(ini postingan lama, tapi belum kupost di blog, karena dalam beberapa minggu kedepan kayaknya mo ketemu Seli dkk, jadi inget note ini jd kurepost di blog.., )^_^
Dea, tata, dan Seli adalah adik-adik baru saya selama kurang lebih dua pekan ini. Dea seorang gadis manis yang sudah duduk di bangku kelas dua SD, sedangkan tata-adik dea- masih bermain di TK “nol kecil”. Selly lebih senior dibanding keduanya, karena dia sudah duduk di bangku kelas lima SD. Bersama ghafra, rafi, dan Sukma, mereka semua adalah adik-adik yang kebetulan saya ajar privat mengaji Al-Quran. Diantara mereka semua, tentu saja Selly yang sudah ada di tingkatan lanjut (sudah Iqra 2). Pertemuan terakhir kemarin cukup memakan waktu lama, karena saya baru mendengar bacaan sally pada rangkaian huruf hijaiyah yang mengandung huruf “’ain”.
Dalam dialek Banyumas, bunyi ‘a lebih familiar dilafalkan dengan bunyi “nga”. Jadi yang akan kita dengarkan bukan ‘a, tapi “nga”. Bukan surat “Al-‘ala” tapi “Al-ngala”. Bukan “Waalaikumsalam” tapi “Ngalaikumsalam”. kata "alamin" jadi berbunyi "ngalamin" . Sebenarnya ini bukan hal baru yang kita dengar. Dalam konteks dialek lain, kita akan mendengar potongan lafadz istighfar menjadi berbunyi “astaghfirullahaladjim”, atau kadang-kadang kita juga mendengar lafadz takbir terdengar “Allahu-ekbar”. Serta banyak contoh-contoh lain yang terjadi dalam masyarakat sekitar kita.
Read more ...