Pages

Sunday, July 10, 2011

Pembenahan Perpusda Untuk Tegal Cerdas 2011




Kecerdasan mungkin identik dengan nilai kognitif atau point IQ seseorang. Kurang disadari bahwa cerdas sebenarnya adalah sebuah budaya, bukan sekedar diukur dari nilai atau prestasi-prestasi yang diraih. Penciptaan lingkungan yang mampu menstimulasi adanya budaya masyarakat yang cerdas, itulah yang perlu dilakukan ketika pemerintah kota Tegal mencanangkan tema “Tegal Cerdas 2011”.

Tentu saja mewujudkan masyarakat cerdas harus disokong dengan proses pendidikan yang berkualitas.Program pendidikan yang dicanangkan bukan semata jenjang sekolah formal saja melainkan bagaimana masyarakat mampu mengembangkan diri melalui kekayaan literasi yang dimiliki. Dengan menyediakan informasi, masyarakat dapat memberitahukan kepada diri mereka sendiri tanpa suatu paksaan tentang berbagai isu muktahir. Masyarakat dapat memberdayakan diri mereka sendiri dengan mendapatkan berbagai informasi yang sesuai tugas atau pekerjaan masing-masing. Aktivitas ini dapat terfasilitasi dengan adanya perpustakaan. Tentu saja perpustakaan dengan pengelolaan yang baik. Dengan kata lain, melalui perpustakaan diharapkan akan terbentuk statu masyarakat yang terinformasi dengan baik, berkualitas, dan demokratis. Pentingnya peran  perpustakaan ini, maka tak berlebihan jika dapat disebut sebagai centre of learning dalam dunia pendidikan.

Perpustakaan Daerah Tegal memiliki gedung yang cukup besar dan masih baru setelah pindah dari tempatnya yang lama. Menempati gedung baru berlantai dua di daerah Mangkukusuman, gedung perpustakaan yang digabung dengan  kantor arsip tersebut cukup mudah dijangkau oleh masyarakat terutama pelajar. Melihat perpustakaan, kita akan melihat harapan bahwa banyak anak muda yang memiliki semangat belajar tinggi berkumpul disana. Tetapi nampaknya keberadaan perpustakaan tidak terasa di masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini.


Pertama, pelayanan yang kurang memuaskan. Beberapa kali perpusda harus mempersilakan para pengunjungnya untuk bergegas karena akan tutup. Padahal kalau di jadwal yang terpampang kita akan mengetahui bahwa perpusda akan tutup jam lima sore pada hari sabtu, dan jam empat sore pada hari-hari yang lain. Hari Minggu libur. Tapi, coba saja datang pada hari sabtu, maka pada pukul setengah empat sore anda akan dipersilakan untuk bergegas memilih buku yang akan dipinjam karena perpus akan ditutup. Pelayanan yang sangat kurang nyaman bagi para pecinta buku.

Mengenai jam buka perpus ini , kita juga perlu melihat kebutuhan anggota. Kalau melihat latar belakang anggota perpustakaan kebanyakan dari pelajar sekolah, dimana mereka memiliki jam luang diluar jam belajar. Anak-anak sekolah selesai belajar rata-rata jam satu atau dua siang. Sementara perpustakaan hanya memberikan jadwal buka hingga jam tiga atau empat sore. Hal ini perlu diperhatikan dengan memberikan inovasi pada perpustakaan, seperti memiliki jadwal buka pada hari libur. Perpustakaan yang buka pada hari libur dapat menjadi alternatif kegiatan liburan bagi para pelajar. Jadi, penyelenggaraan pendidikan yang berbasis pada kemampuan siswa untuk belajar mandiri bukan hanya pada lembaga formal di sekolah saja, namun juga pemerintah memiliki andil untuk turut serta dalam hal ini.



Faktor kedua adalah permasalahan koleksi buku yang masih sangat sedikit, tidak imbang dengan jumlah masyarakat, tentu saja ini akan memberikan kekecewaan pada para member.  Selain itu, perpusda Tegal tidak menyediakan katalog baik manual maupun digital, yang sebenarnya ini sangat diperlukan oleh member. Ini akan menyurutkan semangat masyarakat untuk mengakses informasi dan ilmu pengetahuan melalui perpustakaan daerah.

Faktor ketiga  tentu saja sosialisasi. Pemerintah perlu proaktif untuk mengajak masyarakat mencintai perpustakaan. Perpustakaan tidak dibangun hanya sebagai tempat penyimpanan dan peminjaman buku, tetapi perpus dapat dijadikan tempat untuk aktivitas-aktivitas pencerdasan yang lain. Selain pemerintah, elemen mahasiswa dan pemuda juga perlu menyadari ini. Perpustakaan dapat dijadikan alternatif untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti diskusi, bedah buku, dan lain-lain.

Tegal Cerdas 2011 tentu saja diharapkan bukan hanya jargon kosong tanpa makna. Masyarakat perlu memiliki akses yang luas untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Masyarakat Tegal seharusnya tidak perlu jauh-jauh untuk bisa mendapatkan informasi yang diinginkan. Namun nampaknya ini yang belum diperhatikan oleh pemerintah. Tegal tidak memiliki manajemen perpustakaan yang baik, sedangkan Tegal juga tidak memiliki toko buku lengkap sehingga kalau ingin mencari buku harus ke kota besar terdekat seperti Semarang. Tegal juga masih minim penyediaan fasilitas teknologi informasi, seperti titik hotspot juga tidak dikelola dengan baik sehingga terbengkalai.

Pengelolaan Perpustakaan Daerah yang masih terkesan sambil lalu adalah salah satu dari sekian banyak problema pendidikan yang seharusnya mendapatkan prioritas pemerintah yang tahun ini mengusung tema “Tegal Cerdas”. Masyarakat akan berharap bahwa tema ini tidak akan bertolak belakang dengan fakta yang ada. Masyarakat cerdas dapat terbentuk dari adanya budaya baca, tulis, dan aksi yang ini dapat terfasilitasi melalu perpustakaan deaerah. Perpustakaan bukan sekedar dibangun dan diisi buku-buku, melainkan perpustakaan harus dihidupkan dengan pengelolaan yang baik, dikembangkan serta disosialisasikan. Seperti ungkapan yang pernah dikatakan oleh Augustine Bireel bahwa “libraries are not made; they grow”. Semoga perpusda di Tegal dan di daerah-daerah lain di Indonesia dapat tumbuh berkembang menciptakan masyarakat yang memiliki budaya literasi tinggi. Bukan hanya Tegal Cerdas tapi Indonesia juga akan cerdas!! Semoga.




Title: Pembenahan Perpusda Untuk Tegal Cerdas 2011; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: