Pages

Thursday, May 03, 2012

PANGGILAN

#CJR

Bukan bermaksud latah jika kemudian di jelang pagi kali ini saya ingin menulis tentang azan. Meski pak wapres kita yang terhormat kemarin sempat membuat pidato yang kontroversial dengan opininya tentang azan, tapi tulisan ini tidak bermaksud mendramatisir keadaan. Sebatas mengingat dan berpendapat saja tentang panggilan itu. Panggilan yang cukup familiar kita dengar minimal lima hari sekali. Meski bagi beberapa orang, mungkin hal itu kadang terabaikan untuk didengar.


Saya sendiri mengakui bahwa kadang hati ini kurang peka dengan panggilan tersebut. Meski harus bersyukur bahwa lingkungan saya mengkondisikan untuk bisa sholat di awal waktu. Di tempat saya beraktivitas ada aturan yang menyebutkan bahwa ketika azan berkumandang, semua pekerjaan harus ditinggalkan. Mini market harus tutup sementara, satsa course juga tutup, lazis istirahat, radio tetap on tapi petugasnya harus off, klinik juga tutup kecuali ada pasien yang memang sedang ditangani, dan lain-lain pokonya harus ditinggalkan. Kalo kata babeh Syarif : "pintu rezeki Allah itu luas, kita tak akan bangkrut kalau hanya ditinggal 5-10 menit untuk sholat". Jleb! Tapi bagaimana realitanya? Ah, saya kadang masih dihinggapi malas, baru ambil air wudhu ketika azan selesai, sunnah rawatib kadang lewat begitu saja, malah kadang bandel nunggu iqamah dulu baru lari-lari ke masjid.hehe. Mengingat itu semua, saya jadi membatin : bagaimana kalau nantinya suara azan tak bisa mudah didengar? yang seperti pak Boediono bilang, azan semestinya sayup-sayup saja!!! haduuuh..., yang keras saja kadang masih diabaikan apalagi yang pelan ya?


Tentu saja itu opini subyektif berdasarkan sensasi dan persepsi yang saya miliki. Tapi lebih luas dari itu, saya masih bingung ketika azan dikatakan sebagai salah satu masalah dalam kaitannya toleransi dalam kehidupan sosial. Atau bahkan suara azan dianggap mengganggu aktivitas bekerja dan beristirahat. Sumpah, sampai detik ini saya tidak paham maksudnya bagaimana. Pertanyaannya : bilamanakah ketika sebuah suara itu disebut kategori mengganggu?

Begini, kalau suara gank motor dengan gas motornya yang kencang di siang atau malam hari, itu kita sepakat dikatakan mengganggu. Jika ada suara dangdutan hajatan semalam suntuk itu juga bisa dianggap mengganggu walau juga bisa dimaklumi. Bagaimana dengan suara pengumuman yang misalnya kita dapatkan di tempat-tempat seperti stasiun, bandara, mall, dan lain-lain? Pengumuman atau panggilan itu juga keras kadang bersahut-sahutan, sangat random. Menggangggu kah? Itu dianggap tidak mengganggu karena pengumuman itu dibutuhkan dan dalam batas dengar di sebuah wilayah. Nah, saya pikir sama juga dengan azan. Di sebuah wilayah yang dihuni mayoritas orang Islam, mereka membutuhkan panggilan untuk beribadah yang suaranya bisa didengar. Kalau yang namanya serua ya memang harus keras, kalau tidak keras ya bukan seruan (kok dibolak-balik kayak lagu "topi saya bundar" ya?hehe). So, berarti Azan mungkin bisa dianggap mengganggu memang bagi orang yang tidak membutuhkan panggilan itu. Pertanyaan bagi diri sendiri : kita masih butuh azan atau tidak? Panggilan untuk mengingatkan bahwa sudah masuk waktu sholat. Kita masih butuh sholat atau tidak? itu refleksi bagi diri sendiri. Ketika butuh, maka secempreng apapun suara azan kita tak akan merasa terganggu.

Bahkan kalau di bulan Ramadhan, semua orang Islam sangat menantikan suara azan khususnya azan maghrib.hehe. Saking tingginya tingkat kebutuhan mendengarkan azan maghrib di bulan ramadhan, waktu itu menjadi prime time yang banyak diminati para pemasang iklan. Di radio saya, di bulan ramadhan, tingkat pendengar yang stay tune meningkat drastis ketika waktu-waktu menjelang maghrib. Bahkan saya beberapa kali pernah kena teguran keras karena azan maghrib tidak diputar tepat waktu, walaupun itu hanya meleset satu menit. Haissssyyyy..., ramadhan tahun kemarin setiap menjelang maghrib saya punya kewajiban untuk on-air, karena ada program kontrak dengan salah satu laboraturium klinik. Yeaaah..., sejelek apapun siaran saya, banyak yang mendengarkan..., karena menunggu azan maghrib-nya.hehehe. Bahkan ramadhan kemarin sempat heboh juga tuh kasus "komersialisasi azan" di salah satu stasiun televisi swasta.

Jadi menurut saya, pernyataan mengganggu dan tidak mengganggu akhirnya sangat relatif.., tetapi perintah sholat itu sudah pasti kewajiban, dan mengingatkan sesama umat dengan panggilan azan itu sebuah konsekuensinya. Bagaimanapun juga, azan tetap harus lantang sehingga banyak umat Islam yang mendengar. Masalah terpanggil atau tidak terpanggil, itu kembali ke hati masing-masing.

Kalau hal-hal yang perlu diatur di seputar azan memang tetap ada, tapi bukan masalah keras atau pelannya. Salah satu pengaturan adzan adalah tentang muadzin. Tidak semua orang bisa jadi muadzin, tentunya. Di masjid-masjid itu biasanya sudah ada muadzin khusus, jadi tidak sembarangan orang kemudian bisa menyerukan panggilan. Kenapa harus diatur seperti itu? Ya,supaya panggilan itu walaupun keras tetap tidak mengganggu karena dilantunkan dengan baik. Maka, masalah mengganggu dan tidak mengganggu itu sudah diatur dari dulu. Tapi beberapa permasalahan yang sekarang muncul adalah kaderisasi muadzin. Jangan protes ketika terganggu dengan azan shubuh yang dilatunkan dengan terbatuk-batuk oleh orang yang lanjut usia. Harusnya instropeksi, kemana larinya generasi muda yang semestinya ada yang mau belajar mengumandangkan azan? Yeaaah, tentu saja berlatih menyanyi tampak lebih menarik dibandingkan berlatih menjadi muadzin.

Selama negara kita masih mayoritas muslim, suara azan masih dibutuhkan dikumandangkan dengan lantang dan keras. Hal ini jangan dibawa-bawa ke toleransi umat beragama. Tentu saja mengumandangkan azan itu tak bermaksud tidak menghargai umat agama lain. Lagipula, kadang kita terlalu berlebihan mengimplementasikan masalah toleransi. Ketika ada yang bilang bahwa sikap yang berlaku di wilayah yang umatnya homogen jangan dibawa-bawa ke wilayah yang heterogen. Maka, berlaku juga sebaliknya dong? Sikap di wilayah yang heterogen jangan dipaksa dibawa ke lokasi yang lebih homogen. Di luar negeri mungkin kita menganggapnya lebih toleran, karena disana muslim bukan mayoritas. Tapi dengan alasan apa bahwa sikap hidup diluar negeri harus dipaksa untuk diberlakukan di negara kita? Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung. Manusia dianugerahi dengan kemampuan adaptasi. Ketika hidup di negara mayoritas muslim seperti indonesia, ya maka terlalu berlebihan ketika kita memaksakan toleransi ala luar negeri diaplikasikan disini.

Tema toleransi sangat sensitif, saya tidak ingin meneruskannya di tulisan ini. Ini hanya catatan ringan saja, juga sembari menunggu azan.hehe.

Oya kembali mengenai azan, di beberapa tempat ada juga yang menjadikan azan itu murni adalah panggilan untuk sholat berjamaah, bukan semata-mata tanda masuknya waktu sholat. Maka di beberapa wilayah ada juga yang azan tidak tepat di awal waktu sholat. Misalnya di desa yang mayoritas penduduknya adalah petani, ada yang mengumandangkan azan Ashar pukul empat sore, karena jam-jam segitu mereka baru pulang dari sawah.

Baiklah sampai disini saja #CJR kali ini. Semacam catatan ringan tidak terlalu "ilmiah", pengingat saja untuk diri saya pribadi, semoga jangan sampai saya pada kondisi tidak butuh panggilan. Semoga telinga kita tidak ditulikan oleh panggilan-panggilan dari Sang Pemilik Hidup ini. Kayak lagunya Bimbo : bertelinga tapi tak mendengar, berhati tapi tak merasa, bermata tapi tak melihat.., semoga kita dijauhkan dari hal-hal yang demikan.

Satu hal yang masih saya yakinii, bahwa ketika hati dan indera kita tidak terkunci pada panggilan Tuhan, maka kita akan mudah dibukakan untuk kecondongan pada hal-hal yang positif.


Ingin mengutip statusnya bang satrio arismunandar tempo hari
: ALLAH MEMANGGIL KITA HANYA 3 KALI SAJA SEUMUR HIDUP

1) Panggilan pertama adalah Adzan. Itu adalah panggilan Allah yang pertama. Panggilan ini sangat jelas terdengar di telinga kita, sangat kuat terdengar. Ketika kita sholat, sesungguhnya kita menjawab panggilan Allah. Tetapi Allah masih fleksibel, Dia tidak cepat marah akan sikap kita. Kadang kita terlambat, bahkan tidak sholat sama sekali karena malas. Allah tidak marah seketika. Dia masih memberikan rahmat Nya, masih memberikan kebahagiaan bagi umat Nya, baik umat Nya itu menjawab panggilan Azan-Nya atau tidak. Allah hanya akan membalas umat Nya ketika hari Kiamat nanti'.
2) Panggilan yang kedua adalah Panggilan Umrah / Haji Panggilan ini bersifat halus.
Allah memanggil hamba2Nya dengan panggilan yang halus dan sifatnya "bergiliran" .
Hamba yang satu mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain.
Jalan nya ber-macam2. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak merencanakan, ternyata akan pergi, ada yang memang merencanakan dan terkabul.
Ketika kita mengambil niat Haji / Umrah, berpakaian Ihram dan melafazkan
"Labaik Allahuma Labaik/ Umrotan", sesungguhnya kita saat itu menjawab panggilan Allah yang ke dua. Saat itu kita merasa bahagia, karena panggilan Allah sudah kita jawab, meskipun panggilan itu halus sekali. Allah berkata, laksanakan Haji / Umrah bagi yang mampu.
3) Dan panggilan ke-3, adalah KEMATIAN. Panggilan yang kita jawab dengan amal kita.
Pada kebanyakan kasus, Allah tidak memberikan tanda2 secara langsung, dan kita tidak mampu menjawab dengan lisan dan gerakan. Kita hanya menjawabnya dengan amal sholeh. Karena itu, manfaat kan waktumu se-baik2nya. ..
Jawablah 3 panggilan Allah dengan hatimu dan sikap yang Husnul Khotimah......
Insya Allah surga adalah balasannya'.

Purwokerto, Kamis, 3 Mei 2012, 11 rabiul akhir 1433, 78 hari menuju ramadhan 1433 H.


Spesial didekasikan untuk dua muadzin muda, rekan saya Alimin Syahrudin dan adik bungsu saya Bilal As’adhanayadi…, semoga peluk sayang Allah akan selalu bertambah erat untuk kalian semua, keep istiqomah! ^_^ .

#reminder : shaum sunnah ayyamul bidh bulan ini jatuh pada tanggal 15-17 April 2012 (bertepatan dengan 13-15 jumadil akhir 1433).
# CJR --> catatan jelang ramadhan.

Title: PANGGILAN; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: