Pages

Tuesday, May 31, 2011

IMPOR BERAS DAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS BERKELANJUTAN YANG ADAPTIF TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

IMPOR BERAS DAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS BERKELANJUTAN YANG ADAPTIF TERHADAP PERUBAHAN IKLIM
Oleh : Shinta arDjahrie

Ada beberapa alasan yang cukup penting kenapa kita perlu memberi perhatian khusus kepada permasalahan perubahan iklim. Selain bahwa dampak perubahan iklim ini dapat menyampingkan hak-hak atas kebutuhan hidup manusia paling mendasar (pangan, papan, dan sandang), pengabaian terhadap proses adaptasi perubahan iklim juga akan memperlambat proses penanggulangan kemiskinin dan pencapaian pembangunan berkelanjutan . Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 2001, perubahan iklim global ini sangat peka terhadap beberapa hal dalam sistem kehidupan manusia, yaitu (1) tata air dan sumberdaya air; (2) pertanian dan ketahanan pangan; (3) ekosistem darat dan air tawar; (4) wilayah pesisir dan lautan; (5) kesehatan manusia; (6) pemukiman, energi dan industri, dan pelayanan keuangan .

Berdasarkan keterangan dari LAPAN, bahwa Iklim di Indonesia menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 derajat Celcius sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1 derajat Celcius di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Februari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun. Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1082/1983, 1986/1987 dan 1997/1998 . Pemanasan global akan meningkatkan temperatur, memperpendek musim hujan, dan meningkatkan intensitas curah hujan. Kondisi ini dapat mengubah kondisi air dan kelembaban tanah yang akhirnya akan mempengaruhi sektor pertanian dan ketersediaan pangan. Pemanasan global juga akan menaikkan level permukaan air laut, sehingga menggenangi daerah pesisir produktif yang sekarang digunakan sebagai lahan pertanian. Setiap usaha tani, termasuk padi, memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap cuaca dan iklim. Ketergantungan tersebut menghasilkan irama tanam dan panen yang tidak berubah dari tahun ke tahun. Produksi beras utama dihasilkan pada empat bulan panen raya (Februari-Mei) , yang mencapai 60-65 persen dari total produksi nasional. Produksi berikutnya dihasilkan pada musim panen gadu pertama (Juni-September) dengan produksi 25-30 persen. Sisanya dihasilkan pada musim panen Oktober-Januari .



Kenyataan yang terjadi memang menunjukkan bahwa efek El-Nino dan La-Nina ini memberikan dampak yaitu beberapa kegagalan panen yang akhir-akhir ini terjadi. Krisis pangan yang mengancam ini membuat kita perlu memiliki sebuah sistem ketahanan pangan yang tangguh dan berkesinambungan (sustainable food security). Untuk membangun sebuah sistem ketahanan pangan yang tangguh, diperlukan konsep pembangunan yang berkelanjutan . Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri . Secara ringkas dapat disebutkan bahwa dalam konsep ini tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan harus saling mendukung dan terkait satu sama lain dalam proses pembangunan.

Pada upaya pemenuhan ketersediaan beras untuk menghadapi perubahan iklim, kerapkali impor beras menjadi solusi yang dilakukan oleh Perum BULOG. Kebijakan ini dalam beberapa hal perlu ditilik lebih dalam lagi dengan melihat efek dari “kemanjaan pangan” dengan mudah mengimpor beras dari luar. Alih-alih mengamankan ketersediaan pangan, kebijakan impor beras dapat mengakibatkan semakin menyusutnya produksi beras dalam negeri dan juga berimplikasi pada kesejahteraan petani. Dengan berdasar pada konsep ketersediaan beras yang berkelanjutan, kebijakan impor beras adalah solusi jangka pendek yang bisa menimbulkan efek negatif secara jangka panjang. Hal tersebut dapat digambarkan pada sketsa mengenai pengaruh impor beras terhadap tingkat produksi beras.

Produksi beras pada tiap tahun yang diukur dari luas panen memiliki beberapa variabel penentu yaitu luas panen padi tahun sebelumnya, harga beras di pasar domestik, dan impor beras. Pengaruh tidak langsung dari harga beras domestik bersama-sama dengan nilai tukar riil akan mempengaruhi impor beras yang kemudian akan berpengaruh pada luas panen padi. Sementara itu, pengaruh tidak langsung dari nilai tukar riil bersama-sama dengan harga beras dunia dan harga dasar gabah akan mempengaruhi harga beras di pasar domestik, dan bersama-sama dengan dengan harga dasar gabah akan mempengaruhi harga pupuk Urea yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap luas panen padi . Hal yang perlu digarisbawahi disini adalah bahwa ketika impor beras semakin tinggi itu akan berpengaruh pada tingkat produksi beras. Bahwa kebijakan impor beras tidak bisa semata-mata dilakukan dengan hanya melihat kebutuhan konsumsi beras dan karena menurunnya produksi beras sebagai efek perubahan iklim masyarakat, tetapi juga harus mengingat ada faktor-faktor lain seperti ekonomi (pada nilai tukar, harga beras dunia, dll) yang memiliki pengaruh berputar pada unproduktifitas petani kita. Seperti yang perlu diingat bahwa konsep ketersediaan beras berkelanjutan mensyaratkan adanya tujuan sosial, ekonomi, ekologi yang saling mendukung dan terkait dalam pembangunan.

Untuk bisa mengambil kebijakan yang mengarah pada sistem ketersediaan beras yang berkelanjutan, kita perlu melihat berbagai dimensi yang berpengaruh pada ketersediaan beras. Sedikitnya ada lima dimensi yang dapat dipakai untuk melihat neraca ketersediaan beras yang berkelanjutan, yakni ekologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi, dan kelembagaan. Pengambilan kebijakan impor beras dapat dirasakan sebagai kepanikan yang tergesa-gesa menghadapi perubahan iklim.

Pernyataan yang mengungkapkan bahwa kondisi lingkungan memiliki pengaruh terhadap tingkat produksi beras, itu benar adanya. Tetapi ancaman ini tidaklah seseram yang kita bayangkan. Selain dapat dilakukan beberapa upaya adaptif pada pengadaan benih unggul, pengembangan teknologi, serta kebijakan lain yang meminimalisir efek perubahan iklim, kita perlu ingat pula bahwa kondisi geografis Indonesia tidak dapat digeneralisir dengan sebab yang sama. Kita tinggal di negara kepulauan dengan wilayah yang majemuk bahkan memiliki pola hujan yang unik, tidak semua sama. Pun pada kondisi sektor pertanian yang dipengaruhi oleh perubahan iklim. Misalnya pengaruh perubahan iklim pada lahan sawah di Pulau Jawa tidak sama dengan yang dialami di pulau lain.

Pada sebuah penelitian mengenai keberlanjutan ketersediaan beras dimensi ekologi, pulau Jawa mempunyai nilai indeks yang paling rendah dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia. Kalimantan mempunyai nilai indeks keberlanjuran tertinggi dan temasuk kaategori baik, sedangkan Sumatera, Sulawesi dan wilayah lainnya termasuk kategori cukup. Hal ini berkaitan dengan tingginya laju konversi lahan sawah di Indonesia. Penyusutan sawah di Jawa mencapai 50.100 hektar per tahun. Bila dikaitkan dengan pencetakan sawah, laju pertumbuhan lahan sawah pada periode 2980 – 2000 menurun tapi di luar Jawa pada periode yang sama meningkat dengan laju yang cukup besar dimana Kalimantan memiliki laju pertumbuhan yang tertinggi sebesar 19,67 persen per tahun . Pada dimensi lain, indeks ketersediaan beras berkelanjutan di luar pulau Jawa akan naik ketika dilakukan pengembangan pada sektor ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan kelembagaan.

Maka impor beras tetap menjadi kebijakan yang merugikan ketika perubahan iklim dijadikan sebuah alasan. Mulai dari tahun 1984 sampai dengan 1993, Indonesia mengimpor rata-rata 160 ribu ton beras per tahun. Jumlah ini kemudian meningkat menjadi rata-rata 1,10 juta ton/ pertahun pada periode 1994-1997. Pada masa krisis 1998-2000 jumlah ini meningkat lagi menjadi 4.65 juta tahun. Walau kemudian ada sedikit penurunan, sepanjang 2001-2005, impor beras bertahan di atas 2 juta ton pertahunnya, yang membuat Indonesia praktis selalu berada pada lima besar negara pengimpor beras. Total beras impor dari luar hingga akhir Maret 2011 tercatat mencapai 1,7 juta ton.

Perum BULOG memiliki tantangan utama - baik dalam kondisi perubahan iklim ataupun bukan -untuk dapat meningkatkan daya serap produksi beras dalam negeri secara langsung dari petani. Kondisi perubahan iklim tentunya membuat PR ini semakin harus mendapat prioritas karena jika produksi beras yang susah diprediksi karena perubahan iklim ditambah dengan kondisi daya serap BULOG yang rendah dan bahkan daya impor yang tinggi maka kondisi “stabil” hanya akan dirasakan oleh para pemegang kekuasaan oligopoli pasar beras yaitu para tengkulak.

Fika Fawzia . Konsep dan Strategi Adaptasi Perubahan Iklim di Indonesia. http://artikelhukum.blogspot.com/2008/10/konsep-dan-strategi-adaptasi-perubahan

Kajian Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. http://assets.wwfid.panda.org . tanggal akses 13 April 2011,

Perubahan Iklim di Indonesia. http://iklim.dirgantara-lapan.or.id . tanggal akses 13 April 2011

Khudori. Haruskah Impor Beras? : Republika Online, 04 September 2006. Diakses melalui www.inawan.multiply.com/reviews/item/9 .

Rita Nurmalina. Analisis Indeks dan Status Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras di Beberapa Wilayah Indonesia. Publikasi pada www.pse.litbang,deptan.go.id/ind/pdffiles/JAE%2026-1c.pdf

Husni A.Malian dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi, dan Harga Beras Serta Inflasi Bahan Makanan. Jurnal Argo Ekonomi, Volume 22 No.2. Oktober 2004, h.: 119-146. Seperti dipublikasikan pada http://pse.litbang.deptan.go.id

Nurmalina. Op.Cit

Supadi dalam M.Ikhsan MOdjo, Kajian Monash Indonesian Islamic Student Westall : 2006

www.detikfinance.com , Rabu 30 Maret 2011 22:50. Pemerintah Janji Stop Impor Beras Akhir Maret. Diakses tanggal 20 April 2011.

Title: IMPOR BERAS DAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS BERKELANJUTAN YANG ADAPTIF TERHADAP PERUBAHAN IKLIM; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

1 comment:

Unknown said...

tutorial cara mendapatkan uang dari blog mudah sekali untuk dipahami baik pemula yang gaptek dalam bisnis online. Asal tekun dan mau bekerja keras saya yakin semuanya bisa menjadi kenyataan. selain bisnis online anda juga bisa belajar cara mendapatkan pulsa gratis dari internet dengan mudah hanya bermodalkan blog gratis seperti blogspot atau yang lainnya, asalkan blog anda bisa menempati posisi yang bagus dalam pencarian google maka blog anda akan kebanjiran pengunjung. anda dapat menulit beberapa artikel menarik seperti cara mengobati sakit atau apa saja yang penting bermanfaat