Pages

Monday, October 19, 2009

Rumah Bordil Masuk TV!!!



“ ampun deh, gak siang gak malem…yang ditonton gituan mulu! Ganti ah!” walaupun dengan resiko mendapat keluhan dari adhe2 kos, tapi dengan tega kukuasai remote untuk mengendalikan acara televisi malam itu. Agak kesal senja itu melihat suasana di ruang tengah. Sebuah kotak ajaib yang menjadi pusat perhatian menayangkan sebuah tontonan.

“ Ya elah mbak, sirik banget, mentang2 belum dapet jodoh!!!”

Halah!!! Enak aja tuh bocah ngomong. Tapi aq tau walaupun mereka protes, mereka paham akan alasanku mengendalikan acara tv. Cukup memprihatinkan memang dengan satu acara ini, acara import yang dikemas dengan kemasan local (halah!!!)ini cukup menarik banyak animo penikmat tv di Indonesia. Tapi kalo dipikir-pikir, penonton itu lebih tepatnya dipaksa untuk suka. Gimana nggak??? Setiap hari mereka dicekoki dengan acara itu dua kali sehari. Tadinya aku pikir acara ini nggak laku, kok siangnya diputer ulang. Tapi setelah liat barisan pariwara-nya, masih lumayan banyak, berarti tinggi juga rating-nya.

Angka penjualan yang cukup tinggi bagi acara Take Me/Him Out. Dengan menghadirkan MC kawakan, Chocky Sitohang, acara ini cukup menyedot banyak rupiah. So, kini bertambah lagi daftar tontonan yang tidak sehat di depan mata anggota keluarga/ teman-teman kita.

Dengan memberikan dua session penayangan, acara ini hadir dua kali sehari, siang dan malam. Siang hari, sekitar pukul 13.00. Kita tau di jam-jam itu , banyak tayangan bagi anak-anak. Jam tayangnya bersamaan dengan beberapa program yang disajikan khusus untuk anak-anak yang mungkin baru pulang sekolah. Jam dimana anak-anak biasa menonton si bolang, acara2 petualangan anak-anak, atau kompetisi-kompetisi bagi anak-anak hingga sore hari. Maka, Take Me/Him Out ternyata juga hadir sebagai alternative acara bagi mereka.



Di malam hari, acara ini menempati prime time, disaat semua orang kini jenuh dengan sinetron yang tidak jelas, Take Me Out hadir untuk memberikan suguhan pada penonton. Bagaimana penonton tidak tercekoki kalau seperti ini?

Acara yang berdurasi sekitar 2 x 60 menit ini, sebenarnya tidak terlalu istimewa. Hampir sama dengan program-program kontak jodoh yang lain. Tapi memang acara seperti ini mampu mengundang rasa penasaran yang cukup besar bagi penonton (khususnya di Indonesia). Dengan menghadirkan pria/wanita single, kemudian mereka diberi sessi perkenalan dan bebas dipilih dan kemudian bebas memilih, pria/wanita mana yang akan diajaknya ke romantic room.

Dengan vulgar, acara ini mempertontonkan tayangan “rumah bordil” yang elegan! Ya, bagi saya mungkin Choky Sitohang tak ada bedanya dengan (maaf) “Germo”. Dua puluh pria/wanita single tak ubah seperti pelanggannya yang ingin mengetahui para “single” yang ditawarkan perharinya. Tak perlu uang banyak, tapi “profesi” atau prestise menjanjikan cukup menentukan apakah sang “single” akan dipilih atau tidak. Untuk semakin meyakinkan bahwa acara ini bermutu, setiap peserta yang berhasil mendapatkan pasangannya, akan mendapat tanggapan dari sang Ustadz Cinta. Baru kali ini saya melihat dengan jelas bahwa ada Ustadz di rumah Bordil.

Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat membuat orang juga semakin pintar mengemas kemaksiatan dengan cukup elegan. Hal-hal Syirik saja bisa dikemas dengan layanan sms premium. Begitu juga dengan tayangan-tayangan di televisi. Kini kita tak perlu susah melihat bagaimana sebenarnya kinerja germo menjajakan para korbannya pada para pelanggannya. Kalau dulu mungkin masih tersembunyi di balik rumah remang-remang, tapi didalamnya warnanya merah menyala. Disana perkenalan dan transaksi dilakukan dengan diam-diam. Para lelaki hidung belang, baik yang masih lajang ataupun sudah menikah, bisa mencari “kebutuhan”nya disini.

“Sedikit agak beradab”, kini rumah remang-remang itu bisa kita tonton di layar televise dengan kemasan yang gemerlap. Tak jauh beda, para wanita akan dikenalkan dengan pria single. Penentuan pasangan akan dilakukan dengan tiga putaran. Putaran pertama, dikenalkan nama-profesi- dan usianya. Dengan dalih “mendapat chemistry”, beberapa wanita akan tetap menyalakan lampunya, dan yang “nggak daoet chemistry” dipersilahkan mematikan lampunya. Putaran kedua biasanya akan diputarkan video profile, akan semakin jelas bagaimana pekerjaan dan aktvitasnya sehari-hari. Putaran ketiga akan performance. Putaran terakhir kini giliran sang pria yang akan memilih dari para peminatnya yang tersisa. Kalau tidak ada, berarti sang pria itu harus pasrah, bahwa dia bukang orang yang diinginkan oleh para wanita.

Bisnis Sex, dimanapun dan kapanpun selalu menjadi bisnis yang besar dan menjanjikan. Pengalaman baru-baru kemarin, naiknya “isu Miyabi” semakin memperlihatkan bahwa itu merupakan sebuah keuntungan besar2an bagi para penyedia bisnis sex.

Kita lihat bagaimana Valentine, bukan hanya menguntungkan para perusahaan coklat (kalau ini Cuma beberapa persen), tapi juga membuat semua media menyuguhkan acara-acara special valentine, bertemakan kasih sayang, minimarket sampe hypermarket berlomba-lomba memberikan sale besar-besaran. Film-film dan sinetron-sinetron tidak jauh beda akan menjadikan “sex” sebagai tema tayangannya.

Kembali pada Take Me Out, kalau ada yang beranggapan bahwa itu adalah salah satu “ikhtiar” mencari jodoh, ya itu memang pilihan bagi masing-masing orang, akan memilih jodoh dimana??? Ada yang suka cari jodoh di diskotik, atau rumah bordil??ya, itu pilihan kok! Lagipula, saya tidak melihat bahwa para peserta adalah orang-orang yang memang telah siap untuk menikah. Tidak ada jaminan juga bahwa pasangan itu akan diproses ke jenjang pernikahan. Justru seperti menunjukan bahwa hubungan pranikah itu adalah sah!

Apakah para tim kreatif media kita tidak bisa lagi membuat program yang sehat bagi masyarakat Indonesia???

Title: Rumah Bordil Masuk TV!!!; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

1 comment:

wibiono said...

SETUJUUUU.
saya jg sebel banget liat acara kaya gituan....