Pages

Friday, January 23, 2009

Kuch Kuch Hota Hai vs Ayat-Ayat Cinta



“mbak Shin, ntar malem di kosan kan? Brarti ntar qta nonton bareng Kuch-Kuch Hota Hai yak??!!” Hemh..tawaran yang menarik. Bertiga bareng si mamato qta bakal nonton mega asyik Bollywood yang pernah booming sekitar thn 2000-an. Yeah...kl pas lagi di kosan emang temen2 kadang ngajak nta nonton bareng, soalnya nta termasuk orang yang kuat melek malem. Ya..sekedar bwt nemenin and nggak jarang mendiskusikan isi film.

Filmnya seru… diskusi-nya juga seru. Film yang sebenarnya sudah terhitung “jadul”, tapi toh nyatanya qta masih ingat bagaimana sepak terjang si ganteng Rakhul dan si Jelita Anjeli. ^_^ .

Seperti biasa, ditengah-tengah nonton pasti kita akan mendiskusikannya. Si Miss Bollywood Echo, n Miss Lebai , Mamato , emang dua “kucluk” yang cukup asyik diajak diskusi. Kita mencoba membahas film ini dengan salah satu film yang cukup booming di Indonesia, Ayat-Ayat Cinta (AAC). Kenapa AAC? Satu hal qta sepakat, dua film itu satu genre : Film Cinta. Kalo komik nieh…jenis-nya serial cantik. Pendekatan yang dilakukan bermacam-macam, dari mulai psikologi, feminisme (he3)..sampai sosiologi. He3.

Beberapa hal yang qta simpulkan ( kl mereka baca nieh tulisan, bisa dijitak gw n diteriakin : “kita????lo aja kali mbak!!!” he3) adalah sebagai berikut :


1. ISI CERITA. Kita sepakat nieh dua film itu sama2 film cinta, lebih tepatnya tentang kisah cinta segitiga. Persetan kalo ada yang nganggap AAC itu film religi dan sebagainya, bagi qta tuh dua film sama!!! Dan menurutku kalo SBY bisa nangis di film AAC, brrti g bisa termehek-mehek nonton KKHH. Dari kesamaan itu, qta cpoba membandingkan, bahwa film cinta-nya Indonesia (AAC) masih kalah jauh dengan film cinta bollywood. Ceritanya lebih dalem, n lebih mendekati ke realistis. Satu lagi, selebai2nya film india, toh di KKHH tidak ada POLIGAMI!!!he3. AAC mungkin lbih dikenal dengan “film religi” , padahal isinya ya hanya menitikberatkan pada cinta. Toh di KKHH juga menunjukkan sebuah “religiusitas”. Ketika Rakhul mengatakan bahwa dia tunduk kepada tiga wanita, salah satunya yaitu Dewi yang ada dalam kepercayaannya. Kalo mo ngomongi religi ya kedua dilm ni sama aja. Mungkin di KKHH ditunjukkan bagaimana proses pernikahan yang syar’I, tapi yang saya lihat sejauh itu lebih yang dibawa itu adalah budaya bukan sebuah norma agama. Apa yang tergambarkan dalam AAC memang itu adalah budaya pernikahan khas Arab, yang antara mempelai putri dan putra ada di dua tempat yang terpisah. Saya pernah menjadi MC di pernikahan dengan adat Arab, dari awal yang ditekankan “ nanti kamu bakal liat nikah yang syar’I”. Tapi, menurutu itu hanya sebuah budaya saja, bagaimana kemudian di adat mereka pada malm slm pernikahan ada yang namanya adat malam pacar bagi keluarga yang kedua mempelai yang cewek-cewek. Disitu juga terlihat sebuah “glamour”. Saya berfikir lebih beradab tata cara di Indonesia, karena memang say orang Indonesia. Kalo yang mereka maksud syar’I adalah karena mempelai ceweknya pake jilbab tempatnya dipisah, rsanya kok pemikiran yang “cetek” banget yak???!!! Bagiku syar’I itu ya terpenuhinya rukun-rukun yang ditetapkan ( buset dah…diskusinya sampe sini nieh….!!!kayaknya udah mulai over and lebai jeng!!!)
2. PENOKOHAN. Satu hal lagi kita sepakat bahwa KKHH lebih rasional. Kalo katanya Miss.Lebai, si Mamato : “ Its Ok lah…si Fahri emang ganteng pisan/..tapi bu, dia terlalu sempurna untuk di dunia nyata sampe2 nggak ada cacatnya sama sekali, kalo Rakhul, seperfect2nya dia, tetep digambarkan sebagai manusia yang ada cela-nya”. Itulah hidup!!! Yup, mungkin two thumbs up bwt Hanung yang udah sedikit meng-improve tokoh Fahri, hingga nggak se”imposible” di novel. Improve Hanung-lah yang kemudian bisa membawa pesan itu. Kalo di novel, sebenarnya pembaca juga harus smart bwt ngebedain antara “prinsip” dan “karakter” dalam pergaulan lawan jenis. Kalo di novel, Fahri yangkaku, pendiam, dan dingin ke cewek emang itu karakter-nya, jadi belum tentu bahwa yang dia bawa adalah sebuah “prinsip pergaulan” yang syar’i. Belu tentu cowok yang “dingin” itu adalah orang yang benar-benar paham mengenai adab bergaul. Kalo udah dari sono-nya dia emang kaku, ya emang gitu donk!!! Nggak se-ekstrim itu lah kemudian syariat harus nyuruh orang harus jadi kaku, dingin, dll.
3. Setting. Yup, yang mungkin jadi salah satu nilai lebih yang sering digembor2kan dari film AAC adalah dengan setting Mesir-nya. Sebenarnya justru itu menjadi kekecewaan kita karena kenapa kita nggak pake setting lokal. Liat KKHH and sinema Bollywood lain yang begitu bangga dengan lokalitasnya, nasionalisme lebih terlihat disana (walaupun kalo liat sekuel-nya dwilogi-nya Kang Abik qta juga bakal melihat lokalitas di KCB). Bagaimana kemudian terlihat nasionalisme Rakhul yang menguji Tina untuk menyanyi dalam bahasa Hindi. Kalo di KKHH, kita terpaku pada “arabian”culture yang kemudian menjadi salah satu alasan untuk mengklaim sebagai film religi. Jujur saja tadinya saya berharap AAC ini dibawa dengan menekankan pada setting univ.Al-Azhar dan bagaimana menggambarkan suasana akademis disana dan perjuangan Fahri dengan tesis-nya. Tapi nyatanya nonsens!!!sekali lagi ini hanya film cinta biasa..sama dengan film2 cengeng lainnya. Malah di KKHH memberikan sketsa suasana kampus disana. Dosen yang “syur”, Rektor yang “gokil”, dll.

Itu beberapa hal yang sempet didiskusikan, sbenarnya ada lagi diskusi mengenai psikis cewek dan cowok dalam film KKHH ini. Tapi pas diskusi ini gw lagi nyuci…he3 ^_^. Satu lagi kenyataan, bahwa walaupun jadul, film KKHH masih asyik ditonton sampe sekarang (bayangin udah berapa tahun tuh…ni film dirilis sejak jaman tumbangnya orde baru bo!!!), sedangkan AAC, lebaran kemaren diputer di TV aja udah bikin bosen...
Saya sedang menanti bisa nonton Perempuan Berkalung Sorban, sempet baca novelnya tapi belum selesai. Saya pikir ni film lebih “realistis” dan “cerdas” daripada film yang sudah-sudah, tapi heran juga kok nggak “booming” banget ya???nggak kyak AAC dulu atau KCB yag dari audisi-nya aja udah “ribut”… Ah, Indonesia emang bangsa yang lebai!!!
Semoga dunia sinematografi Indonesia makin maju!!!amien…
Title: Kuch Kuch Hota Hai vs Ayat-Ayat Cinta; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

1 comment:

Anonymous said...

wah mbak, saya setuju banget sama reviewnya mbak mengenai AAC vs KKHH, terutama poin nomer satunya...