Pages

Wednesday, January 26, 2011

Het Geheim van Meede : Sebuah Kisah “Emas” dari VOC


Buku lama yang baru kuselesaikan resensi-nya, karena sedang "tergila-gila" untuk belajar menulis resensi yang menarik.


Menanggung hutang ternyata sudah menjadi garis nasib yang harus diterima negara ini sejak zaman kolonial dahulu. Bak jatuh tertimpa tangga, berharap penjajahan bisa benar-benar berakhir, di Ronde Tofel Conferentie (Konferensi Meja Bundar) justru mengantarkan Indonesia untuk menanggung hutang colonial hingga sebesar 4,3 miliar gulden yang setara dengan 1,13 miliar dolar Amerika. Tak banyak yang mengetahui alasan delegasi Indonesia akhirnya menyetujui isi perundingan tersebut.

Sejarah kolonial memang memiliki sisi menarik untuk dipelajari. Bukan hanya sebagai refleksi mengenai kejinya penjajahan, namun kita bisa belajar lebih bijak untuk melihat sebuah rangkaian peristiwa. Buku “Rahasia Meede” bisa memberikan pencerahan itu.. Tak berlebihan rasanya jika E.S Ito disebut sebagai maestro thriller sejarah Indonesia. Tak sedikit endorsement yang menyatakan itu pada cetakakan ke III buku ini. Keakuratan fakta sejarah yang dituangkan dalam buku ini terjalin manis dengan imajinasi sang penulis. E.S Ito dengan begitu lugasnya memaparkan sejarah VOC, sebuah kongsi dagang yang tenar di masa Hindia-Belanda. Bagian penting dari hasil Konferensi Meja Bundar adalah dokumen penyerahan kedaulatan. Dokumen itu terdiri dari : empat lembar protokol, satu lembar piagam penyerahan kedaulatan, tiga lembar statuta uni Indonesia-Belanda, dua lembar persetujuan perpindahan. Mohammad Hatta (ketua delegasi Indonesia) dan Dr.W.Dress (ketua delegasi Belanda) menandatangani tiga dokumen tersebut. Sedangkan satu dokumen lainnya, yaitu akta penyerahan dan pengakuan kedaulatan sebanyak enam embar ditandatangani oleh Ratu Juliana dan Hatta serta menteri-menteri dalam kabinet Dress dan anggota delegasi Hatta.

Dalam pengiriman dokumen-dokumen tersebut ke Indonesia, terjadi kekacauan, yang diduga hal itu disengaja untuk merahasiakan salah sau dokumen. Dokumen itu diselipkan bersama-sama dengan barang cetakan dan dokumen KMB lainnya oleh Ministerie van Uniezaken en Overzeese Rijksdelen Den Haag untuk delegasi RI. Melihat tujuan pengiriman tersebut tak akan nampak bahwa didalamnya tersembunyi sebuah dokumen yanng sangat penting. Saat itu, chaos yang terjadi apakah dokumen tersebut dikirimkan pada pemerintah RI di Jogjakarta atau pemerintah RIS di Jakarta.

Keberadaan dokumen yang sangat penting itu yang pernah membuat Pieter Erberveld, laki-laki kkulit putih dikutuk sepanjang sejarah Hindia Belanda. Dokumen yang diberi sebutan ”sabda revolusi”, yang menyelematkan Indonesia dari hutang besar kolonial. Dokumen yang membuat beberapa orang mengerahkan energi dan waktunya untuk sebuah pencarian harta karun peninggalan VOC.

Kisah dalam novel ini mengajak kita kembali menilik kejayaan VOC pada era-nya. Kebangkrutan VOC seperti yang kita tahu, ternyata tidak semata-mata bangkrut dan tak memiliki peninggalan sedikitpun. Penambangan emas di Salido Ketek, sebuah daerah kecil di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, diduga merupakan sumber dari harta karun VOC yang tak pernah terkuat. Sejak pertama kali ditambang pada tahun 1670, produksi emas Salido yang ditambang VOC sangat luar biasa banyaknya. Namun VOC hanya memiliki sebagian kecil dari produksi emas tersebut.
Dalam menjalankan operasi dagangnya, VOC dikendalikan oleh suatu badan hukum yang bernama Hereen Zeventeen. Dalam bahasa Indonesia, Hereen Zeventeen berarti ”Tujuh Belas Tuan-Tuan”, yang dimaksud disini adalah sebuah badan yang terdiri dari tujuh belas orang terhormat yang mewakili enam Kamers, yaitu Amsterdam, Middlebug, Delf, Rotterdam, Hoorn, dan Enkhuizen. Hereen Zeventeen berpusat di Amsterdam. Dan sesuai Octroi kerajaan, Gubenernur Jenderal VOC bertanggungjawab kepada Hereen Zeventeen. Itu yang berlaku secara de jure.

Pada fakta-nya, VOC tidak saklek bertanggunngjawab kepada Hereen Zeventeen, namun kongsi dagang ini dikuasai oleh Monsterverbond. Monsterverbond adalah kelompok rahasia yang mengendalikan VOC, semacam klendestin pada abad pertengahan. Kontrol Hereen Zeventeen terhadap VOC sangat lemah, padahal kekuasaan VOC sangat luar terbentang. Monsterverbond memiliki kekuatan dalam pengendalian kongsi dagang ini karena komplotan ini bisa dibilang sebagai sebuah persekutuan antar unsur-unsur yang menakutkan.

Monsterverbond dikomandoi oleh Cornelis Janszoon Speelman, pejabat Belanda yang ditugasi untuk menggempur Hasanuddin di Makasar. Dalam penyerangan itu, dia dibantu oleh dua orang pribumi , yaitu Arung Palakka dan Kapitan Jongker. Tiga orang inilah yang menjadi pemimpin terkemuka dari Monsterverbond. Ketiganya mengakhiri misi di Makasar dengan Perjanjian Bongaya pada 28 November 1667. Ketiga orang tersebut terrgabung dengan sebuah kondisi psikologis yang sama yaitu perasaan tersisih. Speelman adalah petinggi VOC yang tersisih dalam pergaulan karena pernah terbukti terlibat dalam sebuah perdagangan gelap di Coromandel tahun 1665. Arung Palakka adalah putra mahkota Bugis dari kerajaan Bone yang menjadi tawanan kerajaan Makassar dan melarikan diri ke Batavia tahun 1660 dan diterima ikeh VOC. Kapitan Jonker adalah seorang panglima dari Pulau Manipa, Ambon. Dia tak pernah menguasai satu daerah di mana oranng mengakuinya sebagai daulat. Kemudian Jonker bergabung dengan VOC.

Monsterverbond inilah yang kemudian menerima harta karun VOC sebagai bayaran. Ketiga unsur kekuatan Monsterverbond ini memiliki andil yang sangat penting bagi VOC terkait penaklukan beberapa daerah di Indonesia, Barat-Timur-dan tengah. Speelman dengan penaklukan Hasanuddin. Arung Palakka dengan keberhasilannya menghapus pengaruh Aceh di pesisir barat Sumatra. Kapitan Jonker dengan keberhasilannya menangkap Trunojoyo. Mereka bertiga telah menaklukan nusantara dan mengantarkan VOC mencapai puncak kejayannya pada masa Gubernur Jenderal Joan Maetsuyker. Untuk itulah VOC harus membayar mahal kepada Monsterverbond, bukan dalam bentuk barang tetapi hak monopoli emas. Salahsatunya yaitu monopoli penambangan emas di Salido Kretek, Sumatra Barat. Karena “kewajiban membayar” ini, terjadi manipulasi data-data kekayaan VOC, sampai akhirnya VOC dinyatakan bangkrut.

Sebuah uraian falta yang menarik dan Sangay menggairahkan kita untuk mengerti runut dramatika sejarah ekonomi kolonial. Sanjungan tak berlebihan diberikan lepada E.S Ito yang lihai mengemas kisah fakta ini dalam balutan drama penculikan, pembunuhan, dan persahabatan Kalek dan Batu - dua orang alumni Sekolah Menengah Taruna Nusantara. Tak ketinggalan juga drama keluarga yang menghadirkan tokoh-tokoh rekaan yang merupakan keturunan langsung dari beberapa pelaku sejarah yang semakin menguatkan kisah “Rahasia Meede” ini.

Walaupun dalam lembar biografi E.S Ito Sangay “pelit informasi”, dan mungkin itu sebagai refleksi kerendah hati-annya, tak ayal memang penyembunyian jatidiri-nya cukup bermanfaat untuk membuat pembaca tercengang-cengan dengan kisah novel ini. Mungkin akan berbeda kalau kemudian langsung mengetahui bahwa sang penulis juga adalah alumni sekolah militer Taruna Nusantara. Karena memang latar belakang persahabatan dua orang alumni sekolah TN ini menjadi hal yang unik dan dramatik menjadi salah satu bumbu dalam kisah ini dan juga di novel E.S Ito lainnya, Negara Kelima.

Beberapa hal menarik dalam novel ini juga mengenai sejarah beberapa lokasi di Jakarta. Sangat menyenangkan dan menegangkan mengikuti lika-liku terowongan rahasia yang berada dibawah jalanan ibu kota Jakarta. Membuat kita akan penasaran dan tertarik untuk mengetahui ihwal ibu kota Negara ini.

Pengemasan kisah yanng sungguh luar biasa cerdas. Tak seperti novel sejarah lain yang mungkin cenderung membosankan. Alur yang tak terduga dengan tokoh yang sangat banyak. Ya, mungkin banyaknya tokoh ini akan membuat sulit pembaca untuk mengetahui alur cerita sebenarnya. Mulai dengan group peneliti dari ketiga negara eropa, kemudian para pagawai ANRI yang ternyata memainkan peran cukup penting dalam drama ini, sampai seorang wartawan surat kabar. Tak luput juga tentang filosofi ajaran Gandhi dan juga teguhnya para pengagum Hatta. Ah, kisah ini benar-benar sangat kompleks. Dibandingkan dengan ”Negara Kelima” -novel E.S Ito mengenai kembalinya Nusantara- Rahasia Meede ini sangat kompleks. Pola cerita-nya sebenarnya hampir sama, ada kelompok muda radikal, fakta sejarah yang sedang diungkap, serta oknum penunggang yang memiliki kepentingan pribadi. Semuanya terjalin indah, dan sebenarnya E.S Ito sedang menceritakan fenomena-fenomena yang sedang terjadi di keseharian kita di bangsa ini. Antara benar dan salah menjadi semu, kabur, sudah menyatu dengan ego dan nafsu akan kekuasaan.

Sebagai sebuah buku sejarah, buku ini sangat menghibur, dan sebagai sebuah novel, buku ini sangat informatif dan mencerahkan. Bravo Es Ito!

Data Buku

Judul Buku: Rahasia Meede : Rahasia Harta Karun OC
Penulis: Es Ito
Penerbit: Hikmah, Mizan
Cetakan: ketiga, 2008
Isi: 675
ISBN:


*Sedang belajar menulis resensi yang menarik, mohon bimbingannya...^_^
Title: Het Geheim van Meede : Sebuah Kisah “Emas” dari VOC; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: