang terkenal dengan “diskon”nya dan pelayanan penyampulan buku. Sayang sekali, gadis penjaga toko buku itu menyampaikan bahwa persediaan sedang kosong. Ya sudahlah, di toko buku itu malah akhirnya saya beli satu novel baru.hehehe. Namun, dewi fortuna rupanya masih menyertai aktivitas ngabuburit saya kemarin sore. Ketika perjalanan pulang dan turun hujan lebat, saya masuk ke koperasi unsoed, dan ternyata disana tersedia sampul plastik gulungan yang dicari-cari, bingo!!! :p

Sampul buku memang banyak jenisnya. Saat SD dulu kita mungkin mengenal sampul coklat yang dicetak khusus untuk buku ukuran standart. Sampul coklat itu biasanya dilengkapi kotak untuk mencantumkan identitas. Saya paling ingat adalah di sampul coklat itu ada kata-kata mutiara seperti : “Rajin Pangkal Pandai, Malas Pangkal Bodoh”.hehehe. Entah saat ini di sekolah-sekolah dasar masih adakah aktivitas untuk memberikan sampul coklat pada buku ulangan. Biasanya hari-hari pertama di awal caturwulan atau semester aktivitasnya adalah memberikan sampul pada buku-buku tulis pribadi yang digunakan untuk setiap ulangan harian.


Buku bersampul juga biasanya diwajibkan di buku tugas beberapa mata pelajaran. Ini saya alami juga saat duduk di bangku sekolah menengah. Biasanya yang mewajibkan adalah guru yang rajin memberikan tugas. Maka tiap kelas harus memiliki sampul buku yang seragam untuk mudah dalam mengelompokan. Hampir mirip juga dengan buku bersampul yang biasanya diwajibkan pada acara-acara orientasi seperti MOS, OSPEK, LDK, dan lain-lain. Kegiatan menyampuli buku biasanya juga menjadi sebuah “rutinitas” saat menjelang akhir tahun ajaran, saat harus mengembalikan buku-buku paket ke perpustakaan. Teringat itu menjadi mengenang masa-masa SMP dan SMA, masa yang mengasyikan dan tentunya tak mudah untuk terlupa.

Bagi beberapa anak yang telaten, buku biasanya bukan hanya diberi sampul kertas tetapi juga dilengkapi dengan sampul plastik. Beberapa perusahaan memproduksi sampul plastik dengan berbagai jenis dan ukuran. Sampul plastik itu ada yang praktis, yang kita tinggal memasangkannya saja. Tapi sampul jenis tersebut tidak awet, tipis sehingga mudah robek. Maka untuk sampul plastik, saya lebih memilih jenis plastik gulungan atau meteran. Plastik yang digunakan untuk sampul ini biasanya plastik jenis PP (Polypropylene). Sampul ini cocok untuk menjaga keawetan buku-buku seperti komik, novel, tabloid, atau buku-buku bacaan yang lain. Orang-orang yang sangat merawat bukunya, biasanya akan memberikan kode juga pada tiap buku dan menatanya dengan rapih. Kalau saya, tingkat ketelatenannya hanya sampai pada memberikan sampul dan menuliskan tanggal pembelian serta tandatangan saja. Saya jarang sekali menyimpan buku dalam waktu yang cukup lama. Kalau buku sudah mulai menumpuk, biasanya saya akan berpikir bahwa nilai kebermanfaatan buku itu harus terus mengalir, jadi biasanya mereka akan saya berikan ke perpustakaan atau taman-taman bacaan. Ketika tahun lalu saya sempat stay di Tegal, saya sering melakukan pembelian buku online, dan sepertinya belum ada tokobuku online yang juga menyediakan pelayanan penyampulan buku. Jadi, saya harus menyampuli sendiri buku-buku itu. Tapi jangan ditanya kemana sekarang buku-buku itu berada. Sebagian memang ada yang masih tersimpan rapih, tapi sebagian besar entah sedang ada di tangan siapa atau sedang ad dimana. Yang pasti setiap meminjamkan atau menghibahkan buku, saya hanya berpikir bahwa kalau tersimpan saja dirumah, tak ada yang membacanya, jadi eman-eman. Orang rumah tak terlalu memiliki minat baca tinggi. Apalagi buku-buku sastra. Ayah saya dulu lebih suka membaca koran dan buku-buku terjemahan. Kakak saya, entah dia suka baca buku jenis apa. Yang pasti dulu kami berdua sangat suka baca manga. Adik perempuan saya lumayan suka baca novel, khususnya novel-novel pop. Kalau si bungsu, lebih suka nonton film daripada baca buku. Mama di rumah lebih membaca tabloid atau majalah. Maka, tinggal saya seorang yang memiliki kegandrungan baca cukup tinggi (dibandingkan orang-orang di rumah). Buku-buku sastra, sejarah, biografi, politik, budaya, hingga manga juga saya lahap. Yang rajin “nyampah” kertas koran di rumah juga saya.hehehe. Ketika sudah dibaca 2-3kali, biasanya saya hibahkan ke perpustakaan, biar ada yang baca. Selain itu, kalau ditaruh di perpustakaan atau taman bacaan, buku itu akan lebih terawat karena disana kan ada petugasnya. 

Kembali tentang sampul buku,kita bisa dengan mudah mendapatkan sampul plastik ini dalam bentuk roll. Bisa didapatkan di toko buku atau langsung saja ke toko plastik juga bisa. Nampaknya lebih murah kalau kita langsung membelinya di toko plastik. Bedanya kalau yang di toko buku itu sudah dipotong dan dikemas dalam roll-roll kecil. Untuk satu roll kecil sampul plastik kemarin saya dapatkan dengan harga sekitar delapan ribu rupiah. Saya lupa panjangnya berapa, kertas keterangannya sudah dibuang.hehe. Yang pasti bisa untuk membungkus sekitar 9-10buku. 

Penggunaan sampul buku ini cukup penting buat kita yang menginginkan koleksi buku terawat rapi. Selain sampul, yang terpenting lagi juga pembatas buku. Halaman buku yang sering ditekuk untuk menandai bacaan, akan jadi cepat lusuh. Tapi kalau buku lusuh karena sering dibaca itu menurut saya tidak mengapa, dibandingkan buku yang masih mulus karena tidak pernah disentuh apalagi dibaca.hehe. Suatu saat, saya ingin membuat sebuah perpustakaan sendiri yang juga bisa dinikmati oleh publik. Nanti deh kalau sudah benar-benar punya rumah sendiri..sekarang kan masih anak kos.hehe.

Jadi, catatan malam ini saya akhiri saja, karena memang sudah tengah malam. Saya butuh tidur karena sekitar tiga jam lagi mesti bangun. Tiga hari kedepan adalah pertengahan bulan Rabiu tsani dimana kita disunnahkan untuk melakukan puasa tengah bukan. Kesempatan yang langka, bisa puasa empat hari berturut-turut, berasa kayak ramadhan, seru kan? ^-^. Dan tadi saya sudah menyelesaikan penyampulan untuk 8 buku dan 1 majalah. Sambil menikmati hujan, ditemani teh hangat dan snack jagung, menyampuli buku dan juga sambil nonton beberapa episode drama korea..hehe. Maka, kini saya baru sadar lantai kamar menjadi cukup kotor karena sampah guntingan-guntingan plastik. Ah, nanti saja deh dibersihkannya. Sekarang saatnya tidur..^-^

Nah, ini ceritaku tetang buku, bagaimana cerita kabar koleksi buku kamu?? semoga tidak seterlantar buku-buku saya. aamiin.  Salam buku!! ^-^


tengah malam, masuk 6 Maret 2012, 13 Rabiu Tsani 1433, pukkul 12 :00 am. Ditemani sisa rintik hujan dan beberapa dendang dari Mocca dan Letto... ;)

#Setelah kemarin banyak nonton film-film eropa yang masuk nominasi oscar, sekarang lagi pengen nonton film dan drama korea.  The Man From Nowhere (Korea) dan Crows Zero 2 (Japan) masuk list yang mau ditonton, tapi nanti, setelah saya menyelesaikan 20 episode drama “49Days”.hehehe. Aku suka Kang Hang, mirip kang Deden edcoustic ya?? :D *udahMulaiNgelantur*. 
Title: SAMPUL; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: