Pages

Wednesday, December 12, 2007

Ketika Dakwah Menjadi Bulshit!!!

Terik mentari Jumat siang itu cukup menyengat, menciptakan fatamorgana di lembaran lapangan basket yang begitu menyilaukan mata yang memandang. Dengan sisa semangat dan tetap dengan canda cawa dan nuansa gembira, tiga perempuan berjilbab asyik bercengkerama di depan ruang M2. Hampir tiap pekan seperti itu.
Ngapain cewek-cewek berjilbab nongkrong siang2??nggosip??? Ups, dengerin aja dulu.

"Marilah kita buka acara siang ini dengan bacaan basmalah.........."

Miris sebenarnya aku ceritakan ini. Saat teh Yuka membuka acara ini, biasanya MCnya gantian kalo nggak aku, mbak yuka, rina. Pembicaranya juga gantian. Percaya tidak percaya, itu adalah acara kajian keputrian rohis sastra (ICCOl = Islamic Comunity of Literature). Mungkin yang pernah terbayang atau mungkin pernah mengalami sendiri, unit kegiatan mahasiswa di bidang kerohanian (aku gk mau nyebut ini LDK....) pasti banya. Tapi tidak dengan di kampus sastraku tercinta.

Disinilah ku mengerti arti perjuangan. Kampus sastra memiliki letak geografis yang terpisah jauh dari kampus pusat UNSOED. Tiap hari aku berurbanisasi dari kawasan kampus pusat UNSOED di grendeng menuju kampus sastra Kalibakal di bilangan kota. Menempati gedung lama bekas komunitas tionghoa, kampus sastraku berkembang sebagai kampus yang lumayan "apatis".

Begitu juga dengan kegiatan kemahasiswaan. Kali ini mungkin akan kubicarakan mengenai kegiatan kerohanian. Niatku adalah dakwah. Aku sedikit mengeyampingkan fakta perekayasaan UKM Kerohanian Kampus menjadi sebuah ladang untuk kelompok tertentu, Kondisi apatis kampus aku ambil sebagai peluang yang bagus untuk memurnikan UKM Dakwah.

Di UNSOED, kegiatan kerohanian di tiap fakultas disebut dengan UKI (Unit Kerohanian Islam) di tingkat Universitas ada UKKI (Unit Kordinasi Kerohanian Islam). Aku tak mau mambahas mengenai LDK (lembaga dakwah kampus). Aku menghargai niat awalnya sebagai upaya koordinasi dakwah. Namun, aku tak mau membenarkan rekayasa politik yang dilakukan.

Kembali mengenai ICOOL di kampus sastraku. Dari awal aku sudah mengazamkan dakwah disini. Aku menyadari, bukan kebetulan belaka yang membawaku ada di kampus nan gersang ini. Fakultas sastra baru berdiri tahun 2003. Maka ini hal yang wajar di usia seumuran itu.

Fenomena seperti diungkap diatas adalah hal yang sudah biasa aku rasakan. Aku bersama mbak Yuka adalah couple yang insya Allah terus setia pada jalan dakwah ini. Aku berani berkata BULLSHIT pada UKKI Unsoed yang katanya sebagai lembaga koordinasi UKI. Aku bilang mereka sudah saatnya tobat dan memurnikan diri sebagai unit kegiatan dakwah. Di bdang keputrian saja, mana letak ukhuwah yang mereka agung-agungkan???? Kehadiran mereka di ICOOL UNSOED bisa dihitung dengan jari (setahun paling banter 5 kali). Padalah satu UNSOED, sedangkan komunikasi dengan LDK-nya mereka mungkin bisa sering banget. Maaf kalo agak emosi, tak ada niatan seperti itu. Hanya saja aku memang benci pada orang-orang yang meng-eksklusifkan dakwah untuk golongan mereka saja dan menganggap mereka adalah golongan yang paling benar. Apa sebenarnya makna "ikhwah" bagi mereka. Sejatinya ikhwah itu adalah saudara. Namun kenyataannya, ikhwah bagi mereka adalah "satu Islam, satu aliran, satu organisasi, satu......" (aku tak ingin menyebut namanya. Dimana sejatinya dakwah yang mereka usung tinggi-tinggi??? Apa hanya menjadi jargon saja???


Sudah kerap kali mbak Yuka sharing kepadaku tentang bagaimana kesalnya beliau pada rekan-rekan di UKI kampus pusat. Mereka menginginkan partisipasi kita di kampus sastra, tapi bahkan mereka mungkin tidak pernah ingat kepada kami disini. Mbak Yuka yang jelas-jelas mungkin bukan orang yang "pemberontak" seperti aku berkata seperti itu.

Murobhiku Sayang, Murobhiku Malang

Kisah lain misalnya, tentang mentoring. Aku secara pribadi bukan orang "liqo". Namun, aku tetap ikut program mentoring ini. Toh, bagiku Islam itu adalah sejatinya kebenaran. Tidak ada yang dapat memonopoli kebenaran ISlam, dari golongan manapun. NIatku adalah, mengikis kegersangan kampus sastra dengan kegiatan-kegiatan rohani. Entah apapun itu, aku nggak melihat golongan apa yang dibelakangnya. Bahkan, kalau Al-Qiyadah bisa masuk ke kampus ini, aku welcome,itu aku pandang sebagai sebuah stimulan akan kesadaran Islam. Ok, kembali mengenai liqo. Aku ikut dalam satu kelompok dengan 4 orang teman lainnya yang satu angkatan. Tadinya aku merasakan sebuah ukhuwah yang menjadi sebuah semangat tersendiri. Murobhi-nya didatangkan dari kampus pusat (fakultas pertanian) karana memang stok murobhi di sastra msh nol (itu menurut standar mereka).

Tapi apa??? pertemuan liqo itu paling banter hanya berjalan 3-4 kali selama satu tahun kemaren. Entah kenapa. Mungkin karena jarak yang jauh yang menjadi penghambat. Beberapa kali pertemuan kita gagal, padahal peserta liqo sudah menanti-nanti. Lucunya lagi, selama pertemuan di tahun itu, murobhi kita dioper-oper. Maksudnya apa nieh??? Jujur aku lumayan kesel. Aku sendiri juga kos-nya ada di kampus pusat, yang harus nunggu angkot setengah jam untuk nyampe kampus sastra. Bahkan mungkin kalo aku boleh bilang, aku sendiri banyak akses kok untuk mendapat komunitas-komunitas kajian seperti itu, tanpa harus mengikuti liqo. Tapi, sekali lagi kukatakan, bukan diriku pribadi yang aku pikirkan. Aku memikirkan teman-teman di kampus sastra. Kalau mereka tidak distimulasi dari luar, ya akan stagnan.

Entah lah, status UKKI sebagai UKM kerohanian pun masih aku ragukan.

KIsah lain yang mungkin pernah membuat aku gak habis pikir (jujur aku menangis juga waktu itu) adalah pada saat mo mengadakan TEKAD 2(training kader II). Waktu itu bekerjasama dengan UKI dari D3 Bahasa Inggris. Dengan materi-materi yang sudah dikurikulumkan, ada inisiatif mengambil pembicara-pembicara dari berbagai latar belakang. Ternyata ada masalah disni, beberapa panitia tidak setuju dengan pemilihan beberapa pembicara yaitu Mas YUda, Mas UUd, dan mas Agung.KEnapa??? Jawabannya sebenarnya jelas, nama-nama yang disebutkan tadi adalah aktivis HMI, dan mereka anggap bukan "ikhwah". Apa-apaan lagi ini????lacur nian!!! sejak kapan mereka punya kuasa untuk mengkafirkan saudaranya sendiri sesama Islam????
Wah...aku nggak kuat menceritakan hal ini. Aku sempat mengungkapkan kekecewaan pada salah satu "akhwat" itu. Aku dengan polosnya hanya berkata, "Mbak, mas Yuda adalah temenku, aku nggak mikir politis, aku sangat sedih ketika temenku mbak anggap kafir....."

Aku cuma berharap pada rekan-rekan yang mengatasnamakan sebagai aktivis dakwah kampus, Apakah memang benar-benar murni dakwah yang anda jalani???? Dakwah itu memiliki makna yang tidak sesempit daun kelor. Tolong direfleksikan kembali pemikiran dakwah yang anda jalani, saya tidak menjudge anda salah, saya yakin anda memiliki niat yang sangat mulia, namun tolong diruntut jalan dakwah yang anda lalui. Jangan sandingkan dengan hal-hal politis, walaupun itu aku yakin tidak bisa murni 100%. Elemen dakwah itu banyak. Allah menciptakan Islam sebagai rahmatan lil alamin, menciptakan golongan2 untuk saling bersaudara. Allah pun masih memiliki rasa sayang pada orang kafir dengan memberinya nafas, lalu kenapa kita picik menganggap orang diluar golongan sebagai orang yang tidak sejalan????

Mungkin aku hanyalah orang yang belum tau banyak, aku hanya menuliskan apa yang aku rasakan dan apa yang aku pikirkan. Segalanya dengan cinta.


Purwokerto, Dec '07

-with full luph--



Title: Ketika Dakwah Menjadi Bulshit!!!; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

3 comments:

Anonymous said...

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Ukhti fillah..., smoga Anda juga tidak merasa risi dengan panggilan itu yaa...
Maaf jika saya begitu lancang menulis surat kepada Anda.
Perkenalkan nama saya Ali Kurniawan mantan Ketua UKI Fapet Unsoed 96.
Barusan saya baca tulisan Anda dg judul "Ketika Dakwah Menjadi Bulshit". Jujur saya akui, Anda cukup bagus mengapresiasikan apa yang menjadi kekesalan Anda. Itu mungkin karena sejak awal Anda punya bakat dalam menulis, ditambah karena memang tempat Anda belajar adalah dunia dimana orang dituntut untuk bisa menulis. Saya salut dengan Anda.
Cukup menarik dengan apa yang Anda tulis

Anonymous said...

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Ukhti fillah..., smoga Anda juga tidak merasa risi dengan panggilan itu yaa...
Maaf jika saya begitu lancang menulis surat kepada Anda.
Perkenalkan nama saya Ali Kurniawan mantan Ketua UKI Fapet Unsoed 96.
Barusan saya baca tulisan Anda dg judul "Ketika Dakwah Menjadi Bulshit". Jujur saya akui, Anda cukup bagus mengapresiasikan apa yang menjadi kekesalan Anda. Itu mungkin karena sejak awal Anda punya bakat dalam menulis, ditambah karena memang tempat Anda belajar adalah dunia dimana orang dituntut untuk bisa menulis. Saya salut dengan Anda.
Cukup menarik dengan apa yang Anda tulis.
Da'wah dengan segala karakternya, memang bukan hanya untuk dirasakan oleh sekelompok orang saja. Bukankah Allah juga menyampaikan bahwa "Islam itu agama yang Rohmatan Lil 'Alamin". Da'wah itu harus kita terima dari siapapun selama SYAHADATNYA sama, dan untuk siapapun tidak melihat latar belakang, ras, dan warna kulit.
Tentang sikap beberapa saudara/saudari kita yang nampaknya Anda cukup menyayangkan karena seolah-olah ada pemetaan ladang da'wah, perlu kita ingatkan bahwa jika da'wah yang kita lakukan itu tidak menemukan karakter yang sebenarnya, maka kita tinggal menunggu waktu kegagalannya, na'udzubillah.
Tentang adanya perbedaan, saya yakin Anda memahaminya itu sebagai keniscayaan, bukan untuk dilaknat, dicaci bahkan diasingkan. Tetapi bagaiman kita bersikap secara dewasa menghadapi itu semua. Bukan lagi saatnya kita melihat warna baju kita sementara musuh-musuh islam menikan kita sampai binasa. singsingkan lengan baju, rapatkan barisan, Raih kejayaan Islam.
Kalau boleh saya membri masukan buat Anda ( saya ko merasa yakin Anda adalah orang yang sip mendengarkan masukan atau kritikan ), tapi ini bukan kritikan insya Allah. Ini hanya sesuatu yang boleh jadi tema yang menjadi bahan diskusi.
Begini, maaf ya... ehm... gini... Ngga tau ketika saya melihat atau membaca judul atau tulisan "Ketika Da'wah Menjadi Bulshit". Ada sesuatu yang mengganjal dan menyayat hati. Da'wah bagiku adalah sesuatu yang Agung. Bukan Da'wahnya yang kita kambinghitamkan, tetapi pelakunyalah yang mestinya harus kita garis bawahi. Itu memang persepsi, tergantung dari sudut mana Saya dan Anda menilainya.
Terima kasih dan Mohon Maaf.
Salam buat temen-temen UKI, UKKI, KAMMI, HMI, PMII, GMNI, dan yang lainya aku lupa.
JAyakan Islam, Jayalah Dunia.. Allahu Akbar.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Anonymous said...

Assalamu'alaikum.wr.wb

Hmmm..well..well.well..

Sabar ya mba...

smoga Allah melindungi dan menjaga antum, Amiin.

"...Memang mungkin agak ngebingungin...Tapi satu hal mba..da'wah tidak ada yang Bullshite..mungkin mba mengatakan seperti itu karena kefahamannya memang baru itu..baru apa yang diliat sesaat saja.."

Afwan Ya..Keep Spirit!!!

Fii fastabiqul Khoirot!!!