Ramadhan. Aku sebenarnya bingung akan menuliskan apa. Tapi
yang pasti, ada bahagia yang terselip, bukan selembar tapi berlembar-lembar..,
banyak lembar kebahagiaan yang sudah menelusup memenuhi setiap ruang hati, tanpa
menyisakan celah sedikitpun. Bahagia itu hadir seketika, begitu saja tanpa
menuntut banyak argumen.
Awalnya , ada satu hal yang sebenarnya agak mengganjal .
Pekerjaanku di sebuah lembaga sosial menuntut target penerimaan yang tidak
sedikit di bulan Ramadhan. Di satu titik, saya merasa ada dalam kondisi underpressure,
nyaris stress. Dalam hal ide dan operasional media mungkin bisa tertangani,
tapi dalam beberapa ide-ide baru saya perlu memanjangkan kadar sabar yang
dipunya.
Meski saya orang yang sepakat bahwa Ramadhan harus lebih
produktif. Tapi nominal target itu membuat aku agak berpikir juga. Ya, kalau
seukuran DD yang menargetkan 80miliar selama Ramadhan sih itu mungkin masih “wajar”
–meskipun aku cukup terhenyak juga..wow banget 80M-- . hehe. Untung saja
lembagaku cakupannya masih tingkat kabupaten.
Masalahnya juga, saya nyambi kerjaan-kerjaan lain.
Juga lagi sibuk untuk ngurus-ngurus adik bungsu yang mau masuk kuliah. Kalau
kegiatan-kegiatan lain semacam organisasi, udah hampir hilang semuanya. Paling
ya di masjid, mantau kegiatannya adik-adik saja. Kebetulan juga adik bungsu
saya selama test masuk PTN juga numpang jadi “santri sementara” di asrama
masjid. Jadi ya sekalian saja. Hehe. Sesekali masih juga diundang ikut aktip di
beberapa komunitas. Ya, sekedarnya saja sih. Intinya sih, di Ramadhan ini dituntut
kesibukan yang luar biasa.
Nah, akhirnya saya cukup terhenyak ketika teringat sebuah
obrolan di satu malam beberapa pekan sebelum Ramadhan. Kata teman saya, ramadhan
itu ya bulan dimana kita memperbanyak ibadah maghdah, ibadah kepada Allah. Satu
sisi hati saya sangat mengiyakan. Saya sangat merindukan jenak-jenak tarawih,
tadarus, sahur yang syahdu, tanpa harus ribet mikir kerjaan. Tapi satu sisi
saya terposisikan sebagai penanggungjawab untuk target penerimaan di tempat
kerja.
Sebenarnya kalau mau jujur, saya orang yang nggak pengen
ngoyo tapi harus tetep idealis. Maksudnya, apa yang bisa dimaksimalkan
di urusan “dunia” ya lakukanlah, tapi kesempatan Ramadhan itu hanya sekali
dalam setahun ketika kita bisa memaksimalkan hubungan dekat kita pada Sang
Pemilik Cinta.
Ramadhan ini aku ingin banyak merajuk pada Allah,
bermanja-manja dalam peluk Kasih SayangNya. Karena sedang banyak yang ingin
kucelotehkan, mengutarakan banyak frasa dalam ruang-ruang sujud panjang tanpa
kesudahan.
Aku ingin merangkai banyak puisi dalam tiap hela
persinggungan hatiku denganNya. Aku ingin kuatkan kakiku untuk banyak berdiri
tegak sepanjang malam. Ya, aku tau ibadah memang bukan hanya sholat, tapi ini
persinggunganku yang paling asasi dengan Pemilik Arsy. Aku masih cukup bodoh
dan masih hanya hamba awam yang masih sangat kerdil nilai ibadahnya. Aku bukan
seperti para muabid yang tak lelah menunaikan berbagai macam ibadah wajib dan
sunah. Aku masih anak slengekan yang pemalas. Ngaji bolong-bolong, sholat suka
telat, ah pokoknya jauh sekali deh dari sempurna.
Sementara itu, aku sedang merasakan kerinduan yang sangat
rindu dimana butuh benar-benar kondisi paling dekat dan hangat dengan Tuhan.
Aku sedang memiliki banyak rindu dan pinta yang ingin diceritakan pada Tuhan
dan bermanja-manja padaNya. Aku sedang ingin merajuk di RamadhanMu.
2 Ramadhan 1434 H
Untuk kamu, yang selalu kuceritakan dalam doaku padaNya.
Untuk kamu yang selalu menyesakkan ruang hati.
No comments:
Post a Comment