“ im coming home..
im coming home..
tell the world that im coming home…
Let the rain wash away all the pain of yesterday… “ ( J. Cole)
G :
lo masih inget nggak sih ta, dulu tiap malem lebaran kita jalan dan maen
petasan?
S :
iyaa…, nyalain macem-macem petasan kan? dari mulai mercon tetes sampe
kupu-kupu, dipasang di pohon cemara dan jadi terang banget. Trus kita bikin
bedug-bedug kecil pakekaleng trus takbiran keliling dan dimarahin sama imam di
mushola kan?
G :
iyaa.., trus dulu tuh udah kayak kejadwal, kalo lebaran gw yang balik, nah kalo
liburan sekolah lo pada yang gentian ke Jakarta. Iya kan?
Cuplikan obrolan di beberapa hari lalu
antara aku dan sepupuku itu cukup mengiang. Obrolan di tepi pantai sambil
menikmati kupat glabed dan sate blengong. Cukup menyita waktu lama, ngobrol
ngalor ngidul. Mumpung kumpul dan ketemu sebelum nantinya kembali ke kesibukan
masing-masing. Obral-obrolnya cuma bisa termediakan twitter, whatsapp, dan
sejenisnya.
Sebuah hal yang sangat harus disyukuri,
bahwa tradisi berkumpul ini masih terjaga hingga sekarang. Tentu saja ada yang
hilang dan ada pula yang baru datang. Tiap sudut rumah mbah itu mungkin sudah
merekam banyak sekali kisah diantara kami. Sejak papa mama kami masih remaja,
hingga kemudian merantau dan memiliki keluarga masing-masing, hingga hadirlah
kami, adik-adik kami, cucu-cucu mbah. Hingga juga mbah kini sudah lama
meninggalkan kami. Masih teringat urut-urutan baris dan nangis untuk sungkem ke
mbah. Masih teringat semua tawa dan tangis yang pernah hadir di rumah itu. Tiap
idul fitri rumah itu akan lebih ramah dari biasanya, dan juga ketika ada
anggota keluarga yang berpulang maka juga menjadi ramai.
Maka, menurutku sebuah hal yang sangat
disyukuri bahwa saat ini dengan segala yang pernah hilang dan juga datang, kita
semua masih bisa berkumpul bersama. Masih heboh-hebohan buat nongkrong,
karaoke-an, mantai, ngeguci, dan lain-lain. Biasanya beberapa tradisi yang
dilakukan saat ngumpul bareng tuh : berenang, makan bakso, bakar-bakar seafood. Kita pergi bareng dengan segala enak
dan nggak enaknya. Dijalanin terus sampe sekarang meski kita tahu beberapa hal
yang kadang nyebelin. Entah masalah ngumpul yang nggak tepat waktu, atau
keputusan “sesepuh” yang geje-geje, atau sesepuh yang pelit, trus kita
ngegrundel di belakang…hahaha. Itu semua selalu ada tapi kita jalanin aja,
enjoy aja. Kita sangat menikmati tiap-tiap waktu berkualitas itu. Kita juga
bisa ngejalanin itu di luar bareng teman-teman kita sendiri, tapi tentu saja
ada sensasi yang beda untuk ngelakuin hal yang sama bareng-bareng keluarga.
Yeah, kayak makan ikan bakar di garasi bareng-bareng, paling cuma makan gitu
doang, tapi sensasi nyari ikan di TPI, ber amis-amis ria, bakar-bakaran, sampe
melahapnya habis, itu semua jadi prosa terindah yang pernah kita punya, bukan?
Ya, tentu saja ada yang terasa hilang. Kini
nggak ada kata-kata “pakra ora” yang khas dari papa kalo mengomentari
ponakan-ponakannya, nggak ada tarian salsa atau waltz dari pakdhe Uki, nggak
ada gaya komentar khas dari pakdhe Udin, nggak ada lagi sosok seru kayak mas
Nono yang rajin bawa kita jalan-jalan. Kita
juga mungkin merasa rindu dengan beberapa kerabat yang kini karena satu
dan lain hal sudah jarang pulang. Tapi, ada yang hilang ada juga yang datang.
Entah sudah berapa ponakan yang kupunya kini. Sudah banyak yang memanggilku
tante. Kini ada dhe’ Asma, yang
digendong siapapun pasti diem aja, nurut. Kini ada mbak Riri dengan segala
kehebohannya, dan kemarin kita sudah mendapat anggota keluarga baru, si cowok
ganteng yang lahir di Batam. Ada ayes dan kakak-kakaknya juga yang super heboh
tapi kemarin belum bisa pulang. Dan juga mungkin besok atau besok-besoknya
lagi, ada anggota-anggota baru lagi di keluarga kita. Para lajang yang kemaren
masih nongkrong-nongkrong di lesehan, tahun depan mungkin sudah membawa
pasangan masing-masing. Besok-besok , generasi keempat dan kelima dari mbah
Djahri yang akan terus meramaikan rumah tua itu.
Rumah yang mungkin sudah banyak memberikan
terang dan hujan, hingga lahirlah pelangi. Ya, aku menyebutnya pelangi. Betapa
berwarnanya ketika semua berkumpul disana. Ada yang super cerewet ada yang
super pendiam. Ada yang alim banget sampe kelewat ekstrem, ada juga yang “ free
man” banget. Ada yang orang kantoran , ada yang orang lapangan. Ada yang fasih
ngomongin kedokteran, ada juga yang lagi jadi caleg (ingat, pilih nomor 5
ya!!!hahahaha). Ada yang super dermawan suka nraktir sana-sini, ada juga yang
pelit banget sampe-sampe harga villa yang udah murah masih ditawar lagi… *hadeeeeh*.
Ada yang belum pernah pacaran ada juga yang koleksi mantan-nya seabrek-abrek…
*hahahay*. Kita ada di berbagai macam
selera music, dari yang alay sampai yang nostalgia. Kita ada di berbagai macam
gaya, dari yang timur tengah sampai yang harajuku. Kita ada di berbagai macam
suku bangsa dan bahasa. Kita ada di berbagai macam profesi dan disiplin ilmu.
Kita ada di berbagai pola pikir. Kita juga ada di berbagai kelas sosial ekonomi
masing-masing. Kita ada di berbagai lini warna yang menyatu indah seperti pelangi.
Pelangi inilah yang mengajariku untuk
belajar menghargai perbedaan. Masih ingat kata-kata budhe yang bilang gini : “
mbah itu orang yang sangat bijak, beliau orang yang sangat kuat prinsipnya tapi
tetap bisa toleran, itu yang mbah selalu ajarkan saat putrid sulungnya
bersekolah di sekolah katholik di Semarang dulu…” . Seru mendengar cerita budhe
tentang Soegijapranata, tentang gereja-gereja kampung, atau cerita budhe yang
lain yang tak kalah seru.
Dan liburan idul fitri kali ini kembali
menyadarkanku tentang indahnya pelangi ini. Terimakasih Tuhan, memberikan
sebuah tempat kembali yang sungguh luar biasa. Dengan segala kekurangan dan
kelebihan, ada saling penghargaan dan kasih sayang. Sunguh saya tidak yakin
kalau kami bukan keluarga apakah bisa berkumpul dengan seguyub itu.
Semoga semua dapat kembali dikumpulkan di
surgaNya, kelak. Doa dan cinta terdalam kami untuk mas, om, pakdhe, mbah,
budhe, mbak, yang sudah mendahului ke alam baka. Semoga selalu terang dan
lapanglah peraduan disana. Selamat datang juga untuk anggota-anggota keluarga
baru, untuk dhe Ayes, dhe Ai dan adhe nya yang baru, untuk dhe asma, mbak illa,
mbak riri, dan semua saja calon-calon istri atau calon-calon suami yang ada di
hati “the Lajangers” yang siapa orangnya
juga belum tau pastinya… Yang penting doa, usaha, dan yakin sama JOHAN…. (jodoh
di tangan Tuhan)… #eeeeaaaaaa … :p
Segitu dulu, yang mau copy foto-foto bisa
kerumah, nanti sebagian ada yang diupload tapi nunggu turun gunung dulu.. :D .
Sengaja nanti kita upload untuk bikin mupeng yang pada nggak bisa pulang.. J.
Semoga peluk sayang Allah selalu meng-erati hati kita masing-masing. aamiin.
15
Agustus 2013 , sambil menunggu keberangkatan ke Indramayu, disambung ke
Kuningan, dan ber tujuh belas agustus di puncak Ceremai, insya Allah.
No comments:
Post a Comment