Pages

Saturday, April 14, 2012

Rumahku Kantorku : Syurgaku, Insya Allah.




#catatanRingan


Semua orang mungkin setuju bahwa rumah memang tempat paling menenangkan. Rumahku syurgaku, begitu ungkapannya. Apalagi bagi perempuan, rumah adalah tempat yang terbaik. Dengan argumen apapun juga, saya mengiyakan kutipan hadits bahwa rumah adalah sebaik-baiknya tempat bagi wanita. Tentu saja bukan berarti untuk melarang wanita secara penuh perempuan untuk keluar rumah. Penjelasan tentang itu pernah saya tanyakan langsung ke ustadz, kapan-kapan saja kita bahas.hehe.  Saya hanya sedang berpikir, bahwa tentunya sangat menyenangkan ketika kita punya pekerjaan yang bisa dilakukan dengan tetap di rumah. Tentunya banyak sekali jenis profesi yang bisa dilakukan dengan tetap dirumah. Salah satunya adalah menjadi penulis! Yup, menulis!

Teringat pada kata-kata seorang teman, dia novelis, yang pernah bilang bahwa "ketika wanita memilih untuk tetap bekerja dan tetap menjadi ibu rumah tangga, maka profesi penulis adalah pilihan pekerjaan yang luar biasa bagi mereka..." (kalau ada sedikit salah-salah kutip, maapin deh ya mas.hehe).


Menulis sebagai profesi mungkin belum menjadi hal yang lumrah di negeri kita, walaupun fakta sudah banyak yang membuktikan bahwa aktivitas tersebut sangat prospektif. Saya termasuk orang yang meyakini fakta-fakta itu sedari dulu. Ya, sedari saya remaja sudah yakin bahwa menulis itu bisa menjadi pekerjaan. Meski ketika di beberapa hari saya mendaftar di sebuah sekolah tinggi swasta untuk mempelajari penulisan skenario, keinginan tersebut mendapat penolakan yang kuat dari keluarga. Wajar, itu terjadi , mungkin karena keluarga besar saya lebih banyak yang berprofesi di bidang yang umum seperti dokter, insinyur, pengusaha, guru, hingga PNS. Bahkan ketika saya tetap menulis, dari keluarga tetap saja beberapa kali mengingatkan saya untuk membatasi diri untuk tidak banyak menulis di ranah fiksi. Dan hal itu juga menjadi salah satu alasan saya untuk sangat berhati-hati ketika ingin menulis cerpen atau novel.hehe.. Kok jadi curcol ya?? :p

Back to topic, bahwa menjadi penulis adalah profesi yang bagus untuk perempuan. Saya nggak mikir yang jauh-jauh. Bayangkan saja bahwa kita bisa bekerja di rumah sendiri, tentunya sangat menyenangkan. Bahwa tiap pagi setelah melepas suami pergi bekerja, rumah sudah diberesin, sejenak menyempatkan diri sholat dhuha, dan kemudian menyapa monitor dengan deretan deadline. Kita tak perlu seragam kerja atau jam kerja yang mengikat. Kalau para pegawai itu banyak yang menggunakan rok mini untuk seragam kerjanya, kita juga bisa pake rok mini aja tapi itu di rumah. Tidak mengandung mudharat.hehe. Perempuan bebas kok untuk berekspresi apapun juga, tapi ada tempatnya. Tidak disemua tempat kita harus menyamakan porsi kebebasan. Kalo kata Dee : "ketika kebebasan menjadi sebuah keharusan, bukankah itu sudah tidak bebas??" ^_^

Menjadi penulis itu juga cakupannya luas. Mungkin kita masih mengasosiasikan profesi penulis dengan orang-orang yang menulis novel, cerpen, dan lain-lain. Ya, mereka juga penulis, tapi spesifikasinya mungkin sebagai novelis atau cerpenis. Menurut saya banyak sekali bidang yang bisa ditekuni oleh penulis. Misalnya sebagai kontributor, kolumnis, editor, atau translator. Kalau menurut saya ketika kita menerjemahkan teks, kita juga harus punya kemampuan menulis, apalagi ketika yang diterjemahkan adalah teks buku. Ini sih sok tau saya saja, dulu kalau kelas terjemahan saya juga sering bolos.hehe. Tapi besok renananya juga pengen ngambil kuliah lagi dengan konsentrasi penerjemahan kok, doain yak biar semua lancar...:p . *nglirikTabungan*.

Dulu saya pernah membantu teman yang menjadi editor freelance. Aktivitas yang menarik. Apalagi bagi editor-editor buku freelance yang tak harus ke tempat kerja. Editor adalah pembaca naskah pertama sebuah buku, dan punya "kesewenang-wenangan" untuk mengubah beberapa bagian naskah. Seru kan?. Saya juga pernah menjadi kontributor beberapa website. Terakhir kemarin saya diminta untuk menulis untuk sebuah website komersil yang bertajuk kearifan lokal Banyumas.

Jadi ghostwriter juga kayaknya menarik. Saya ingin terus belajar menulis biar bisa dipercaya jadi ghostwriter. Mungkin ghostwriter bisa menjadi latihan bagaimana menulis dengan ikhlas, karena mereka kan menulis untuk orang lain, tidak boleh mencantumkan nama sendiri.hehe.

Menarik kan berprofesi menjadi penulis. Apalagi kalau kita juga punya expert di bidang tertentu dan suka menulis, wah peluang besar untuk bisa jadi kolumnis tuh. Misalnya kita ahi di bidang kesehatan, dan kita menulis, wah bisa ngiri rubrik kesehatan, bisa jadi pengasuh konsultasi di media, dll. Termasuk juga ketika kita punya bargaining position di publik dan kemudian kita suka menulis, itu merupakan kesempatan yang bagus juga.

Tentu saja saya menulis ini tanpa mengurangi apresiasi setinggi-tingginya pada jenis profesi lain. Apapun itu selama bisa halal dan bisa bermanfaat bagi banyak orang, itu sangat bagus. Sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Tapi kalau yang jadi pegawai kemudian pengen pensiun dan memilih jadi penulis, wah itu bagus!!hehe. Kalau masalah penghasilan, itu sih kembali pada diri kita masing-masing. Kalau kita qona'ah, berapapun itu rezeki yang diterima pasti mencukupi kok. Lagian rezeki itu sudah diatur, dan itu juga menjadi ujian hidup kita. Bersyukurlah orang yang dilimpahi kelebihan rezeki dan bersyukur juga lah orang-orang yang mungkin tidak terlalu banyak berkelimpahan rezeki, karena itu semua adalah titipan yang juga harus dipertanggungjawabkan penggunaannya. Kalau punya rezeki banyak berarti tanggungjawab kita banyak juga, karena itu bukan hak kita sepenuhnya. Tuhan menguji kita baik dengan kelapangan ataupun kesempitan. ;) . Tapi orang Islam juga harus kaya, karena dengan kaya kita bisa membantu banyak hal di jalan perjuangan... #SemangatAktivisDakwah mode ON.. hehe .

Penulis hanyalah salah satu contoh saja untuk menjadi solusi diskursus tentang perempuan antara karir dan rumah tangga. Semua itu tak selalu harus di vis a vis kan.Tentu saja banyak contoh lain yang juga tak kalah luar biasa. Yang lebih luar biasa lagi adalah perempuan yang tetap bisa bekerja diluar rumah, mampu mengkomunikasikan dengan baik pada suami, dan semua tanggungjawab di rumah juga beres, waaah.. two thumbs up!! :p . Bagi yang masih single, kesempatan untuk mencari pengalaman dan ilmu yang lebih luas lagi. Saya juga masih enjoy jadi penyiar, wartawan freelance, kontributor, masih enjoy untuk berkontribusi pada berbagai macam kegiatan di luar kota, masih semangat apply beasiswa keluar negeri, dan yang lain-lain. Mumpung masih sendiri, masih banyak waktu bebas.., harus dimanfaatkan dengan baik! :p .

Jadi entrepreneur juga menarik, dagang, apalagi kalau bisa dikerjakan dari rumah juga. By the way tentang itu, saya juga lagi dagang nih, sebenarnya sudah dari lumayan lama, tapi sessi foto-fotonya baru selesai diberesin kemarin. Saya buat online-shop nya toko busana muslim Az-Zahra (yang tokonya ada di dekat Moro Purwokerto). Nanti kalo fanpage dan webblog nya sudah jadi, pada belanja ya!!! hehe.. #promo mode ON.


The last, mari muslimah Indonesia, semangat berkarya dan bermanfaat bagi ummat! ;) .


14 April 2012, Kawasan Madrani, Purwokerto Kota Satria, beberapa menit menjelang berangkat ke kampung halaman..Mudik, yeiy!




#akhirnya bisa memutuskan pulang juga, tiga pekan tak pulang, bahkan tadi pagi juga hampir membatalkan pulang karena mixer radio rusak.. Haiiissssy, ada-ada ajaaaaah!!! Tegal, im coming. Ayo rapat FLP, rapat KAKI, dan rapat-rapat yang lain.. :p (tukang rapat!)

#saya baru ngeh, target berat badan ideal saya sudah tercapai di dua bulan terakhir,52 kg!! Awas ya, jangan sampai pada ngomong saya kurus! Saya nggak kurus, saya proporsional... :p










Title: Rumahku Kantorku : Syurgaku, Insya Allah.; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: