Pages

Tuesday, November 04, 2008

Recently Aborigin

Tiga belas Februari 2008 silam, perdana menteri Australia Kevin Rudd resmi meminta maaf kepada masyarakat Aborigin atas kesalahan pemerintah berupa ketidakadilan historis dan perampasan generasi selama abad ke-20. Ini merupakan sikap yang terlontar setelah proses yang berjalan sekitar belasan tahun. Sebagai penduduk asli, memang tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Aborigin selama ini telah mengalami “kenyataan sejarah” yang pahit. Masyarakat Aborigin merupakan penduduk Australia yang telah mendiami benua Australia dari sekitar +50.000 tahun yang lalu. Perkembangan Australia yang telah mengakibatkan banyaknya para imigran masuk berkonsekuensi pada terciptanya interaksi antara mereka (Suku asli dan pendatang).

Para pendatang pertama dari Inggris tiba pada tanggal 26 Januari 1788. Mereka adalah para tahanan yang dikirim ke sini sebagai hukuman atas kejahatan mereka, para pelaut dan tentara. Banyak lagi tawanan dan pendatang bebas yang terus berdatangan dan sampai tahun 1859 ada lima koloni baru disamping New South Wales – Tasmania, Australia Barat, Australia Selatan, Victoria dan Queensland.
Orang-orang berdatangan dari seluruh pelosok dunia ke Australia dan sampai tahun 1861 jumlah penduduk Australia hampir mencapai 1.200.000. Banyak imigran yang datang untuk mencari emas setelah emas ditemukan pertama kalinya pada tahun 1851, termasuk mereka yang datang dari Cina dalam jumlah yang besar. Pada pertengahan kedua dari abad 20, lebih dari 5.000.000 orang bermigrasi ke Australia. Sekarang sekurangnya 41% dari penduduk Australia dilahirkan baik di luar negeri atau anak dari pendatang yang dilahirkan di luar negeri. Lebih dari 140 negara membentuk populasi Australia yang sekarang berjumlah kira-kira. 19 juta.


Fakta sejarah mengatakan bahwa perkembangan diamika kependudukan di Australia telah banyak menorehkan ketidakadilan pada masyarakat Aborigin. Selama bertahun-tahun, Aborigin mendapatkan diskriminasi. Selama 12 tahun pertama era kolonial Inggris, masyrakat Aborigin “dipaksa” untuk mengikuti aturan hidup para pendatang (Bennettt Samuel dalam bukunya, Australian Discovery and Colonisation). Pada 1838, 28 orang Aborigin dibantai di Myall Creek.

Bagaimana Aborigin di era modern ?

"Tak seorang pun Aborigin masa kini bisa melupakan sejarah kolonisasi dan diskriminasi yang mereka alami sepanjang lebih dari 210 tahun,"
(The Dreamtime, yang diterbitkan sebuah yayasan Aborigin)

"Dua ratus tahun kolonisasi Australia adalah kisah pembantaian
dua abad bangsa kami,"
(Profesor Marcia Langton, seorang tokoh wanita Aborigin)

Setelah 168 tahun kemudian, keadaan itu tidak berubah jauh. Mengutip data Biro Statistik Australia 1994, sekitar 40% pria Aborigin, dan 42% kaum wanitanya, menderita penyakit.
Sebagian terbesar menderita penyakit saluran pernapasan: 34% pria dan 35% wanita. Mereka juga menderita asma, penyakit telinga, problem jantung, dan diabetes.
Meski sebagai penduduk asli Australia, nasib masyarakat Aborigin merasa didominasi oleh kaum pendatang. Hal itu diperburuk lagi dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang berada di kondisi cukup jauh dibanding kaum imigran. Selain kesenjangan yang terjadi, kaum aborigin merasa ada diskriminasi sehingga ruang geraknya menjadi sempit di perpolitikan, ekonomi, dan sosial.
Hingga kini, kerap kali terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh masyarakat Aborigin. Mereka kini mulai mengerti akan hak-hak manusia. Persamaan hak selalu menjadi isu yang diangkat oleh masyarakat Aborigin ketika pemberontakan

BENTROKAN antara masyarakat Aborigin dan aparat keamanan akhir pekan lalu lebih menggambarkan sentimen rasial termasuk api dalam sekam di Australia. Persoalan suku Aborigin masih menjadi isu sensitif. Sentimen rasial yang terkait dengan posisi kaum Aborigin mengandung kerawanan tinggi. Itulah yang terjadi hari Minggu 15 Februari malam. (KOMPAS)

Perlakuan terhadap kaum Aborigin antara tahun 1910 sampai tahun 1970 dianggap melanggar hak asasi manusia, lebih-lebih kalau dilihat dari perspektif sekarang. Saat ini ada sekitar 460.000 orang aborigin, atau dua persen dari 21 juta penduduk Australia. Banyak dari mereka tinggal di pemukiman terpencil dan hidup seperti warga negara miskin, padahal Australia adalah negara maju. Secara tidak langsung itu menunjukkan masih adanya dikotomi antara masyarakat asli dan kulit putih. Rasisme masih ada di Australia hingga sekarang. Walau kini dengan faktor “pengetahuan” masyarakat Aborigin yang meningkat dan kesadaran masyarakat kulit puith, tindak-tindak rasisme tersebut telah terminimalisir. Upaya pemerintah juga perlu dilibatkan dalam menciptakan interaksi masyarakat yang harmonis antara kedua kelompok masyarakat ini.
Pada tahun 1991 dibentuk Dewan Rekonsiliasi yang merupakan lembaga untuk merintis uapay rekonsiliasi antara masyarakat Aborigin dan kaum pendatang . Adapun tujuan Rekonsiliasi adalah:

persatuan negara Australia yang menghormati tanah air kita; menghargaiwarisan suku Aborigin dan Torres Strait Islander; dan memberi keadilan serta persamaan hak pada semua orang.

Pada tahun 1966 Parlemen Australia membuat pernyataan komitmen tentang persamaan hak bagi semua orang Australia. Ini termasuk komitmen dalam proses rekonsiliasi dengan suku Aborigin dan Torres Strait Islander – khususnya dalam mengatasi kerugian sosial dan ekonomi mereka. Pada bulan November 2000 pemerintah Australia dan semua pemerintah State dan Territory membuat komitmen untuk meneruskan dukungan mereka pada proses Rekonsiliasi dengan memperkecil kerugian yang dihadapi oleh suku pribumi Australia. Kini upaya itu telah sampai pada permintaan maaf pemerintah Australia yang diproklamirkan februari silam.


Title: Recently Aborigin; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: