Pages

Saturday, April 21, 2007

AKU INGIN JADI GERMO




Cerpen oleh : Shinta ArDjahrie

Senja memerah. Tiupan angin senja ini terhitung lemah di akhir musim dingin kali ini. Mungkin tak berapa lama lagi, perannya harus digantikan kemarau yang meretakan lapisan tanah. Gemuruh akan mulai menghentikan seriosa-nya sekedar memberikan ruang pada percikan tajam sinar mentari.

Hujan-panas…tetaplah panas. Setidaknya itu yang kurasakan di rumah-kalau harus disebut rumah-ini. Entah seperti apa sejuk itu, ingin sekali aku merasakannya. Air conditioner yang terpasang di ujung ruangan itu memang keluaran perusahaan ternama. Semerbak aroma terapi konon katanya pula membuat perasaan menjadi relax.

Namun, selalu saja hawa gerah yang terasa, apalagi kalau sudah menginjak senja.

Dering ponsel memberi warna senja itu ditengah-tengah bising musik country. Sesosok wanita sintal dengan tergopoh-gopoh mengangkat nokia 9100 dengan chasing warna menyala itu.

“…………..!!……!!!ya..ya…tenang aja…barang baru pasti kualitas yahud!”

Entah apa yang diobrolkannya, yang pasti kalimat itu menjadi akhir pembicaraan mereka. Aku hanya paham derai tawa genit yang sesekali mewarnai perbincangan wanita itu.

Cantik. Wanita itu maksudku. Dia memang wanita. Tentu saja cantik. Kalau ganteng itu ya pria.

Senja ini, tak seperti biasanya wanita itu tampak terburu-buru. Biasanya jam-jam segini, dia sudah rapi dengan dempulan powder, olesan lipstick, sentuhan blush on, eye liner, maskara, serta “pernak-pernik” lain.

Rupa-rupanya si wanita mempunyai selera sentuhan minimalis. Hal itu bisa terlihat dari cara berbusananya. Dari atas sampai bawah, sungguh “minimalis”, hingga kemolekan tubuhnya seperti manekin yang dapat dinikmati dengan mudah oleh siapapun.

Namun dia tetaplah cantik. Bagaimanapun dia, tetap cantik di hatiku. Gurat wajahnya menunjukan betapa kehidupan ini telah membuat ia harus bekerja keras.

Kau memang cantik………..ibuku!!!

*****

“Bener kamu mau kerja disini nduk?”

“Ya bener lah yu, …aku ya juga nggak enak numpang dan ngrepotin keluarga mbakyu terus-terusan. Aku kekota ya pengen kerja”

“Nggak usah nggak enak-nggak enakan kayak gitu. Aku ini kan juga mbakyu-mu. YA sudah, bentar lagi kamu bakal ketemu mamih”

“Mamih itu siapa tho Yu?”

“Dia yang bakal ngasih kamu kerjaan. Dia juga bigboss-ku. Mamih baik kok orangnya. Aku sama teman-tema dulu ditolong mamih waktu bingung cari kerjaan. Kamu liat sendiri toh hasilnya?aku bisa ngirim duit buat kalian di rumah”

“Iya..iya yu! Aku ya pengen punya duit sendiri. Mamih itu baik ya orangnya? Kok di jaman kayak sekarang masih ada orang kayak gitu!”

“”Iya,mamih juga sebenarnya bijaksana. Dia kadang jadi tempat ngadu kita kalau lagiada masalah. Berkat mamih kita semua bisa sejahtera kayak gini. Asal kamu jangan cari gara-gara, mamih juga nggak bakal galak sama kamu”

“Iya….iya…wah, mamih itu orangnya baik ya….kayak malaikat”

Obrolan dua bersaudara katro itu terhenti saat seorang wanita keluar dari ruangan sebelah yang dibatasi kain gorden warna merah menyala.

Kadang karena bosan, aku lebih memilih tidak berada di umah di saat-saat senja seperti ini. Berbgai macam permainan di rumah Sonya- sepupuku- lebih membuat aku tertarik hinga kerap kali aku menginap di rumahnya. Walau sebenarnya aku juga melihat beberapa mainan yang sama antara dirumahku dan dirumah Sonya. Sonya punya koleksi boneka-boneka barbie yang cantik-cantik lengkap dengan pernak-perniknya. Tapi aku punya yang lebih hebat. Banyak boneka- boneka cantik di rumahku. Mereka hidup. Bisa tertawa, menangis, bernyanyi, menari, dan lain sebagainya. Sonya pasti iri melihat boneka-boneka di rumahku lebih hebat. Apalagi ibuku yang merawat boneka-boneka itu. Kata boneka-boneka itu, ibuku baik hati. Apa tadi kata wanita itu??? Ibuku seperti malaikat.

Aku juga ingin seperti ibu. Wanita-wanita cantik itu patuh pada ibu. Kalau aku jadi seperti ibu, mereka juga pasti patuh padaku. Nanti aku ingin menyuruh mereka menipiskan dandanan yang seperti topeng itu. Aku juga akan membelikan mereka baju-baju yang lebih bagus yang lebih sopan yang nggak sobek sana-sini (mungkin mereka habis dimarahin Tukul Arwana, hingga baju mereka disobek-sobek). Aku juga akan melarang mereka kerja di malam hari. Kasihan…..pasti mereka ngantuk kalau harus kerja hingga larut malam. Kerjanya pagi-pagi saja. Mereka kan bisa menjahit, menyulam, merangkai bunga, mengasuh anak, dan lain-lain.

Mereka pasti mau menurut padaku……sama seperti mereka menurut pada ibuku…..karena ibuku malaikat bagi mereka………..karena ibuku seorang Germo!!

Aku ingin jadi malaikat juga……Aku ingin jadi germo!!!

Grendeng, 21 April 2007
Title: AKU INGIN JADI GERMO; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: