Pages

Thursday, October 16, 2008

Berbagi Cinta Lewat Udara...



“ Salam pagi sobat..kembali shinta menemani ruang dengar sobat di program......”

Sebuah klausa yang sepertinya sudah saya hafal di luar kepala. Kalau hari Rabu pagi, jam 8.00 sudah menjadi agenda wajib untuk menikmati sempit (tp nyaman) studio siar MAFAZA 96.7 FM. Kalau dihitung-hitung, , sudah hampir tiga tahuin saya akrab dengan dunia broadcasting. Yeah…setidaknya sudah layak saya menuliskan kisah suka duka di udara ^_^.

Darusallam FM, menjadi tempat saya mengenal dunia broadcasting pertama kali. Awalnya, saya tidak pernah terbayangkan menjadi announcer. Keterlibatan saya di dunia siaran awalnya adalah sebuah keterpaksaan (mau nggak mau, saya harus mau). Setelah setengah tahun saya berpetualan di Ibukota selepas SMA, ortu memberikan keputusan untuk “mendeportasi” saya. Dengan segala perdebatan yang alot, saya mengikuti surat keputusan deportasi itu dan menempati suasana baru di Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Darussalam (YPPS Darussalam) di Ds. Kalibakung, Kabupaten Tegal. Sebuah Yayasan yang dipimpin Kyai Haji Jamil Muslim, yang notabene masih kerabat ayah saya. Darussalam FM merupakan salah satu unit usaha di YPPS Darussalam.

Singkat cerita, saya akhirnya menggeluti dunia siaran. Namun kelanjutannya bukan sekedar siaran, tapi manajemen radio saya geluti. Juga dalam waktu kurang dari setengah tahun, pihak ketua yayasan, mempercayakan pengelolaan DS FM kepada saya. Jabatan baru tuh, sebagai ibu general manager.he3. Bukan hal yang mudah dalam pengelolaan radio, selain manajemen internal, aspek-aspek sosiologis masyarakat pendengar lumayan buat saya mengerutkan dahi. Dengan masyarakat pedesaan yang nota bene tidak banyak mengecap bangku sekolah, saya berupaya untuk menghadirkan radio bukan sekedar sebagai “kotak suara”, tapi juga benar-benar sebagai media komunikasi. Content lagu bermacam-macam, dangdut paling banyak disukai (musik rakyat). Kemudian hiburan rakyat itu dikemas sedemikian rupa sehingga content informasi tersajikan dengan luwes. Muncul program-program acara yang lebih informative. Wakti itu sebagai permulaan saya coba dengan diskusi interaktif masyarakat dan pejabat daerah. Animonya cukup tinggi. Masyarakat (pendengar) merasa terhibur sekaligus menjadi “lebih tahu”. Saya jadi ingat bagaimana Hugo Chaves jkuga menggunakan media sebagai senjatanya untuk dapat melakukan komunikasi yang intens dengan rakyat yang kemudian memang menjadikan ruang control juga untuk pemerintah.

Sebagai bagian dari yayasan, radio ini juga memiliki visi sebagai corong dakwah. Pengajian dalam kemasan hiburan rakyat adalah sebuah media dakwah yang cukup mengena di hati masyarakat. Bukan hanya masyarakat sekitar pondok pesantren tetapi juga hampir di seluruh kabupaten Tegal, khususnya wilayah selatan. Nama “shinta” sebagai salah satu penyiar Alhamdulillah juga cukup dikenal masyarakat ^_^. Daerah Balapulang, prupuk, kesambi, Banjaranyar, hingga Slawi dan sekitarnya (saya lupa nama-nama daerahnya) bisa dibilang sebagai “daerah gue”, daerah jangkauan DS FM.

Bagi saya pribadi, ini merupakan pengalaman emas yang sangat berkesan. Saya disana bukan hanya mengurus radio, tetapi sebagai bagian dari YPPS Darussalam, saya juga berstatus sebagai santri pondok. Terkadang muncul kerinduan akan rutinitas dahulu saya disana. Dini hari sudah diawali dengan qiyamul lail, ba’da shubuh harus kajian kitab kuning, kemudian siaran pagi dan aktivitas kantor radio. Waktu sholat selalu break. Usai lelah di kantor radio, kembali mengkaji ilmu-ilmu agama dengan teman-teman santri dan ustadz-(dzah). Malamnya adalah waktu bersama adhe2 di asrama putri. Kebetulan juga dipercaya sebagai salah satu Pembina santri. Menemani mereka belajar, membuat forum rembug, dan seminggu sekali kita bisa nonton tv. Namun terkadang juga, saya harus menghandle rapat-rapat yayasan di malam hari.

Kebersamaan saya di DS FM tidak berlangsung lama. Pengumuman SPMB yang mengizinkan belajar di Universitas Jenderal Soedirman- Purwokerto, mengharuskan saya meninggalkan YPPS Darussalam. Sebuah kehormatan, pmpnan.yayasan masih mempercayakan pengelolaan radio hingga sekarang. Secara singkatnya, saya tetap ditunggu di DS FM.

Setengah tahun di purwokerto, saya mencoba untuk bergabung lagi dunia broadcasting. Tadinya berniat untuk gabung di salah satu radio swasta, peluang itu ada. Kebetulan ada teman juga yang jadi announcer disana. Tp,kondisi saya yang belum mobile membuat niat itu di-cancel. Saya kemudian tertarik dengan Radio MAFAZA FM,sebuah radio komunitas semikomersil yang merupakan salah satu Unit Pemakmuran Masjid Fatimatuzzahra – Purwokerto.

Yup, di MAFAZA lah kemudian saya kembali merajut kisah di udara. Dunia siaran, dunia yang sangat menyenangkan. Selain karakter dasar saya yang cerewet, siaran memiliki daya tarik lain untuk saya cintai. Menjadi seorang penyiar memiliki keasyikan tersendiri. KIta harus mampu mengendalikan perasaan. Apapun suasana hatinya, tetep aja qta harus terdengar enjoy di telinga. Waktu awal-awal dulu di DS, saya juga agak susah untuk itu. Apalagi mentang-mentang radio sendiri, jadi awalnya agak gk peduli. Dulu pernah, waktu lagi sedih, terbawa sampai siaran, nada suaranya jadi agak sendu-sendu gimana gitu. Padahal saya membawakan program acara pagi.Diprotes sama beberapa pendengar, jd warning jg buat saya. Sekarang, apapun kondisinya, ketika akan siaran, saya berusaha mentralisir perasaan. Kalau sudah menghadapi property siaran, biasanya semua jadi enjoy. Bahkan bisa lupa tuh sama kesedihan-kesedihan yang ada.

Saya sendiri mengidolakan Desta sang penyiar gokil. Waktu itu hampir ketemu waktu saya masih di Jakarta and sempetin maen ke tongkrongannya. Kenapa Desta??? Hemh...uniq aja kali ya!!! Desta punya suara yang khas. Sebenarnya voice-nya gk merdu, cempreng abiz!!tapi jstru itu yang bikin Desta beda ^_^! udah gitu, celotehan dan improve-nya dia itu cerdas. Dia bisa meladeni omongan orang lain dengan canda yang cerdas n gk jayuz. Ya, sekdar ngefans karena potensi dia aja, nggak lebih!!! J.

Saya sendiri juga sebenarnya suaranya pas-pasan banget, bahkan shinta tuh rada cadel. Tadinya nggak pede buat siaran. Kalo denger suara sendiri juga kayaknya aneh-aneh gimana gitu… :p . Suara saya tipe cadel, gk perfect untuk seorang penyiar. Hanya berbekal pede aja, saya berani untuk coba-coba jadi penyiar. Kata orang itu justru jadi ciri khas. J .

Yang pasti dunia broadcast itu sangat menyenangkan. Tapi juga kudu ati2. Ya, yang proporsional aja. Banyak hal-hal yang harus kita jaga. Dari mulai kritik tajam sampe fitnah...semua pernah saya alami. Kalau saya sendiri, kalo mo siaran, semua diniatkan dakwah, lillah ta'ala. Insya Allah lancar-lancar aja, kalau ada hal-hal yang nggak diinginkan, anggap aja ujian, tinggal kita-nya aja...bisa survive apa nggak. Sampai saat ini juga shinta blom bisa memutuskan gabung di radio swasta, selain karena waktu yang belum memungkinkan, disini juga belum nemu radio station yang sreg. Saya ingin radio station yng bisa membuat penyiarnya berkembang and ada banyak ruang-ruang untuk improve, bukan sekedar manut script.

Oya,nieh ada sample voice saya, sekalian di-upload disini. Ya, barangkali bos prambors buka blog ini n denger.he3 (ngimpi kali ye...bisa siaran duet sama Desta...:-) )

Title: Berbagi Cinta Lewat Udara...; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

2 comments:

omoshiroi said...

wah panjang juga ye pengalamannye..hehe,,
dunia broadcasting memang menarik, gw pun sangat tertarik tuh ama yang begituan. namun apa daya, kadar PD gw masih sangat rendah, jadi kesempatan-kesempatan yang pernah menggoda cuma gw diemin aje..^lho malah jadi curhat colongan^

Anak yang masih belajar said...

Salam kenal ukhti :)