Pages

Thursday, July 11, 2013

Merajuk di RamadhanMu


Ramadhan. Aku sebenarnya bingung akan menuliskan apa. Tapi yang pasti, ada bahagia yang terselip, bukan selembar tapi berlembar-lembar.., banyak lembar kebahagiaan yang sudah menelusup memenuhi setiap ruang hati, tanpa menyisakan celah sedikitpun. Bahagia itu hadir seketika, begitu saja tanpa menuntut banyak argumen.

Awalnya , ada satu hal yang sebenarnya agak mengganjal . Pekerjaanku di sebuah lembaga sosial menuntut target penerimaan yang tidak sedikit di bulan Ramadhan. Di satu titik, saya merasa ada dalam kondisi underpressure, nyaris stress. Dalam hal ide dan operasional media mungkin bisa tertangani, tapi dalam beberapa ide-ide baru saya perlu memanjangkan kadar sabar yang dipunya.

Meski saya orang yang sepakat bahwa Ramadhan harus lebih produktif. Tapi nominal target itu membuat aku agak berpikir juga. Ya, kalau seukuran DD yang menargetkan 80miliar selama Ramadhan sih itu mungkin masih “wajar” –meskipun aku cukup terhenyak juga..wow banget 80M-- . hehe. Untung saja lembagaku cakupannya masih tingkat kabupaten.

Masalahnya juga, saya nyambi kerjaan-kerjaan lain. Juga lagi sibuk untuk ngurus-ngurus adik bungsu yang mau masuk kuliah. Kalau kegiatan-kegiatan lain semacam organisasi, udah hampir hilang semuanya. Paling ya di masjid, mantau kegiatannya adik-adik saja. Kebetulan juga adik bungsu saya selama test masuk PTN juga numpang jadi “santri sementara” di asrama masjid. Jadi ya sekalian saja. Hehe. Sesekali masih juga diundang ikut aktip di beberapa komunitas. Ya, sekedarnya saja sih.  Intinya sih, di Ramadhan ini dituntut kesibukan yang luar biasa.

Nah, akhirnya saya cukup terhenyak ketika teringat sebuah obrolan di satu malam beberapa pekan sebelum Ramadhan. Kata teman saya, ramadhan itu ya bulan dimana kita memperbanyak ibadah maghdah, ibadah kepada Allah. Satu sisi hati saya sangat mengiyakan. Saya sangat merindukan jenak-jenak tarawih, tadarus, sahur yang syahdu, tanpa harus ribet mikir kerjaan. Tapi satu sisi saya terposisikan sebagai penanggungjawab untuk target penerimaan di tempat kerja.

Sebenarnya kalau mau jujur, saya orang yang nggak pengen ngoyo tapi harus tetep idealis. Maksudnya, apa yang bisa dimaksimalkan di urusan “dunia” ya lakukanlah, tapi kesempatan Ramadhan itu hanya sekali dalam setahun ketika kita bisa memaksimalkan hubungan dekat kita pada Sang Pemilik Cinta.

Ramadhan ini aku ingin banyak merajuk pada Allah, bermanja-manja dalam peluk Kasih SayangNya. Karena sedang banyak yang ingin kucelotehkan, mengutarakan banyak frasa dalam ruang-ruang sujud panjang tanpa kesudahan.

Aku ingin merangkai banyak puisi dalam tiap hela persinggungan hatiku denganNya. Aku ingin kuatkan kakiku untuk banyak berdiri tegak sepanjang malam. Ya, aku tau ibadah memang bukan hanya sholat, tapi ini persinggunganku yang paling asasi dengan Pemilik Arsy. Aku masih cukup bodoh dan masih hanya hamba awam yang masih sangat kerdil nilai ibadahnya. Aku bukan seperti para muabid yang tak lelah menunaikan berbagai macam ibadah wajib dan sunah. Aku masih anak slengekan yang pemalas. Ngaji bolong-bolong, sholat suka telat, ah pokoknya jauh sekali deh dari sempurna.

Sementara itu, aku sedang merasakan kerinduan yang sangat rindu dimana butuh benar-benar kondisi paling dekat dan hangat dengan Tuhan. Aku sedang memiliki banyak rindu dan pinta yang ingin diceritakan pada Tuhan dan bermanja-manja padaNya. Aku sedang ingin merajuk di RamadhanMu.


2 Ramadhan 1434 H
Untuk kamu, yang selalu kuceritakan dalam doaku padaNya.
Untuk kamu yang selalu menyesakkan ruang hati. 

Title: Merajuk di RamadhanMu; Written by Shinta ar-djahrie; Rating: 5 dari 5

No comments: