Pages

Saturday, August 11, 2012

Menyoal Rasa Sakit

#catatanBuritanRomadhon


Sesosok gadis kecil bandel, di suatu malam idul fitri asyik berlarian dengan saudara dan handai taulannya. Memecah tawa diantara percikan kembang api. Tiap pancaran kembang api dari gulungan petasan semakin membahanakan tawa. Tiba-tiba ada kesalahan di petasan yang digenggamnya. Serbuk yang seharusnya memancar ke bagian atas justru bertumpahan kebawah seiring dengan merembetnya nyala api dari sumbu. Tak pelak dilemparnya petasan itu meski terlambat. Sakit. Perih. Namun digenggamnya semua rasa itu sepanjang malam. Tak boleh menangis, tak boleh sakit. Masih ada beberapa jeda menit sebelum bedug shubuh ditabuh. Gema takbir sudah menyayup dalam lelap fajar di hari fitri. Gadis itu meringis dan akhirnya menangis, di sudut kamar yang ia kira sepi tak berpenghuni. Ia tak mungkin mau menangis di hadapan orang lain, meski di beberapa kondisi terjebak air matanya tak dapat tertahan.

"kok nangis?" suara serak itu membuat tersentak. "tangannya masih sakit?" dijawab dengan gelengan kepala yang tentu saja membuat penanya menjadi heran tak kepalang. 
"kata di buku, orang yang tak bersungguh-sungguh di romadhon maka tak akan bahagia di lebaran. Pa, nta di-hukum-kah? Allah marah-kah? sehingga tangan kananku ada bengkak karena terkena petasan? Pa, kenapa harus ada rasa sakit? apakah itu hukuman Allah?"
Lelaki itu duduk disamping sang gadis.
"Nak, sakit itu bukan akibat tetapi itu bagian dari proses. Waktu kau keluar dari rahim ibumu, rasa sakitnya pasti tak terbayang, Sakit membuat kita bertambah tahu, sakit adalah belajar. Misalnya, belajar hati-hati untuk tidak bermain petasan"
Kemudian mereka sama-sama tersenyum.


Berbicara tentang "sakit itu bukan akibat tetapi itu bagian dari proses", tentu saja bukan dalam ranah medis, bukan dalam konteks mekanisme biologis, dimana seperti contoh kalau kita telat makan lambung kita akan bereaksi. Dalam beberapa hari terakhir ini, saya mendapati beberapa kabar sakitnya saudara, teman, dan handai taulan (dan akhirnya saya sendiri pun jatuh sakit.hehe). Ibu teman saya beberapa hari yang lalu juga baru saja menjalani operasi, kabarnya semacam ada tumor di mulut (atau lidah ya?) , ya alhamdulilah nampaknya operasinya berjalan lancar. Beberapa hari yang lalu saya juga menengok seorang teman yang sedang terbaring sakit (walaupun tetap tengil juga dia saat sakit). Di rumah sakit saat itu saya melihat belasan, puluhan orang terbaring tak berdaya. Maka rada jengkel juga ngliat sekelompok mahasiswa koas yang lagi meriksa tapi sempet-sempetnya BBMan dan cengar-cengir gitu. Semoga keponakan saya nun jauh disana sedang menjalani tiap stase koas-nya dengan bersungguh-sungguh. Sepulang dari rumah sakit saya juga sempat ngobrol dengan teman saya tentang film "patch adam", film lama yang membuat saya mengerti sedikit hakikat kedokteran.hehe.

Kembali tentang sakit. Kalau di wikipedia menyebutkan , yang disebut sebagai proses justru "penyakit"nya dimana ada definisi bahwa penyakit adalah  Penyakit adalah proses fisik dan patofisiologis yang sedang berlangsung dan dapat menyebabkan keadaan tubuh ataupikiran menjadi abnormal.. Sedangkan sakit adalah rasa yang dirasakan sebagai reaksi dari proses penyakit itu sendiri. Ok, dan dalam lingkup yang lebih luas lagi, saya lebih sepakat bahwa sakit itu memang bagian dari proses sebuah pembelajaran. At least, dengan sakit kita menjadi belajar betapa pentingnya menjaga kesehatan. Atau kalau di anak-anak balita itu kan kalau mau tumbuh gigi kadang harus demam segala. Nah, sakit yang seperti itu yang digambarkan sebagai sebuah bagian dari proses yang perlu dijalani. Seperti janin yang akan keluar dari rahim, meski saya belum merasakannya, tapi bisa terlihat betapa sakitnya sangat luar biasa. Banyak jalan yang kita harus melaluinya tidak dengan mulus saja, tapi ada beberapa kali sandungan, terjal, ataupun segala hal yang harus menyentuh diri kita sehingga terasa tidak nyaman. Namun semakin kita merasakan sakit, kita semakin bertambah sistem imun-nya (bener gak sih teorinya? CMIIW). Maksudnya, dalam pengertian yang lebih luas kita jadi semakin banyak tahu mengenai rasa sakit itu semakin membuat kita bijak dan meningkatkan empati kita, meskipun untuk membangun empati tentu saja tidak harus nunggu sakit terlebih dahulu. Saya juga pernah punya teman yang setelah sakit pribadinya menjadi berubah 180derajat. Sebelumnya dia orang yang sangat cuek dan kasar, suatu saat ketika baru beberapa bulan ia jadi anak kos alerginya kumat dan itu pertama kalinya ia sakit saat jauh dari keluarga. Sejak saat itu ia menjadi pribadi yang low profile, meski kadang-kadang masih juga songong.hehe. (sori ce!).

Sakit bisa bermakna lebih luas menjadi sebagai sebuah kondisi yang tidak nyaman. Tidak banyak orang yang bisa bertahan dalam kondisi yang tidak nyaman. Meskipun kondisi-kondisi seperti itu yang sebenarnya akan membuat mereka berkembang dan punya pengalaman berbeda dengan orang lain. Maka saya justru senang sekali ketika dihadapkan pada kegiatan-kegiatan atau proyek-proyek yang terjun langsung ke kehidupan masyarakat yang mungkin tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Menemui orang papa lagi tua yang harus tinggal sendiri dengan kondisi lumpuh, menyaksikan seorang adik yang harus menjalani penyakit-penyakit yang tidak umum, menyaksikan penyakit-penyakit kemiskinan (baik miskin materi atau non materi) , sakit kebodohan yang mungkin dalam beberapa kondisi mereka lebih tepat disebut "pesakitan" yang menjadi korban sebuah sistem.


Orang sakit butuh obat. Tentu saja obat dari segala obat adalah Sang Pemilik Kesembuhan, hanya saja perantaranya bisa dengan apa saja atau siapa saja. Maka tepat kalau disebutkan bahwa dokter itu bukan menyembuhkan orang sakit tapi lebih kepada menjadi partner untuk meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Fakultas kedokteran itu bukan dibuat untuk memproduksi dokter-dokter yang akan mematoktarif tinggi untuk berobat atau memeriksakan kesehatan. *patch adam mode ON*.hehe. Klinik-klinik dan rumah sakit itu dibangun bukan untuk membangun tembok tinggi sehingga orang sakit yang ingin periksa justru semakin sakit.

Lebih luas dari itu, sakit itu bukan untuk dikeluhkan tapi untuk dimaknai dan disyukuri. Maka, dulu saat saya kecil, nenek pernah bilang , "nak,kalau merasa sakit jangan berkata 'aduh'  , tapi ingatlah Tuhanmu. Sebutlah Ia disaat sakit ataupun sehat. Innalillahi wa innailaihi rajiun". Ya, maka sebuah proses sakit, musibah atau apapun itu sebenarnya punya muatan positif yang luar biasa, bahwa itu semua adalah bagian dari proses yang kita mesti lalui untuk menuju sebuah perubahan yang insya Allah lebih baik. Bahkan ketika sakit adalah pengantar sebuah kematian, bukankah itu sebuah jalan untuk kita menemui Sang Maha Cinta? Bukankah itu indah?

Sakit juga kadang dirasakan oleh para pecinta yang mengalami kerinduan. Rindu itu sakit lho, menggigit hati dan kadang membuat ingin menjerit. Pernah merasakan rindu yang mendalam? pada seseorang ataupun sesuatu? rindu sebagai sebuah manifestasi rajutan cinta dan kasih sayang?Untuk sebuah rindu yang menyakitkan, kadang kita harus memilih, tapi tak jarang bahwa kita ada dalam kondisi tak punya pilihan. Bukankah Siti Hajar dan Ismail kecil sangat sakit ketika ditinggal Ibrahim ditengah padang pasir tandus? Ibrahim pun tak punya pilihan karena tugas suci dari Illahi baginya tak bisa dijadikan pilihan. Ismail pun menangis dalam sakit kehausan yang teramat sangat, Siti Hajar pun menangis merasakan sakit dalam terik tandusnya padang pasir. Namun sakit itulah bagian dari proses yang dijalani untuk mengetahui dan sampai pada suatu hal baru yang indah. Kewajiban orang sakit adalah berusaha untuk memperbaiki kesehatan, tapi tetap semua kesembuhan ada menjadi prioritas Allah SWT. Siti Hajar yang harus berlari-lari mencari sumber air, tapi rezeki muncul dari tendangan lembut kaki kecil Ismail. Semua itu dijalani dengan sebuah keyakinan bahwa sakit ini adalah sebuah proses yang harus disyukuri dan dijalani. Sebuah kerinduan yang menyakitkan pun kadang harus dijalani sebagai sebuah proses untuk bisa memaknai apa itu hakikat cinta. Kata temanku di sebuah khitbah tarawih " sesungguhnya kekasih akan bertemu dengan apa yang dirindukannya" . Maka apabila kita menjalani kerinduan dengan sebenar-benarnya rindu, sebaik-baiknya rindu, kita akan menjalani proses sakit itu sebagai bagian yang menggoreskan sebuah makna mendalam ketika nanti ada di akhir cerita.

Penawar sakit yang mujarab adalah doa. Termasuk ketika kau merasakan sakit dalam kerinduan, maka tuangkanlah segala rasamu itu ke dalam doa, sesungguhnya doa adalah penawar yang abadi. Doa adalah pelukan-pelukan erat tanda kerinduan, doa adalah pelukan yang mampu menjembatani ribuan lembah dan samudera. Maka makna bahwa "doa orang yang teraniaya itu diijabahi" adalah bahwa saat sakit itu sebenarnya bukanlah sebuah kondisi terpuruk, melainkan justru moment dimana kita mendapat jeda terdekat dengan Sang Illahi Rabbi.

Terakhir tentang sakit, semoga kita semua senantiasa mempersiapkan diri untuk merasakan nikmat sakit saat sakaratul maut nantinya. Sakit yang menjadi sebuah proses pembebasan kita dari jerat dunia, sakit yang akan membawa kita untuk bertemu secara langsung dengan Sang Penawar.

“Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?”  (HR Bukhari)


Hingga si gadis kecil itu jelang dewasa,  tiap ia kadang merasakan sakit dan menghubungi ayahnya lewat telpon, ia hanya akan mendapat sebaris mantra : "Bersyukur nta.., bersyukur.. husnudzon nta, husnudzhon.." dan kata-kata itulah yang memang kadang mampu mengakihiri air mata.



Purwokerto, malam 21 romadhon 1433.

# untuk saudara ataupun teman kita semua yang mungkin saat ini sedang ada yang terbaring sakit, marilah kita kuatkan penawar dengan doa.., semoga tiap sakit yang ada selalu menjadi jeda pembalajaran yang bermakna.

#hari ketiga flu, pusing dan tidak nyaman. tiba-tiba merasuk rindu dan melintas beberapa sketsa saat menuai canda tawa dengan ayahanda tercinta. Dulu, saya sering menggodanya dengan tiba-tiba menggelayuti punggungnya dari belakang, ah sebesar ini aku masih ingin digendongnya. Punggung seorang ayah itu selalu kuat pun ketika ia sudah harus tertatih berjalan. Hebat ya! Kini tiap aku merasa rindu, biasanya aku akan memakai kaos abu-abu buluk berlogo superman yang dulu sering dipake beliau, kemudian sebelum tidur kupeluk beliau dengan doa dan mantra pesannya selalu membuatku dapat tertidur lelap : "bersyukur nta, bersyukur.. husnudzhon nta, husnudzhon!". Dan amazing.., paginya flu-ku rada mendingan (setelah minum rhinos tentunya..hehe).

#udah lama nggak nulis. Malam-malam kedepan sepertinya akan banyak sekali aksaa yang akan menari di layar monitor. Yeaaah, aku suka itu!!! :D 

Title: Menyoal Rasa Sakit; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: