Pages

Sunday, July 10, 2011

Huruf 'ain Untuk Seli

(ini postingan lama, tapi belum kupost di blog, karena dalam beberapa minggu kedepan kayaknya mo ketemu Seli dkk, jadi inget note ini jd kurepost di blog.., )^_^

Dea, tata, dan Seli adalah adik-adik baru saya selama kurang lebih dua pekan ini. Dea seorang gadis manis yang sudah duduk di bangku kelas dua SD, sedangkan tata-adik dea- masih bermain di TK “nol kecil”. Selly lebih senior dibanding keduanya, karena dia sudah duduk di bangku kelas lima SD. Bersama ghafra, rafi, dan Sukma, mereka semua adalah adik-adik yang kebetulan saya ajar privat mengaji Al-Quran. Diantara mereka semua, tentu saja Selly yang sudah ada di tingkatan lanjut (sudah Iqra 2). Pertemuan terakhir kemarin cukup memakan waktu lama, karena saya baru mendengar bacaan sally pada rangkaian huruf hijaiyah yang mengandung huruf “’ain”.

Dalam dialek Banyumas, bunyi ‘a lebih familiar dilafalkan dengan bunyi “nga”. Jadi yang akan kita dengarkan bukan ‘a, tapi “nga”. Bukan surat “Al-‘ala” tapi “Al-ngala”. Bukan “Waalaikumsalam” tapi “Ngalaikumsalam”. kata "alamin" jadi berbunyi "ngalamin" . Sebenarnya ini bukan hal baru yang kita dengar. Dalam konteks dialek lain, kita akan mendengar potongan lafadz istighfar menjadi berbunyi “astaghfirullahaladjim”, atau kadang-kadang kita juga mendengar lafadz takbir terdengar “Allahu-ekbar”. Serta banyak contoh-contoh lain yang terjadi dalam masyarakat sekitar kita.


Bahasa memang sangat erat kaitannya dengan bunyi. Spoken language (bahasa lisan) adalah bentuk awal peradaban, atau bahkan sama kelahirannya dengan manusia sebagai penutur atau pemakai bahasa, sementara written language (bahasa tulis) adalah hasil peradaban lanjutan.. Dalam setiap bahasa, memiliki system bunyi dan ilmu yang mempelajarinya disebut fonologi. Fonologi termasuk dalam subkajian dalam ilmu inguistik yang mempelajari tentang sistem bunyi suatu bahasa secara khusus. Dalam fonologi sendiri, masih terdapat dua subkajian yang lebih di khususskan lagi, yaitu fonetik dan fonemik.

Suatu bagian penting dari fonologi ialah mempelajari satuan bunyi terkecil yang membedakan makna di dalam suatu bahasa. Di dalam Bahasa Inggris, sebagai contoh, / p/ dan / b/ adalah satuan bunyi yang membedakan makna, ( mereka adalah perbedaan yang berkenaan dengan fonem, atau phonematic). Ini dapat dilihat dari pasangan minimal seperti " pin" (peniti) dan " bin” (bak/peti), yang berarti hal-hal yang berbeda, tetapi berbeda hanya di dalam satu bunyi. Pada sisi lain, / p/ adalah sering dilafalkan dengan cara yang berbeda tergantung pada posisinya sehubungan dengan lain bunyi, namun pengucapan kata-kata yang berbeda ini masih dianggap oleh penutur asli sebagai " bunyi " yang sama. Sebagai contoh, / p/ di dalam kata "pin" adalah aspirated aspirasi fonem yang sama tetapi tidak bila di dalam kata "spin". Dalam beberapa lain bahasa, sebagai contoh Thai Dan Quechua, perbedaan aspirasi yang sama atau tidak ini tetap membedakan fonem.

Setiap bahasa memiliki system bunyi masing-masing. Di dalam bahasa Indonesia dan Jawa, ada beberapa konsonan yang tidak dalam system bunyi bahasa arab. Seperti kasus yang coba saya ceritakan diatas, pada system bunyi bahasa Arab, kita mengenal Ain (ع) yang dideskripsikan =/Pharyngal /geseran /td bersuara. Sedangkan konsonan “Ng” itu tidak ada dalam bahasa Arab konsonan ini dideskripsikan =/Dorsovelar /geseran /bersuara /nasal.

Cukup riskan ketika kesalahan lafal mengakibatkan perubahan makna. Apalagi ini dalam konteks bahasa Al-Quran. Dalam Al-Quran kita diperintahkan untuk membaca secara tartil (Q.S : Al-Muzzamil :73). Salah satu factor yang menyebakan kekurangan dalam pembelajaran bahasa adalah adanya interfensi dari bahasa ibu.

Itulah kenapa belajar Al-Quran diarahkan semenjak usia dini. Aksen dari bahasa ibu memang mampu mempengaruhi ucapan seseorang. Salah satu factor yang menyebakan kekurangan dalam pembelajaran bahasa adalah adanya interfensi dari bahasa ibu. Maka dalam belajar Al-Quran, kita belajar untuk membaca, bukan sekedar menghafal suara. Menirukan dan menghafal adalah metode-nya. Huruf ‘ain tidak ada dalam sistem bahasa Banyumas, maka yang kita lakukan bukan belajar Al-Quran dengansistem bahasa Banyumas, tetapi kita belajar system bahasa Al-Quran, -termasuk di dalamnya adalah mengenai makhrojul huruf-.

Saat kecil, mungkin kita terbiasa untuk belajar ngaji dengan menghafal, bukan membaca. Kita kadang sekedar menghafal “bunyi huruf hijaiyyah” dari “a” sampai “ya”, dan bukan memahami huruf demi huruf. Tetapi ketika kita belajar huruf demi huruf, termasuk makhrojul-nya, maka pengaruh logat/aksen tidak akan masuk. Jadi mindset pembelajaran Al-Quran sebenarnya sama saja kita mencoba mengajarkan sebuah system bahasa baru.

Saya mencoba banyak bertanya pada beberapa ustadz/ustadzah TPA dan teman-teman, tidak lupa juga googling bahkan sampe searching dan discuss di kaskus (sundul gan!!!). Ternyata banyak sekali kasus-kasu serupa, dan bukan hanya pada huruf ‘ain.

Pembelajaran bahasa memang suatu hal yang menarik (btw, tapi kalau konteksnya saya sering bolos di kelas linguistic, itu bukan berarti saya nggak belajar diluar, itu konteks kasus “manajemen waktu” saja…he3).

Tentu saja ketika kita salah melafalkan suatu kata, maka artinya akan menjadi berbeda. Logat, kebiasaan, bukanlah sebuah apologi yang bijak yang membuat kita memaklumi sesuatu yang salah diucapkan. Apalagi itu berkaitan dengan bahasa kitab suci. Yang terpenting adalah kemauan untuk belajar dan terus belajar. Tentunya ketika lafal kita masih salah, tidak ada maksud kita untuk menyampaikan yang salah. Kadang ada apologi “yang penting maksud kita benar”. Yup, memang bahasa hati kita lah yang kemudian paling jujur. Tapi itu bukan alasan untuk tidak belajar. Itulah indahnya komunikasi. Kalau berkomunikasi dengan manusia saja kita memerlukan banyak belajar, apalagi ketika berkomunikasi dengan wahyu Allah????

Yang penting………….mau BELAJAR!!!!! ;-)


Special dipersembahkan kepada : my lovely mom, “ustadzah sejati”qu; Bilal dan Ocha (dua jundi kecilku) ; adhe2 TK Islam Darussalam (saya pernah berkecimpung dalam proses pembelajaran disana walau hanya beberapa bulan); adhe’-adhe TPA Mafaza; adhe’-adhe’ binaanqu.
Untuk semua anak-anak muslim di seantero nusantara….. luv u all!!
Semua partner diskusiku di kampus sastra….miss u.he3 ?
nb : sangat membuka saran dan masukan... banyak yg perlu ditambahi dan dikoreksi. Nuwun.
Title: Huruf 'ain Untuk Seli; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: