Pages

Wednesday, October 29, 2008

Proporsionalitas Gerakan Mahasiswa (Tolak Pornoaksi, YES!! RUUP, No!!)

Gelombang dukungan – baik pro maupun kontra- pada RUU pornografi kian hari nampaknya semakin menghangat. Tak pelak mahasiswa juga turut andil dalam bersuara, baik aksi turun ke jalan, aksi “sms”, dan lain-lain. Mahasiswa rupanya merasa “terpanggil” terhadap proses pembuatan RUU tersebut. Aksi yang kerap kita lihat dari kalangan mahasiswa yakni dari gelombang pro, dengan penurunan massa besar untuk turun ke jalan, dan biasanya dihiasi juga dengan pengumpulan tandatangan dukungan kepada masyarakat.

Ketika berbicara peran-peran mahasiswa dalam sebuah proses pembuatan sebuah produk hukum, efektifitas aksi seperti itu sebenarnya patut dipertanyakan. Sejauh pengamatan di lapangan, aksi-aksi yang ada lebih kepada mobilisasi massa saja. Secara umum, aksi-aksi mahasiswa seharusnya dihindari dari hal-hal yang hanya sebatas penggelontoran kaum intelektual untuk turun ke jalan. Aksi-aksi intelektual sebaik lebih dibudayakan.

Lepas dari content RUUP itu sendiri, aksi-aksi yang ada seputar RUUP nampaknya memberi kesan sebagai luapan emosi. Aspek-aspek emosi saja yang coba ingin diangkat dengan sentiment kelompok masing-masing. Kalau difikirkanlebih lanjut, tidak ada efek secara lansung ketika mahasiswa aksi turun ke jalan, mengumpulkan tandatangan dan mengirimnya ke gedung dewan. Mahasiswa seharusnya ada di ranah-ranah untuk melakukan kreativitasm dalam gerak-gerak kekaryaan, atau kita bisa pinjam istilah ekonomi, yaitu dengan bergerak di sektor riil. Sudah saatnya paradigma peran mahasiswa diubah – khususnya di kalangan rekan-rekan gerakan mahasiswa.


Gerakan mahasiswa di era kini lebih kental pada gerakan-gerakan poltik praktis dibanding dengan gerakan intelektual. Kenapa harus jauh-jauh untuk mendukung RUUP yang ada di meja dewan, kita bisa memulainya dari kampus. Pornografi ,pornoaksi sring kita lihat di lingkungan kampus- yang notabene adalah lingkungan pendidikan. Kenapa kita tidak melakukan gerakan untuk penegasan peraturan berbusana pada mahasiswa (i) saat proses perkuliahan??? Kampus kini tak berbeda dengan catwalk dengan beragai macam mode pakaian yang sedang in dengan segala keseronokannya. Sejauh mana kepedulian teman-teman gerakan mahasiswa mengenai aksi pornografi dan pornoaksi di kampus? itu tidak akan selesai dengan RUUP saja.

Sebagai organisasi-organisasi gerakan mahasiswa baik intra maupun ekstra kampus, tentunya memiliki bargaining position di kebijakan kampus. Selama ini jarang (atau bahkan tidak ada) terdengar aksi BEM untuk menegakkan kembali peraturan untuk berbusana sopan ketika kuliah, atau dengan penertiban “ayam kampus”. Penjualan alat kontrasepsi kini sedang marak di wilayah-wilayah kampus. Aksi-aksi pornografi sering terlihat di taman-taman kampus. Untuk memulai mewujudkan lingkungan kita yang bersih saja kita tak peduli. Kita terlalu silau dengan isu-isu nasional dan akhirnya bisa tejebak pada mobilisasi massa yang tentunya telah dipolitisir. Sudah saatnya gerakan mahasiswa melakukan reposisi dan reorientasi gerakan supaya lebih efektif dan proporsional.

Ketika lembaga-lembaga masyarakat baik sosial maupun keagamaan melakukan aksi turun ke jalan dengan dukungan pro-nya serta kelompok masyarakat adat dengan sikap kontra-nya, itu masih proporsional, karena lingkungan mereka adalah masyarakat umum secara langsung. Disini bukan pula berarti ada pendikotomian ataupun penyempitan ruang-ruang mahasiswa. Tetapi dalam konteks sebuah proses pembuatan produk hukum, dalam kasus ini adalah RUUP, peran-peran mahasiswa diharapkan tidak terjebak pada pemobilisasian massa. Aksi massa dalam beberapa situasi dibutuhkan tetapi dalam kasus ini tidak efektif karena ini bukan merupakan sebuah tuntutan, tetapi sebuah dukungan, sebuah spirit terhadap produk yang sedang digodog di dewan. Sederhananya, apakah karena semakin banyak massa yang turun ke jalan, semakin banyak tandatangan yang dikumpulkan, kemudian itu menjadi penentu disahkan atau tidaknya RUUP? Apa ada aturan seperti itu? Yang ada nyatanya adalah sebuah upaya provokatif dalam pengumpulan massa, sebagai pemanasan dan taksiran dukungan yang dapat mereka kumpulkan di ajang 2009 nantinya. Logika moral di benak mahasiswa tidak disinergikan dengan logika politik di meja dewan, akhirnya aksi yang muncul adalah aksi konyol saja.

Ayo kalau memang kita benar-benar menentang maraknya pornoaksi, ciptakan lingkungan kampus sebagai lingkungan berpendidikan, yang menjunjung tinggi moral. Jadikan kampus sebagai wahana kita untuk berkarya, dan itu kita pandang sebagai upaya progresif kedepan, karena mahasiswa-mahasiswa saat inilah yang akan terjun dari masyarakat. Biarkan anggota dewan saling mengerutkan dahi memikirkan RUUP, biarkan organisasi-organisasi masyarakat menyuarakan aspirasinya, dan marilah kita mulai aksi-aksi intelektual kita. Jangan nodai independensi mahasiswa dengan kepentingan-kepentingn politik praktis.

Tolak Pornografi, Yes!! RUU Pornografi, No!!!

Title: Proporsionalitas Gerakan Mahasiswa (Tolak Pornoaksi, YES!! RUUP, No!!); Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: