Pages

Thursday, February 23, 2012

Ketika Setan Dilecehkan




#catatanRingan


Berawal dari sebuah keisengan dan penasaran yang biasa saja. Saya lagi pengen tau tentang “sundel bolong”. Sebenarnya saya bukan orang yang suka hal-hal mistis seperti itu. Tapi bahwa kisah-kisah itu muncul dan berangkat dari pemahaman masyarakat, itu menarik. Kebetulan pula, seorang sahabat saya berkunjung dan bermalam di kota ini. Dia sudah paham akan ide-ide gila saya, kemudian dia mengusulkan untuk nobar film bertemakan itu. . Satu film tentang “legenda sundel bolong” arahannya Hanung Bramantyo sempat saya cari file-nya, ternyata kemarin nihil. Hasilnya, saya malah membawa beberapa film aneh khas indonesia, salahsatunya adalah “Kuntilanak Kesurupan”. Ya, saya pun sempat ngakak saat membaca judul film tersebut. Ya sudahlah, yang pasti  malam tadi , kami punya hal yang bisa “ditertawakan”.

Setiap saya mengajak teman untuk nonton film bergenre horor, ada beberapa perjanjian yang biasanya saya tawarkan, salah satunya “tidak boleh takut”, ketika ada pada adegan yang menyeramkan, kita harus tertawa lepas!!! Dan ternyata , film horornya indonesia memang full  komedi. Lha, sekarang dimana lagi kita bisa menemukan adegan “kuntilanak dikentutin”, ya cuma di film horor indonesia, iya toh?.


Bukan shinta kalo nonton film tapi nggak bawel. Hehe. Dari awal adegan saya sudah mengernyitkan dahi, lama-lama pegang jidat, lama-lama agak ngantuk, hampir tergeletak. Kalau tidak ditegur oleh sahabat saya itu, mungkin saya sudah tertidur. Film yang semalam kami tonton berjudul “Kuntilanak Kesurupan”. Inti ceritanya adalah kisah seorang penulis yang mendapatkan project menulis sebuah buku biografi seorang artis terkenal bernama Indra Devian. Berdasarkan permintaan sang artis, buku biografi itu  minta ditulis hal-hal yang baik saja terkait hidupnya. Klasik, bahwa sang artist ternyata memiliki satu rekam jejak yang negatif pernah menghamili seorang gadis. Kemudian gadis tersebut meninggal saat proses aborsi. Tak usah diprotes segala kejanggalan yang ada di kisah ini, ini memang film aneh. Mayat gadis malang itu kemudian dikuburkan oleh temannya. Singkat cerita, arwah si gadis itu gentayangan dan mengganggu proses pembuatan buku biografi tersebut.

Yang ingin saya ungkapkan disini adalah, kok setan buat guyonan ya? Mungkin agak aneh kedengarannya, tapi ini kayak nantangin setan, tidak punya perikesetanan..hehe. Maksudnya begini, kita harus yakin bahwa ada makhluk gaib yang diciptakan oleh Tuhan. Selain manusia, Tuhan menciptakan malaikat dan juga setan. Tiap makhluk punya peranannya masig-masing dalam hidup ini. Bahwa manusia bukan satu-satunya yang menghuni dunia ini. Adanya syaithon itu adalah sebagai penguji akan keteguhan iman kita. Maka, sangat melecehkan setan ketika dibuat film yang kurang ajar seperti itu.  Ini menurut saya.

Point lain yang terpenting lagi adalah : film ini sangat tidak mendidik. Sedihnya, ini bukan satu-satunya, karena masih banyak film yang sejenis. Tapi yang menjadi pertanyaan, kenapa produser mau membiayai film seperti ini?? Apa sih yang ada dalam otak Pu**abi bersaudara itu?? Mungkin ini pertanyaan bodoh. Tapi, come on, masih banyak ide-ide keren dan bermakna lainnya yang dapat mendidik penontonnya, daripada membuat film yang “nol” kayak gitu.

Di akhir nonton, kami hanya tertawa dan geleng kepala. Bagiku, sudahlah cukup ini saja. Tapi membayangkan bahwa film-film sejenis ini berkeliaran di bioskop-bioskop, rental-rental, mudah dinikmati oleh adik-adik atau generasi muda yang lain, mau jadi apa nantinya???

Ah, saya juga hanya penikmat. Belum mampu berbuat banyak. Seandainya diberi kesempatan untuk beajar, saya ingin bisa memberikan karya, bukan sekedar terus berkarya tetapi disana ada tanggungjawab “kekaryaan”, harus memiliki kebermanfaatan. Bukan sekedar eksis dan banyak karya, namun ada value yang ditawarkan. Teringat sebuah kalimat dari sahabatku dulu : “kamu masih idealis ..shin!” Heeemhhh.. Entahlah!  



Senja di awal rabiutsani 1433, sekedar catatan kecil setelah kebersamaan dengan sahabat.

Title: Ketika Setan Dilecehkan; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: