#catatanRingan
Semua orang mungkin
setuju bahwa rumah memang tempat paling menenangkan. Rumahku syurgaku, begitu
ungkapannya. Apalagi bagi perempuan, rumah adalah tempat yang terbaik. Dengan
argumen apapun juga, saya mengiyakan kutipan hadits bahwa rumah adalah sebaik-baiknya
tempat bagi wanita. Tentu saja bukan berarti untuk melarang wanita secara penuh
perempuan untuk keluar rumah. Penjelasan tentang itu pernah saya tanyakan
langsung ke ustadz, kapan-kapan saja kita bahas.hehe. Saya hanya sedang berpikir, bahwa tentunya
sangat menyenangkan ketika kita punya pekerjaan yang bisa dilakukan dengan
tetap di rumah. Tentunya banyak sekali jenis profesi yang bisa dilakukan dengan
tetap dirumah. Salah satunya adalah menjadi penulis! Yup, menulis!
Teringat pada
kata-kata seorang teman, dia novelis, yang pernah bilang bahwa "ketika
wanita memilih untuk tetap bekerja dan tetap menjadi ibu rumah tangga, maka
profesi penulis adalah pilihan pekerjaan yang luar biasa bagi mereka..."
(kalau ada sedikit salah-salah kutip, maapin deh ya mas.hehe).
Menulis sebagai
profesi mungkin belum menjadi hal yang lumrah di negeri kita, walaupun fakta
sudah banyak yang membuktikan bahwa aktivitas tersebut sangat prospektif. Saya
termasuk orang yang meyakini fakta-fakta itu sedari dulu. Ya, sedari saya
remaja sudah yakin bahwa menulis itu bisa menjadi pekerjaan. Meski ketika di
beberapa hari saya mendaftar di sebuah sekolah tinggi swasta untuk mempelajari
penulisan skenario, keinginan tersebut mendapat penolakan yang kuat dari
keluarga. Wajar, itu terjadi , mungkin karena keluarga besar saya lebih banyak
yang berprofesi di bidang yang umum seperti dokter, insinyur, pengusaha, guru,
hingga PNS. Bahkan ketika saya tetap menulis, dari keluarga tetap saja beberapa
kali mengingatkan saya untuk membatasi diri untuk tidak banyak menulis di ranah
fiksi. Dan hal itu juga menjadi salah satu alasan saya untuk sangat
berhati-hati ketika ingin menulis cerpen atau novel.hehe.. Kok jadi curcol ya??
:p
Back to topic, bahwa
menjadi penulis adalah profesi yang bagus untuk perempuan. Saya nggak mikir
yang jauh-jauh. Bayangkan saja bahwa kita bisa bekerja di rumah sendiri,
tentunya sangat menyenangkan. Bahwa tiap pagi setelah melepas suami pergi
bekerja, rumah sudah diberesin, sejenak menyempatkan diri sholat dhuha, dan kemudian
menyapa monitor dengan deretan deadline. Kita tak perlu seragam kerja atau jam
kerja yang mengikat. Kalau para pegawai itu banyak yang menggunakan rok mini
untuk seragam kerjanya, kita juga bisa pake rok mini aja tapi itu di rumah.
Tidak mengandung mudharat.hehe. Perempuan bebas kok untuk berekspresi apapun
juga, tapi ada tempatnya. Tidak disemua tempat kita harus menyamakan porsi
kebebasan. Kalo kata Dee : "ketika kebebasan menjadi sebuah keharusan,
bukankah itu sudah tidak bebas??" ^_^
Menjadi penulis itu
juga cakupannya luas. Mungkin kita masih mengasosiasikan profesi penulis dengan
orang-orang yang menulis novel, cerpen, dan lain-lain. Ya, mereka juga penulis,
tapi spesifikasinya mungkin sebagai novelis atau cerpenis. Menurut saya banyak
sekali bidang yang bisa ditekuni oleh penulis. Misalnya sebagai kontributor,
kolumnis, editor, atau translator. Kalau menurut saya ketika kita menerjemahkan
teks, kita juga harus punya kemampuan menulis, apalagi ketika yang
diterjemahkan adalah teks buku. Ini sih sok tau saya saja, dulu kalau kelas
terjemahan saya juga sering bolos.hehe. Tapi besok renananya juga pengen
ngambil kuliah lagi dengan konsentrasi penerjemahan kok, doain yak biar semua
lancar...:p . *nglirikTabungan*.
Dulu saya pernah
membantu teman yang menjadi editor freelance. Aktivitas yang menarik. Apalagi
bagi editor-editor buku freelance yang tak harus ke tempat kerja. Editor adalah
pembaca naskah pertama sebuah buku, dan punya "kesewenang-wenangan"
untuk mengubah beberapa bagian naskah. Seru kan?. Saya juga pernah menjadi
kontributor beberapa website. Terakhir kemarin saya diminta untuk menulis untuk
sebuah website komersil yang bertajuk kearifan lokal Banyumas.
Jadi ghostwriter juga
kayaknya menarik. Saya ingin terus belajar menulis biar bisa dipercaya jadi
ghostwriter. Mungkin ghostwriter bisa menjadi latihan bagaimana menulis dengan
ikhlas, karena mereka kan menulis untuk orang lain, tidak boleh mencantumkan
nama sendiri.hehe.
Menarik kan
berprofesi menjadi penulis. Apalagi kalau kita juga punya expert di bidang
tertentu dan suka menulis, wah peluang besar untuk bisa jadi kolumnis tuh.
Misalnya kita ahi di bidang kesehatan, dan kita menulis, wah bisa ngiri rubrik
kesehatan, bisa jadi pengasuh konsultasi di media, dll. Termasuk juga ketika kita
punya bargaining position di publik dan kemudian kita suka menulis, itu
merupakan kesempatan yang bagus juga.
Tentu saja saya menulis
ini tanpa mengurangi apresiasi setinggi-tingginya pada jenis profesi lain.
Apapun itu selama bisa halal dan bisa bermanfaat bagi banyak orang, itu sangat
bagus. Sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Tapi kalau
yang jadi pegawai kemudian pengen pensiun dan memilih jadi penulis, wah itu
bagus!!hehe. Kalau masalah penghasilan, itu sih kembali pada diri kita
masing-masing. Kalau kita qona'ah, berapapun itu rezeki yang diterima pasti
mencukupi kok. Lagian rezeki itu sudah diatur, dan itu juga menjadi ujian hidup
kita. Bersyukurlah orang yang dilimpahi kelebihan rezeki dan bersyukur juga lah
orang-orang yang mungkin tidak terlalu banyak berkelimpahan rezeki, karena itu
semua adalah titipan yang juga harus dipertanggungjawabkan penggunaannya. Kalau
punya rezeki banyak berarti tanggungjawab kita banyak juga, karena itu bukan
hak kita sepenuhnya. Tuhan menguji kita baik dengan kelapangan ataupun
kesempitan. ;) . Tapi orang Islam juga harus kaya, karena dengan kaya kita bisa
membantu banyak hal di jalan perjuangan... #SemangatAktivisDakwah mode ON..
hehe .
Penulis hanyalah
salah satu contoh saja untuk menjadi solusi diskursus tentang perempuan antara
karir dan rumah tangga. Semua itu tak selalu harus di vis a vis kan.Tentu saja
banyak contoh lain yang juga tak kalah luar biasa. Yang lebih luar biasa lagi
adalah perempuan yang tetap bisa bekerja diluar rumah, mampu mengkomunikasikan
dengan baik pada suami, dan semua tanggungjawab di rumah juga beres, waaah..
two thumbs up!! :p . Bagi yang masih single, kesempatan untuk mencari
pengalaman dan ilmu yang lebih luas lagi. Saya juga masih enjoy jadi penyiar,
wartawan freelance, kontributor, masih enjoy untuk berkontribusi pada berbagai
macam kegiatan di luar kota, masih semangat apply beasiswa keluar negeri, dan
yang lain-lain. Mumpung masih sendiri, masih banyak waktu bebas.., harus
dimanfaatkan dengan baik! :p .
Jadi entrepreneur
juga menarik, dagang, apalagi kalau bisa dikerjakan dari rumah juga. By the way
tentang itu, saya juga lagi dagang nih, sebenarnya sudah dari lumayan lama,
tapi sessi foto-fotonya baru selesai diberesin kemarin. Saya buat online-shop
nya toko busana muslim Az-Zahra (yang tokonya ada di dekat Moro Purwokerto).
Nanti kalo fanpage dan webblog nya sudah jadi, pada belanja ya!!! hehe.. #promo
mode ON.
The last, mari
muslimah Indonesia, semangat berkarya dan bermanfaat bagi ummat! ;) .
14 April 2012,
Kawasan Madrani, Purwokerto Kota Satria, beberapa menit menjelang berangkat ke
kampung halaman..Mudik, yeiy!
#akhirnya bisa
memutuskan pulang juga, tiga pekan tak pulang, bahkan tadi pagi juga hampir
membatalkan pulang karena mixer radio rusak.. Haiiissssy, ada-ada ajaaaaah!!!
Tegal, im coming. Ayo rapat FLP, rapat KAKI, dan rapat-rapat yang lain.. :p
(tukang rapat!)
#saya baru ngeh,
target berat badan ideal saya sudah tercapai di dua bulan terakhir,52 kg!! Awas
ya, jangan sampai pada ngomong saya kurus! Saya nggak kurus, saya
proporsional... :p
No comments:
Post a Comment