Pages

Sunday, January 11, 2009

Jadi Nominator Lomba Essay

Kemarin nta dapet sms, katanya essy-ku masuk nominator Lomba Essay "Agama dan Kekuasaan" Tingkat Mahasiswa se-Indonesia. Setelah dicek di internet trnyata benar, ada nama nta dan judul essay. Nta ada di nomor 25. Selain nta, dari UNSOED juga ada Mas Firdaus Putra.
Berikut pengumuman lengkapnya.

Setelah dilakukan proses seleksi terhadap 317 esai yang masuk mengikuti lomba, maka dewan juri memutuskan esai yang menjadi pemenang dan nominator adalah sebagai berikut.


Juara:

1. “Khilafah Vs Demokrasi: Relasi antara Agama dan Kekuasaan” karya Gugun El-Guyanie dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;
2. “Islam Versus Islamisme: Reposisi Islam sebagai Agaa Kekuasaan atau Agama Peradaban” karya Ardiyansyah dari Universitas Langlangbuana Bandung;
3. “Fundamentalisme: Sengkarut Hubungan Iman dan Kuasa” karya Muhammad Ismaiel dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
Nominator:

4. “Negara dan Agama dalam Panggung Sejarah Ideologi” karya Syah Azis Perangin Angin dari IAIN Walisongo Semarang;
5. “Menampung Islamisme sebuah Tantangan Demokrasi” karya Djohan Rady dari Universitas Indonesia Jakarta;
6. “Agama di Tepi Kekuasaan” karya Ahmad Asroni dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;
7. “Power/Knowledge/Corrupt: Telisik Sosiologi Hubungan Kekuasaan dan Agama” karya Firdaus Putra A. dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto;
8. “Agama, Kekuasaan: Suatu Perkwinan yang Dinantikan” karya Salman Rusydie Anwar dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;
9. “Politisasi Agama dan Sindrom Kekuasaan” karya Mohammad Takdir dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta;
10. “Tangga-Nada Kuasa Agama” karya Ahmad Khotim Muzaka dari IAIN Walisongo Semarang;
11. “Pancasila, Kekuasaan, dan Politisasi Agama dalam Negara Budaya Patron-Klien” karya Sayfa Aulia Achidsti dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta;
12. “Tujuan Kekuasaan dalam Pengentasan Kemiskinan: Ekonomi Ukhuwah dan Strategi Menuju Islamic Welfare State” karya Hamzah Ali dari Universitas Negeri Jakarta;
13. “Distorsi Definisi Cinta dan Seka: dalam Bingkai Kuasa Modernisme-Barat” karya Isni Ekowati dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto;
14. “Sebuah Mozaik: Heroisme Berkedok Agama (Antara Religi dan Spiritulitas) karya I Made Dwi Ariawan dari Universitas Udayana Bali;
15. “Melacak Jejak Premanisme dalam Politik Indonesia” karya Yogi Setya Permana dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta;
16. “Kekuasaan, Tuhan, Kematian” karya Abdul Aziz Rasjid dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto;
17. “Tubuh Berotak Jamak” karya Ayu Maylani dari Universitas Diponegoro Semarang;
18. “Mewujudkan Parpol Lokal sebagai Representasi Kedaulatan Rakyat di Daerah” karya Adhitya Himawan dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta;
19. “Kekuasaan dalam Selimut Kolektivisme Naif” karya Riyadlotu Solikhah dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto;
20. “Politik Kekuasaan dan Agama di Indonesia” karya Muhammad Husni Mubaroq A. dari Universitas Padjajaran dan Parahiyangan Bandung;
21. “Problematika Agama dan Kekuasaan dalam Kemanusiaan” karya Cahyani Ikawoni Putri dari Universitas Airlangga;
22. “Penguasaan atas Nama Agama dalam Kancah Pertempuran Invisible Perlawanan terhadap Dua Bentuk Penjajahan atas Perempuan” karya Miftahul Anam dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokert;
23. “Agama dan Negara dalam Tradisi Pemikiran Politik” karya Moh Fairuz ad-Dailami dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
24. “Islam, Demokrasi, dan Hasrat Kuasa” karya Munawir Aziz dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus;
25. “Agama dan Ruang Perempuan” karya Shinta Ardhiyani U dari Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto;
26. “Islam dan Nasionalisme” karya Hafid Ismail dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto;
27. “Kartini Mandella dan Barack Soekarnoputri” karya Reza Praditya Yudha dari Universitas Muhammadiyah Malang;
28. “Demokratisasi Ekonomi Islam Indonesia” karya Yontomi dari Sekolah Tinggi Islam Negeri Purwokerto;
29. “Perbedaan Interpretasi Agama dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat: Dampak Kepemilikan Kekuasaan” karya Arif Hidayat dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto;
30. “Menggenggam Kekuasaan di Atas Agama” karya Vivi Novi Yanah dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto.

Keputusan Dewan Juri di atas bersifat mengikat dan tidak bisa diganggu gugat. Selanjutnya, para pemenang dan nominator akan dihubungi panitia untuk diundang dalam kegiatan Launching Buku para pemenang dan nominator
dan Serah Terima Penghargaan pada tanggal : 14 Maret 2009 di STAIN Purwokerto, Jl. A. Yani No. 40 A Purwokerto.
Selamat bagi para pemenang dan nominator.

Dewan Juri:

Drs. Ahmadun Yosi Herfanda
Abdul Wachid B.S., S.S., M.Hum.
Heru Kurniawan, S.Pd. M.A.

info lengkap bisa dilihat di sini
Title: Jadi Nominator Lomba Essay; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

2 comments:

el-ferda said...

“Pembicaraan mengenai hak-hak perempuan seakan-akan selalu bertentangan dengan religiusitas”. Ini merupakan ide dasar tulisan kamu. Menurutku yang masih kurang adalah eksplorasi dari sisi normativitas—tentunya dengan berbagai tafsir tertentu—yang bisa menjawab pokok masalah yang kamu ajukan. Saya melihat justru kamu mengalami blunder pada beberapa paragraf awal ketika kamu menyebut masalah kesetaraan gender di Barat yang sebenarnya “baru kemarin sore” muncul. Di sini terlihat kamu ragu untuk menempatkan fokus tulisan kamu. Apakah akan mengkaji dari perspektif agama, misal Islam, atau justru akan mengkaji konsep feminisme versi Islam.

Sampai paragraf akhir saya juga belum menemukan eksplorasi, terkait konsep atau sejarah penindasan dan lain sebagainya untuk kamu analisa secara memadai. Kamu juga belum menjelaskan bagaimana suatu penafsiran tertentu menjadi bias jender. Ya, saya sepakat di sana ada persoalan kuasa/ pengetahuan, versi Faucault, cuma persoalannya bagaimana nalar itu bekerja belum kampu ungkapkan dalam kasus perempuan dan agama ini.

Dua paragraf terakhir justru saya pandang sebagai paragraf eksplorasi. Di sana mulai terlihat bagaimana penindasan terhadap perempuan. Meskipun, kamu masih sering memainkan demagogi-demagogi yang sifatnya retoris dan klise.

Saranku, sistematiskan penulisan dengan membuat—meski abstrak—bagian pendahuluan atau latar belakang, rumusan masalah, analisis, dan kesimpulan guna mengikat makna. Misal, dalam tulisan ku, Pendahuluan, saya membicarakan tentang serpihan berbagai tragika relasi kuasa dengan agama dalam berbagai variasi. Saya beri judul sub bab “serpihan tragika”. Dilanjut kemudian saya memberikan rumusan masalah yang secara lugas saya sampaikan, “Lantas bagaimana seyogyanya kekuasaan dan agama saling menganyam dan memintal hubungan agar tragika tak lagi terjadi dan produktif bagi kemanusiaan?”

Sebelum menjawab rumusan masalah itu, secara mengalir saya memberikan frame of analysis tulisan ini dengan kerangka Foucault dan Acton, dalam judul sub bab “power/ knowledge” dan “power/ corrupt”. Pada sub bab selanjutnya, “prophan/ sacral” merupakan anak tangga menuju kesimpulan. Di sana saya mulai memberikan “rekomendasi” bagaimana seyogyanya memintal relasi kuasa/ agama. Dan pada sub bab “semacam penutup” saya mengikat makna secara tegas, bahwa, “Dan akhirnya, hubungan antara kekuasaan (negara) dan agama tidak harus berhadap-hadapan dan tolak-menolak. Hubungan tersebut akan produktif ketika masing-masing menyadari konteks dimana ia hidup dan tumbuh. Belajar dari Nurcholis, Kuntowijoyo dan An-Naim, sadar konteks merupakan kemampuan agama untuk mengobyektivikasikan nilai-nilainya yang partikular agar lebih bersifat general. Sadar konteks merupakan kemampuan untuk mawas diri, bahwa wadag (bentuk) akan terkikis waktu dan tempat, sedang isi (substansi) senantiasa akan tepat untuk segala waktu dan tempat. Dalam kemawasdirian itu, kekuasaan dan agama bisa berdampingan secara harmonis.”

Dengan sistematisasi tulisan seperti itu, maka kerangka berfikir kita serta berbagai bidikan kita akan mudah dibaca. Dan paragraf penutup merupakan bagian penting, sepenting paragraf pembuka. Di sana biasanya membutuhkan sedikit demagogi atau retorika yang tentu saja disarikan dari analisis secara keseluruhan dari tulisan tersebut.

Demikian komentar saya. Semoga bermanfaat. Terlepas dari komentar ini, saya rasa saya bukan hakim atau juri yang punya orotitas penuh. Hehehe. Piss.

rizalkhan-cahyani said...

Aslm...
Shinta, dapat salam dari cahyani...heheheh

"ii...waw keren" ^^