Pages

Friday, July 09, 2010

Tentang Sebuah Dedikasi


*) " itu yg nyetir anak sya mbk, kmrn biz pulang olimpiade di georgia...bla..bla..bla....."

*) " Skrg sih tinggal berdua, anak sya yg terakhir laki-laki udh kerja di jkt..dia itu...bla..bla..bla..."

Siang tadi saya habis mengikuti sebuah event yang diselenggarakan para ibu-ibu majelis ta'lim. Kebetulan dpt "job" ngemsi". Dan sudah menjadi "resiko" mengikuti event-nya "emak-emak" akan banyak "topik" yang "self centered". Betul, ternyata ...di kursi belakang telinga ini menangkap obrolan-obrolan serupa.

"ya gitu deh...kalo si bungsu itu...bla..bla...bla.."
"Mas juga kadang begitu bu...bla..bla..bla..."


Pernah mendengar obrolan serupa? Setiap orang tua selalu bangga pada putra-putrinya. Dalam kondisi bagaimanapun, bagi ortu biasanya anak adalah yang nomor satu. Kadang terdengar lebay. Ya, secara gimana nggak lebay, kalo "prestasi kecil" atau hal yang menurut kita sepele, ternyata itu menjadi suatu hal yang disimpan dan dibanggakan oleh oran tua kita.

Pernah ngrasa nggak bisa ngebanggain ortu? Nggak bisa membahagiakan keluarga??? Dalam porsi yang wajar dan itu jadi motivasi..itu no problem. Tapi, kalo jadinya juga lebai.... Ups, kita nantinya jadi "naif" untuk menilai sebuah hal yang dikatakan sebagai sebuah "balasan" jasa kepada ortu.
Apa yang kita coba ingin lakukan untuk ortu??? Memberinya limpahan harta, memberangkatkan haji, dapat penghargaan internasional, dapet IPK suma cum laude, ???? atau apa???
Tapi, apakah kita pernah mencoba menciptakan sebuah senyum sederhana dalam hati ayah-ibu kita???
Karena ternyata...sedikit sebuah perhatian adalah hal yang sangat membekas di hati kita. Nggak usah muluk-muluk untuk jadi yang nomor satu, raport kita yang kadang mungkin ada nilai merahnya kadang selalu ada kata2 yang menyiratkan sebuah kebanggan dari ortu..."Wah...anak saya itu...walaupun gitu-gitu, dia itu sbenernya cerdas, waktu itu pernah...bla..bla..bla..."

Dulu waktu remaja saya pernah merasa bahwa saya tidak dibanggakan oleh ortu. Saya nggak habis fikir, bahwa "maunya apa sih", kesannya selalu dibanding-bandingkan dengan saudara, anak tetangga, anak lurah, anak camat, dan lain-lain. Waktu itu saya masih ABG (halah!), masih dengan perasaan yang meluap-luap. Apalagi kalo merasa tidak didukung baik scra materi maupun nonmateri.he3.

Tapi, bberapa tempo kemudian sya tak sengaja mendengar ayah saya yang menceritakan pada sanak sodara mengenai proses saya waktu maju lomba artikel di Semarang. Itu adalah hal yang mungkin saya sendiri tidak terlalu bangga, karena tidak berhasil menggondol juara, hanya masuk finalis. Tapi, ayah menceritakan dengan detail...proses kreatif saya, bahkan beliau tahu saya membolos untuk cari data di badan pusat statistik. Itu salah satu contoh kecil saja, dan masih banyak lagi hal yang mungkin memang tidak "terekspresikan" pada saya, tetapi menjadi sebuah kebanggan yang berarti bagi ortu. Bahkan saya cukup kaget ketika bapak saya ternyata menyimpan rapih print-out pengumuman LKT Nasional waktu saya ikut di PJI dan dpt juara harapan, dengan alasan bahwa saya belum sempat mengambil sertifikat yang ada di Jakarta. Saya juga baru tau dari adik bahwa saat mo brngkat conference ke Kuala Lumpur, sbnrnya respon ayah adalah tertawa, padahal saya menduganya ayah akan marah dan melarang saya pergi sehingga saya berangkat tanpa mampir ke rumah. Sampai detik kmrn saya masih merasa bersalah terbang keluar negeri tanpa izinnya, tapi..seperti kata Bilal : "Papah itu sering selalu tau yang mbak nta akan lakukan, papah udah bisa nebak bahwa mbak nta akan berangkat, namanya juga bapak dan anak"... :-)

Bahkan saya masih terkadang meneteskan air mata ketika membereskan meja kerja beliau, dan disana foto-foto masing-masing kita semua dibingkai dan ditempel dengan rapih. Semua bukti cintanya yang tak akan pernah habis.

Bukan..bukan berarti saya melarang kita semua untuk punya obsesi mendedikasikan prestasi-prestasi kita pada ortu. Tetapi, bahwa...seburuk apapun kita..yang namanya anak pasti menjadi mutiara di hati masing-masing ortu. Disini kita juga belajar untuk mengikhlaskan semuanya... target2 apapun yang kita capai, berusaha diserahkan hanya untuk Allah. Karena sebuah obsesi pada makhluk atau hal-hal duniawi sekecil apapun itu, merupakan celah untuk menyekutukan Allah.

Bahkan ketika kita hanya menyerahkan kepada Allah semata, yakinlah bahwa itu juga memiliki sebuah turunan pada amal yang tidak akan pernah terputus pahalanya pada ortu kita.

Apakah kita mengira dengan memberikan emas permata dan membuat ortu kita bangga akan hal-hal duniawi kita, kemudian itu semua bisa membalas semua yang telah diberikan ortu??? Sama sekali tidak.

Ciptakan kebahagiaan-kebahagiaan kecil nan sederhana namun bermakna bagi ortu kita. Setidaknya adalah sebuah hal yang membahagiakan ketika orang tua kita yakin bahwa kita sudah dewasa... senyuman yang sangat indah ketika beliau-beliau melihat proses kedewasaan kita. Saat kita (mungkin) berdebat dengan beliau, mencoba menjadi mandiri dalam menyelesaikan masalah, mungkin itu terlihat tidak membahagiakan ortu, tetapi..ketika itu semua adalah bentuk dari kedewasaan kita, yakinlah ortu akan tersenyum.

Gampang-gampang susah emang untuk memahami ortu..apalagi bagi qta yang mungkin sudah menjelang usia dewasa. Tetapi, seperti yang saya pernah obrolkan dengan salah satu keponakan saya bahwa "Saya fikir qta sepakat bahwa di usia kita saat ini adalah masa dengan posisi qta harus mencoba melayani dan bukan dilayani lagi, mencoba memahami dan bukan selalu minta dipahami".

Bahkan membangun istana mewah pun belum tentu menciptakan sebongkah kebahagiaan di hati mereka. Apalagi itu masih sebuah "cita-cita". Adakah yang akan menjaminkan usia kita cukup sampai untuk mewujudkan istana bagi ortu??atau sebaliknya...

Semoga kita semua..selalu berusaha memberikan yang terbaik hanya untuk Allah dan memohon perlindungan dan kasih sayang pada kedua ortu terkasih kita. KIta sangat mencintai ayah&ibu kita..karena Allah. Karena hanya Dia lah yang mampu memberikan jaminan yang kekal. Wallahualam bishawab.





Gara-gara ikut kegiatannya ibu-ibu nieh...jd agak melo...
-- sebentuk rangkai sederhana dalam untai ingatku padamu...ayah--
Rindu ini teramat sangat...hanya dpat kucurahkan dalam sujud-sujud panjang. Seyum terakhirmu...begitu abadi! luv u coz Allah.

ayahanda in memoriam (06 Mei 2010)
Title: Tentang Sebuah Dedikasi; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: