Pages

Sunday, March 06, 2011

Ketika Hidup Penuh Warna, Ambillah dengan Merah Muda : La vie en Rose (Review)

Pernah merasa hidup kita selalu banyak penderitaan?atau kita pernah mengeluhkan banyak kekurangan dalam hidup kita? yang kemudian penderitaan dan atau kekurangan itu dijadikan alasan untuk kita tidak produktif berkarya? Terlalu banyak alasan terparafrasekan untuk kita enggan melangkah. Padahal, hanya perlu ada satu keyakinan bahwa kita itu semua punya peluang yang sama, tinggal bagaimana kita punya kemauan dan usaha yang gigih untuk mencapainya.

Adalah Édith Giovanna Gassion, yang lahir di Paris, Perancis hamper satu abad yang lalu. Siapa orang yang ingin dilahirkan di tempat yang bisa dibilang cukup terpencil, pada situasi perang. Dilahirkan oleh seorang penyanyi cafe, Edith kecil tidak mendapatkan perhatian yang layak. Oleh ayahnya yang seorang pemain sirkus, Edith dititipkan di rumah bordil milik neneknya. Dari kecil ia sudah terbiasa untuk menerima apapun kondisi yang dimilikinya. Kondisi kekurangan gizi bahkan sempat mengalami kebutaan saat kecil, hingga dibawa ayahnya dalam rombongan sirkus, semua dijalani Edith. Satu hal yang selalu ia ingat , yaitu saat mengalami kebutaan, ia diajak ke tempat dimana ada patung bunda Theresa. Oleh salah satu wanita PSK di rumah bordil milik neneknya, ia diajari untuk berdoa , meminta kepada bunda Theresa.

“Bunda Theresa, aku mau melihat lagi. Aku ingin bisa membaca. Aku ingin bisa berlari. Terima kasih Bunda……”

Kebutaan Edith ternyata tak berlangsung lama, ia sembuh. Sejak saat itu ia yakin dengan kekuatan doa, dan berprasangka baik bahwa jika ia berdoa pasti dikabulkan dan jika tidak dikabulkan pasti digantikan dengan hal lain yang lebih baik. Keyakinan itu kuat, prasangka baik kepada Tuhan selalu ditanamkannya sepanjang hidupnya. Tak terkecuali hingga di beberapa tahun kemudian saat kiprah seorang Edith tak dapat dilupakan dalam sejarah musik Perancis.

Ya, edith yang malang memiliki suara emas. Walaupun kondisinya yang memprihatinkan, Edith tak pernah mematikan mimpinya untuk bisa menjadi seorang penyanyi terkenal di Paris. Berawal dari pertunjukan jalanan, penyanyi bar, teater, ingá akhirnya masuk menjadi penyanyi kelas dunia.

Klasik. Mungkin itu yang akan terungkap oleh kita saat sekilas mengetahui isi cerita dari film ’La Vie en Rose’ . Salah satu film lama di tahun 2008 yang membawa aktris pemeran utama-nya meraih piala Oscar (Marion Cotillard). Namun film ini memang menjadi istimewa karena setting dan figur yang digunakan dalam film berdurasi sekitar 134 menit ini.

Edith yang populer dengan nama Edith Piaf adalah salah satu penyanyi terkenal yang juga menjadi lambang pop negara Perancis. Di jalur balada, Edith Piaf banyak menghasilkan lagu-lagu yang menyayat hati. Salah satu karyanya yang populer, berjudul ”La vie en Rose , lagu yang dikarang saat pendudukan Jerman di Perancis pada perang dunia II. Karya-nya ini terus melegenda bahkan hingga saat ini. La vie en Rose pernah dipilih untuk Grammy Hall of Fame Award pada 1998’. Setelah diterjemahkan dalam bahasa inggris, lagu ini pun banyak dibawakan oleh ratusan musisi, juga muncul di beberapa film popular seperti French kiss, prêt-a-porter, saving private ryan, somethings gotta give, dll.

Menilik adegan-adegan film ini , kita dibawa kedalam suasana Paris era perang dunia II. Selalu menarik melihat tayangan yang memperlihatkan begitu tingginya apresiasi masyarakat Perancis terhadap seni. Melihat alur kisah film ini memang seperti menghayati makna lagu ”la vie en rose”. Alur maju-mundur yang digunakan seperti ingin membuat kita bisa melihat satu kisah secara utuh di setiap scene-nya hingga menonton film ini seperti kita memakan sandwich yang lezat dan padat berisi.

Kembali pada hikmah yang bisa kita ambil pada kisah ini adalah , seberapa sering kita mengeluh dan hampir putus asa dikarenakan kondisi yang kadang tidak seperti kita inginkan? Karena merasa miskin jadi tidak punya mimpi, karena merasa bodoh jadi tak pernah punya harapan, karena merasa punya kekurangan jadi enggan mencoba. Come on. Seorang Edith telah mengajarkan kepada kita, bahwa setiap manusia punya peluang yang sama untuk meraih mimpi-mimpinya. Setiap manusia hanya wajib berusaha, masalah hasil dan perputaran nasib itu sudah ada yang mengatur. Ketika kita mampu untuk tetap memiliki mimpi disaat terjatuh, bukankah penderitaan itu menjadi terasa manis? Enjoy this life.

give your heart and soul to me,
:and life will always be ..
:la vie en ros
Title: Ketika Hidup Penuh Warna, Ambillah dengan Merah Muda : La vie en Rose (Review); Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: