Pages

Wednesday, June 25, 2008

Ayo Kuliah!!!!



Tadi aku habis membaca postingan bulletin mas Uud. Salah seorang senior di HMI Purwokerto dan juga alumni UNSOED, dengan kata lain sekarang beliau sudah bisa menuliskan namanya dengan M.Akhirudin, S.T.
Kayaknya bangga ya udah jadi sarjana. Secara, itu gelar pendidikan tinggi dimana nggak semua orang bisa dengan mudah mengecap pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia masih menjadi momok yang entah kapan akan ada di puncak klimaks dan titik balik untuk merformasi sistem yang udah ada.
Tapi ternyata bukan kebanggan yang disiratkan dari tulisan mas Uud itu. Beliau becerita (lebih tepatnya bercerita tentang keprihatinan) mengenai almamaternya, fakultas Teknik UNSOED yang sekarang sudah berganti nama menjadi Fakultas Sains & Teknologi setelah bergabuung dengan Program Studi MIPA dan Perikanan Kelautan.
Satu hal yang merupakan bagian ungkapan perasaan mas Uud yang cukup menarik buat aku adalah mengenai nilai jual ijasah UNSOED. Mas Uud menyebutkan bahwa ijasah UNSOED itu nyatanya tidak memiliki signifikansi apa-apa di dunia kerja. Di dunia kerja, jaringan dan skill lebih berpengaruh pada “kesuksesan” yang ingin dicapai.
Mas Uud bukanlah satu-satunya orang yang bicara seperti itu. Aku ingat Mas Huzer, sewaktu kita ketemu di TIM satu tahun lalu. Beliau juga alumni UNSOED. Berbeda dengan mas Uud yang sangat menikmati masa-masa kuliah (terbukti dengan masa kuliah sampe 7tahun.he3), mas Huzer ini justru dikenal mahasiswa berprestasi saat kuliahnya dulu. Selain gelar mapres, dia juga aktivis dan pernah juga mengikuti prgram pertikaran-nya British Council ke Jerman. Saat ini, mas Huzer tergabung di crew salah satu TV swasta yang cukup punya prestise di Indonesia. Walaupun beda karakter, tapi ternyata tanggapannya sama. Mereka menyebutkan bahwa ijasah yang diperoleh saat kuliah itu nggak ada artinya.
Kesannya memang mereka durhaka pada almamater. Dua-duanya adalah sosok kakak yang sangat aku hormati dan hargai. Dari mereka banyak hal yang bisa aku dapatkan (walaupun aku agak kecewa waktu mas Uud membatalkan datang ke Purwokerto waktu aku undang jadi pembicara di stadium general pelantikanku di Komperta.hiks3). Tapi, aku kayaknya bisa memahami apa sebenarnya yang tersirat dari statement beliau berdua. Mungkin lebih tepatnya, yang dianggap “doesnt matter” bukan ijasah or pendidikan tinggi melainkan proses pendidikan yang ada di kelas doank. Apalagi dengan habit UNSOED yang (meminjam istilah mas Firdaus) itu kurang think-thank!!! Tipikal mahasiswanya kupu-kupu alias kuliah-pulang, kuliah-pulang. Ruang-ruang diskusi merupakan sebuah hal yang kurang menjamur di kampus perjuangan yang katanya menjiwai nilai-nilai perjuangan sang Jenderal Soedirman. Padahal proses belajar di kelas apalagi yang ada di UNSOED sangat-sangat jauh dari namanya hakekat pendidikan itu sendiri. Kuliah hanya sekedar rutinitas belaka, dengarkan, ingat2, hafalkan, kerjakan tugas, praktikum, kumpulkan laporan!!!ujian, dapet IP, Skripsi, kompre, SELESAI!!! (Fiuh...aku selalu merasakan bosan yang teramat sangat kalo mengingat hal itu).
Mas Uud dan Mas Huzer bukan salah dua orang yang berbicara sep0erti itu. Masih ada deretan alumni UNSOED yang lain yang berbicara senada. Even though, not only UNSOED graduate. Bang Arp Muttaqien-alumnus FT-UI pun berbicara tak berbeda. Beliau bilang, di UI juga masih banyak mahasiswa (i) yang tipikal kupu-kupu, yang Cuma tipikal anak kuliahan, boro2 empati, simpati aja belum kesentuh. Malah disana peperangan prestise juga turut andil. Ampun DJ!!!
Yeah....kuliah itu apa sieh??? Sampai juga aku pada pertanyaan ini!!!!
Di bagian tulisan ini aku mau pake alur flash back aja atau pake metode deduktif. So, aku sebutkan dulu conclusi (awal) dari pembahasan pertanyaan diatas. Bagi aku, Kuliah is entertainment!!Kuliah itu hiburan. Lebih lengkapnya, kuliah itu hiburan yang menyenangkan seperti kita menonton film komedi saat melepas lelah.
Setelah hampir dua tahun baru aku sampai pada conclusi itu. Oya, tapi perlu diperhatikan juga bahwa “kuliah” yang aku sebutkan disini refer to a class activity. Aku rasa juga persepsi almost of student mengenai kuliah juga hanya berkutat pada aktivitas dalam kelas.
Waktu jadi junior, aku sangat bersemangat (kalo kata orang-orang sieh...emang aku tuh tipikal orng yang always have full spirit!!!). Dalam bayanganku akan menghadapi kelas-kelas dan mata kuliah yang sangat menarik. English Literature. Sebuah ilmu yang lumayan baru buatku, walaupun bergelut di dunia sastra bukan sebuah hal yang newest.
Apalagi aku yang waktu itu terpilih jadi salah satu kandidat ketua angkatan. Wah...aku termasuk salah satu jajaran orang populer di kampus. Aku sangat bersemangat dan membayangkan mimi-mimpi yang bisa ku wujudkan dengan kampus ini.
Tapi...memang benar kata orang bjak, kalo naik pohon jangan tinggi-tinggi nanti jatuhnya lebih sakit. Semangatku seharusnya jangan terlalu tinggi karena kalo berhadapan dengan kenyataan yang kurang positif bisa bikin aku jadi kecewa berat.
Yeah...awal-awal aku kecewa dengan keadaan. Alhamdulillah Allah menuntunku pada sebuah pemikiran mengenai hakikat perjuangan. Kalo semua orang bisa memilih tentunya masing masing dari kita akan memilih sesuatu yang menyenangkan. Namun, pemahaman akan hakikat perjuangan membuat kita menjadi lebih bijak dalam melihat sebuah kehidupan. Senang dan sedih, bahagia dan tidak, bukanlah sebuah hal yang hitam putih. Itulah kenapa ketika kita bahagia, air mata juga keluar dan saat kita sedih kadang kita tertawa lepas. Aku ridho bahwa disinilah tempatku menuai hikmah, di jalan perjuangan. Aku yakin dengan ikhlasku dan ridhoNya, impian-impianku bukan sebuah hal yang utopis.
Secara sederhananya, dimanapun kita menjejakkan kaki, tanggungjawab kita sama, peluan untuk berfastabiqul khairat jugas sama-sama besar.
Trus...gimana kuliahku???he3
Yup, bisa dibilang beberapa bulan kebelakang, aku merasakan berkurangnya motivasi untuk kuliah. Aku miris liat suasana belajar yang nggak sehat. Dulu, aku suka banget sama yang namanya ruang-ruang diskusi, jadi kelas itu bukan Cuma ada pendidikan satu arah tapi ada interaksi antara mahasiswa dan fasilitator. Tapi...habit membentuk sebuah sifat diskusi yang hanya berorientasi pada “ Yang pentung udah maju presentasi...........” dan “ Yang penting dapet nilai....”.
Salah satu contoh misalnya, di kelas Pengetahuan Kebudayaan Inggris. Salah satu pertanyaan yang aku ajukan di introduction dan learn contract, yaitu apa tujuan sebenarnya dari kuliah ini. Aku sangat interest dengan beberapa mata kuliah disni. Tapi kenyataannya proses pembelajaran yang terjadi nggak sreg di hati. Di kuliah PKI aja, setiap selesai kelas, aku pasti menuju ruang dosen untuk bicara ini itu mengkritisi proses yang tadi dijalankan. Bukannya aku nggak berani mengungkapkan di kelas, tapi memang waktunya tidak memungkinkan, udah terlalu sore.
Setelah sering protes, pada akhirnya emang dosen ngomong “ Ya, memang mata kuliah ini tidak bisa mengakomodir pembelajaran tentang kebudayaan inggris, sharusnya setelah kuliah ini follow-upnya yaitu mata kuliah culttur studies, etc”. Yup, tapi pada kenyataannya setelah ambil kebudayaan inggris kita diwajibkan ngambil kebudayaan australia dan amerika, nggak ada mata kuliah yang emang benert-bener “jelas” orientasinya.
So, mau jadi apa sarjana-sarjana UNSOED kalo selama kuliah mereka Cuma berkutat di bangku-bangku kelas, dibalik diktat-diktat kuliah, dan dibalik ceramah-ceramah dosen???waktu terus berjalan, kondisi masyarakat diluarsana membutuhkan peran-peran kaum intelektual untuk berkiprah!!!
Jadi, apapun pendapat orang, aku merasa bahwa pilihanku untuk terkadang tidak mengindahkan aktivitas kelas bukanlah sebuah pilihan yang salah. Turut aktifnya aku di jalan (baca : organisasi-organisasi, ruang-ruang diskusi diluar kampus, event2 pemberdayaan masyarakat, etc) adalah sebuah pilihan sadar untuk mengantualisasikan ptensiku sebagai manusia.
Tapi, aku yakin sebenarnya kita bisa menyukai sesutau hal yang tidak kita sukai. Kucoba mencari sudut mana yang bisa membuat motivasi bangkit lagi untuk aktif fi aktivitas kelas (dalam artian : selalu masuk kelas). Yup, akhirnya aku menemukan itu di teman-temanku satu kelas.
Di beberapa kelas, aku merasa terhibur dengan tingkaph polah teman-teman. Mahasiswa-mahasswa gila, tipe anak kuliahan, tipe anak SMA (yang Cuma tau kuliah dan maen2, kongkow2 bareng temen). Tapi, lepas dari itu semua, mereka itu asyik banget coy!!!! Kelasku ini berbeda dengan kelas yang lain di sastra inggris angkatan ’06. Kelas yang paling bikin pusing doesn. Kelas yang nggak bisa diem. Canda-canda segar selalu mewarnai proses-proses belajar di kelas. Canda-canda segar yang kadang juga cerdas. Kelas paling gila biasanya kalo di kelas grammar or di kels translate. Misal waktu. Mr.Pujo sedang menjelaskan tenses dalam translarte, sedang menjelaskan penggunaan kata “sedang”, tiba-tiba so andhika nyletuk “ Kapitan kan punya sedang panjang, sir!!:. Eh, malah disambung lagi sama dosen, “Ah nggak, sedang itu kan makanan dari minangkabau”. Ya, selanjutnya bisa ditebak masing2 “orang gila” menyebutkan plesetan masing, sampe mereka berhenti sendiri (tentunya nanti kalo menemukan kata yang menjadi “sasaran empuk”, plesetan2 itu akan berjalan lagi!!). belum lagi kalo sesi tanya-jawab, si Andhika gila, Acep “prancis” kayaknya berusaha menunjukan obsesi artis mereka. Penekanan2 pada kata2 lebih membuat mereka terlihat sedang “maen film” daripada sedang “mengajukan pertanyaan”. Kata2 andalan Andhika misal “ ini nggak progres ini..!!!!”, atau si unggul “Ini adalah pertanyaan yang fundamentalis”, bukan2 kata2nya yang lucu, tapi ekspresi mereka yang sengaja dibuat lucu itu merupaka sesuatu yang menghibur. Ya, untuk orang yang sering menghadapi hal-hal yang serius seperti aku, hal2 sperti ini cukup menjadi canda renyah. Setidaknya aku selalu tertawa lepas di kelas ini. Tadinya di awal, aku selalu serius menghadapi kuliah2. Tapi, malah setiap aku mo tanya, kadang aku menjadi alternatif terakhir untuk diijinkan bertanya, itupun kalo nggak ada yang nanya lagi!!Ya, jadi aku pikir aku anggep aja kelas ini sebagai sebuah hiburan, enjoy it!!! Lagipula, dengan belajar sendiri melalui buku-buku atau internet, kadang malah membuat aku lebih bisa memahami mata kuliah itu. Aku pikir, aku nggak akan mendapatkan sesuatu kalo hanya belajar dari ruang kelas, diluar sana masih banyak ruang-ruang belajar di luar kelas yang lebih menjamin terpenuhinya courius0qu. Walaupun ruang2 belajar di luar kelas tidak memberikan sebuah IP or IPK. Tapi, quiz2 disana lebih aplikatif.
Ya...kini ingin kuteriakan : AYO KULIAH!!!! (nadanya sama dengan iklan “Ayo Sekolah!!”he3)



Title: Ayo Kuliah!!!!; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: