*juara harapan 2 LKT Perpusnas 2010 kategori Dosen dan Umum
Pendahuluan
Keberadaan perpustakaan nasional (perpusnas) memiliki arti penting dan korelasi positif terhadap upaya pencerdasan masyarakat. Program pendidikan yang dicanangkan bukan semata jenjang sekolah formal saja melainkan bagaimana masyarakat mampu mengembangkan diri melalui kekayaan literasi yang dimiliki. Dengan menyediakan informasi, masyarakat dapat memberitahukan kepada diri mereka sendiri tanpa suatu paksaan tentang berbagai isu muktahir. Masyarakat dapat memberdayakan diri mereka sendiri dengan mendapatkan berbagai informasi yang sesuai tugas atau pekerjaan masing-masing. Dengan kata lain, melalui perpustakaan diharapkan akan terbentuk statu masyarakat yang terinformasi dengan baik, berkualitas, dan demokratis .
Walaupun belum ada definisi resmi apa itu perpustakaan nasional, namun dari nama-nya kita akan mengetahui posisi nya sebagai penyimpan dokumentasi nasional. Selain itu, keberadaannya yang dipusat dan bersifat nasional, maka perpusnas menjadi lembaga koordinator perpustakaan-perpustakaan yang ada di daerah. Sifat nasional ini menjadi istimewa karena berkonsekuensi untuk dapat diterima masyarakat secara luas dan menasional. Namun kedudukan nasional ternyata juga memberikan kesan menara suar yang susah digapai oleh masyarakat. Tak banyak masyarakat yang mengenal perpustakaan nasional pun warga ibukota yang memiliki lokasi dekat. Hal ini perlu menjadi perhatian sendiri karena dinamika perpustakaan nasional akan tercipta ketika masyarakat melakukan banyak aktivitas bersama perpusnas. Dinamika perpustakaan adalah sebuah aktivitas literasi mandiri dari para anggota-nya. Walaupun ada inovasi jemput bola dengan agenda perpustakaan keliling, tetap saja aktivitas literasi masyarakat dilakukan secara mandiri dan butuh tingkat kesadaran yang tinggi. Tanpa membangun kesadaran literasi pada masyarakat, maka tak ayal peran perpustakaan hanya sebagai ”brankas” saja tanpa adanya dinamika.
Dalam sosialiasi perpusnas perlu adanya media yang membangun kesadaran literasi pribadi. Maka media yang diperlukan adalah yang mampu menciptakan sebuah citizen library, dimana masyarakat dapat terstimulasi untuk turut serta melakukan beberapa peranan-peranan perpustakaan. Jadi nanti perpustakaan masyarakat menjadi lembaga yang dijalankan bersama-sama dengan masyarakat. Atau dengan kata lain, keterlibatan masyarakat menjadi penggerak/dinamisator perpustakaan nasional.
Maraknya jejaring sosial di era digitalisasi dewasa ini menjadi salah satu budaya populer yang sudah menjadi salah satu bagian gaya hidup masyarakat Indonesia. Bahkan menurut sebuah riset, per Juni 2009, Facebook menduduki peringkat pertama sebagai situs yang paling sering diakses oleh masyarakat Indonesia. Fakta ini merupakan hal yang potensial dalam melakukan efektifitas dan masifitas agenda perpustakaan nasional.
Oleh :
Shinta Ardhiyani U
158/SKT/SA/1111
Pendahuluan
Keberadaan perpustakaan nasional (perpusnas) memiliki arti penting dan korelasi positif terhadap upaya pencerdasan masyarakat. Program pendidikan yang dicanangkan bukan semata jenjang sekolah formal saja melainkan bagaimana masyarakat mampu mengembangkan diri melalui kekayaan literasi yang dimiliki. Dengan menyediakan informasi, masyarakat dapat memberitahukan kepada diri mereka sendiri tanpa suatu paksaan tentang berbagai isu muktahir. Masyarakat dapat memberdayakan diri mereka sendiri dengan mendapatkan berbagai informasi yang sesuai tugas atau pekerjaan masing-masing. Dengan kata lain, melalui perpustakaan diharapkan akan terbentuk statu masyarakat yang terinformasi dengan baik, berkualitas, dan demokratis .
Walaupun belum ada definisi resmi apa itu perpustakaan nasional, namun dari nama-nya kita akan mengetahui posisi nya sebagai penyimpan dokumentasi nasional. Selain itu, keberadaannya yang dipusat dan bersifat nasional, maka perpusnas menjadi lembaga koordinator perpustakaan-perpustakaan yang ada di daerah. Sifat nasional ini menjadi istimewa karena berkonsekuensi untuk dapat diterima masyarakat secara luas dan menasional. Namun kedudukan nasional ternyata juga memberikan kesan menara suar yang susah digapai oleh masyarakat. Tak banyak masyarakat yang mengenal perpustakaan nasional pun warga ibukota yang memiliki lokasi dekat. Hal ini perlu menjadi perhatian sendiri karena dinamika perpustakaan nasional akan tercipta ketika masyarakat melakukan banyak aktivitas bersama perpusnas. Dinamika perpustakaan adalah sebuah aktivitas literasi mandiri dari para anggota-nya. Walaupun ada inovasi jemput bola dengan agenda perpustakaan keliling, tetap saja aktivitas literasi masyarakat dilakukan secara mandiri dan butuh tingkat kesadaran yang tinggi. Tanpa membangun kesadaran literasi pada masyarakat, maka tak ayal peran perpustakaan hanya sebagai ”brankas” saja tanpa adanya dinamika.
Dalam sosialiasi perpusnas perlu adanya media yang membangun kesadaran literasi pribadi. Maka media yang diperlukan adalah yang mampu menciptakan sebuah citizen library, dimana masyarakat dapat terstimulasi untuk turut serta melakukan beberapa peranan-peranan perpustakaan. Jadi nanti perpustakaan masyarakat menjadi lembaga yang dijalankan bersama-sama dengan masyarakat. Atau dengan kata lain, keterlibatan masyarakat menjadi penggerak/dinamisator perpustakaan nasional.
Maraknya jejaring sosial di era digitalisasi dewasa ini menjadi salah satu budaya populer yang sudah menjadi salah satu bagian gaya hidup masyarakat Indonesia. Bahkan menurut sebuah riset, per Juni 2009, Facebook menduduki peringkat pertama sebagai situs yang paling sering diakses oleh masyarakat Indonesia. Fakta ini merupakan hal yang potensial dalam melakukan efektifitas dan masifitas agenda perpustakaan nasional.