Deras sungai memberhentikan perjalanan di
sepertiga akhir siang kala itu. Meski ada jembatan bambu yang masih mampu
menopang kendaraan motor , kami memilih jalan setapak untuk sejenak menengok
sisi bukit yang lain. Gerakan turbin sesekali menjadi musik pengiring
perjalanan, dan dari sanalah kami tahu itu adalah sumber pelita yang telah memercikan peradaban kepada warga.
Hanya sekitar dua puluh kepala keluarga, warga asli setempat, yang bertahan di
tanah perbukitan tersebut. Aliran listrik belum sampai di dusun ini. Mereka
mengusahakan sendiri untuk dapat menerangi rumah masing-masing. Sekedar untuk
menambah semangat anak-anak mereka belajar di rumah setelah berjalan jauh berkilo-kilometer ke
sekolah. Mereka tetap ingin anak-anak menjadi pintar, supaya dapat membangun
dusun mereka yang redup redam. Itulah
sepotong kisah dari dusun Rinjing, Gununglurah, Cilongok.
Rinjing adalah salah satu titik disitribusi
dari salah satu lokasi penyembelihan Kampung Qurban yang mencakup beberapa desa
lain diantaranya : Karanggondang,
Sambirata dan Pesawahan, Gununglurah.
Tentu bukan sekedar keratan daging Qurban yang disampaikan nantinya di
KAMPUNG QURBAN. Ini bukan sekedar urusan seekor domba Qurban, ini adalah bukti
cinta dan ketaqwaan kita pada sesama. Agar asa itu tetap menyala, agar mimpi
itu tetap dapat bersemi, agar senyum itu mengulumkan pesan bahwa Islam adalah
rahmat untuk semua orang, tak ada yang terabaikan. Semoga.
No comments:
Post a Comment