Sejatinya
hidup ini adalah kumpulan cerita yang terjalin satu sama lain. Cerita yang
ketika mampu menyerap maknanya akan menjadi sebuah pelajaran berharga yang tak
ternilai harganya. Kadang cerita itu dibiarkan berlalu begitu saja, seperti
kita berkendara dan membiarkan semua itu terlaju. Tak semua orang pula mau dan
mampu merefleksikan tiap bait cerita kehidupan yang terlewati.
Membaca
cerpen-cerpen Kurnia Effendi dalam Anak Arloji, seperti kita membaca fenomena
kehidupan. Konflik yang sebenarnya ada di sekitar kita. Konfik yang dihadirkan
tidak terlalu anomali. Namun di tangan Kef
- panggilan Kurnia Effendi- semua kisah sederhana tersebut terkemas
indah. Kekuatan diksi yang kuat membuat pembaca enggan untuk memberi jeda saat
membaca kisah-kisah yang tersaji.
Salah
satu kisah sederhana yang terkemas dengan apik itu adalah pada cerpen
“Pertaruhan”. Kisah dua pemuda yang gemar bertaruh untuk melakukan hal-hal yang
tidak biasa, seperti minum kopi dengan campuran arsenik hingga bertaruh nyawa
di rel kereta api. Kisah ini nampak biasa dan memang akan terasa biasa saja
apabila bukan Kef yang membawakannya. Seperti juga pada cerpen “ La Tifa” ,
kisah seorang gadis yang meratapi keluguannya pada seorang laki-laki paruh baya
dan memutuskan untuk merubah nama dari “Latifa” menjadi “La Tifa”. Dengan
sangat anggun, Kef mengantarkan pembaca pada kisah tentang sebuah pencarian
jatidiri. Latifa tidak menemukan latifa pada dirinya, ia merasa malu, kotor,
jijik, dan marah pada diri sendiri. Sebuah nama menunjukan sebuah identitas
diri, maka tidak match ketika nama
yang bagus melekat pada orang yang telah melakukan perbuatan yang dirasa hina.
Pesan ini disampaikan oleh Kef dalam cerpennya dengan siratan bukan suratan.
Suratan yang tertera pada cerpen ini sekedar alur kisah yang mengalir mendayu.
Namun Kef mampu menaruh pesan itu dengan sangat apik ibarat meletakkan sebuah
batu zamrud dalam kotak perhiasan. Dari ukiran kotak perhiasannya pun dapat
dikira betapa mulianya sesuatu yang tersimpan di dalamnya. Dan Kef memang
pengukir kisah yang piawai.
Pertaruhan
dan La Tifa adalah dua diantara 14 cerpen yang terangkum dalam kumcer Anak
Arloji. Keempatbelas cerpen tersebut merupakan cerpen-cerpen terpiluh dari
sekian banyak cerpen yang pernah tercetak di media massa. Mengenai bilangan
cerpen, Kef memang seorang cerpenis yang handal dan cukup produktif. Puluhan cerpen dan novelnya sudah diterbitkan.
Salah satunya, “Kincir Api” juga pernah memenangi penghargaan lima besar
Khatulistiwa Literary Award tahun 2006. Kumcer Anak Arloji ini disusun sebagai
sebuah kado ulangtahun Kef yang setengah abad.
Setiap
cerpen yang terangkum dalam kumcer ini terasa padat berisi. Kef membuat setiap
kata tak ada yang tersia, cerpen-cerpennya bukan mengobral metafora kata,
tetapi semua itu dikemas dengan seefektif mungkin tanpa meninggalkan estetika
yang ada. Bagi para penulis lain, Kef adalah seorang cerpenis yang rendah hati,
sederhana, dan penuh kesantunan. Semua itu memang tercermin dalam
cerpen-cerpennya yang selalu penuh dengan muatan diksi yang berdiri seperti
masing-masing memiliki jatidiri yang dikenalkan pada pembaca. Pembacaan setiap
cerpennya mungkin tak memakan waktu lama atau kerutan kening berlipat-lipat, seperti
kita memakan kue lemper, kita akan merasa kenyang walaupun ukurannya kecil.
Cerpennya sangat padat berisi.
Buku
kumcer Anak Arloji ini juga sangat bisa untuk dinikmati para cerpenis pemula
untuk belajar kebersahajaan dari seorang Kurnia Effendi. Membaca cerpen ini
membuat kita kaya akan metafora, sehingga bisa memungkinkan menjadi stimulus
imajinasi untuk berkembang. Setiap membaca cerpen Kef, kita akan mendapatkan
suatu hal yang baru untuk dipetik. Seperti Anak Arloji yang semoga selalu
berdetak jarum kehidupannya, semoga cerpenis-cerpenis seperti Kef akan selalu
lahir dengan kisah-kisah yang sarat makna.
Informasi Detil Buku
Judul
: Anak Arloji
Penulis
: Kurnia Effendi
Penerbit : PT Serambi Ilmu Semesta, Maret
2011
Tebal
: 237 halaman
ISBN
: 978-979-024-351-4
*) Peresensi adalah pembelajar otodidak, tinggal di
Tegal, penikmat buku, latar belakang pendidikan: mahasiswi sastra inggris UNSOED, anggota Forum
Lingkar Pena.
No comments:
Post a Comment